26-Keputusan Nabilla

8.9K 530 15
                                    

"Ayoo dong Van, bantuin gue! Cuma lu yang bisa bantuin gue. Gue cuma pingin deket lagi sama Nabilla," ucap salah satu dari mereka yang terdengar seperti memohon.
Kata perkata yang didengar Nabilla seolah mengiringi langkahnya yang kian mendekat.

"Yaampun Al, gue juga gak tau harus bantu lu apa lagi. Semua ide udah gue kasih ke lu dan.." salah seorang lainnya terdengar mengantungkan ucapannya saat matanya dan mata Nabilla bertemu.

"Nabilla," sambungnya dengan agak berbisik, saat melihat Nabilla membuang pandangan darinya.

💘 Cinta Yang Beda 26💘


"Na.. Billa," Al yang sejak tadi membelakangi Nabilla pun membalikkan tubuhnya.

"Nabilla, aku seneng akhirnya kita bisa ketem—" ucapan Al terhenti saat melihat tatapan Nabilla seketika berubah kepadanya.

"Aku.. Aku gak nyangka. Kalian.. Kalian ternyata," kali ini Nabilla tak bisa lagi membendung air matanya. Tanpa diminta, secerca air mata jatuh membasahi pipinya.

"Apa lagi yang kamu mau dari aku Bayu? Apa gak cukup kamu nyakitin aku? Nyakitin keluarga aku? Dan sekarang, kamu mau melibatkan Elvan dalam rencana kamu?"

"Mungkin akunya aja yang terlalu bodoh, bodoh karena dengan mudahnya aku percaya sama kamu, dr. ELVAN!"

"Nabilla, aku bisa jelasin semuanya." reflek tangan kanan Elvan menggenggam salah satu tangan Nabilla, saat Nabilla berniat pergi.
Mata Nabilla menatap Elvan jengah, melihat pergelangan tangannya di cekal Elvan.

"Aku rasa pendengaran aku masih berfungsi dan aku rasa gak perlu ada yang harus dijelasin,"  Nabilla langsung menghempas tangan Elvan dari pergelangan tangannya dan bergegas pergi setelah menyelesaikan ucapannya, meninggalkan Elvan dan juga Al yang masih di tempat.

"Lu tuh ya! Ergghh!" ucap Elvan gemas pada Elvan sepeninggalnya Nabilla dan langsung pergi meninggalkan Al seorang diri.

***

"Sudah Nabilla, cukup kamu nangisnya. Aku tau kamu sedih, kamu kecewa. Tapi jangan kamu larut terlalu lama," ucap Kayla menenangkan, memang hanya Kayla yang dirasa Nabilla cukup di percaya untuk menjadi pendengarnya. Jika dibanding teman-temannya yang terkesan peduli tapi justru hanya ingin tau atau bahkan sok tau, begitulah manusia.

"Allah itu seperti gak adil sama aku, kenapa harus aku, yang harus ngalamin kehilangan orang-orang yang aku sayang?" dengan isak tangisnya, Nabilla mengajukan satu pertanyaan yang dirasa Nabilla sendiri sudah tau jawabannya.

"Gak boleh gitu ah, itu cuma perasaan kamu aja. Kamu harus ingat, Allah itu Maha pengasih lagi Maha penyayang. Semua itu kembali lagi pada opini manusia yang berbeda, pandangan orang yang berbeda, bahkan penilaian orang yang berbeda.  Tapi buat Allah tidak. Dan setiap langkah kehidupan kita, semua sudah menjadi garis kehidupan yang telah Allah rencanakan."

"Astagfirullah, ampuni aku ya Allah telah meragukan ketetapanmu." gumam Nabilla sambil menutup mukanya dengan kedua telapak tangannya.

"Kalau pun itu benar, anggap saja Allah sedang menunjukkan kebenaran dan tengah menuntunmu pada takdir yang sesungguhnya. Siapa tau kan, kalau emang Allah telah menakdirkan kamu untuk mengabulkan amanat terakhir saudara kembar kamu."

"Tapi kamu juga jangan mudah percaya dulu, siapa tau emang salah paham dan.."

"Buat aku semua gak ngaruh,"

"Gak ngaruh? Bukannya kamu?"

"Aku.. Aku gak yakin sama perasaan itu,"

"Kamu gak yakin? Apa yang membuat kamu gak yakin? Bukankah Elvan bisa menerima kamu? Bahkan menganggap kamu itu bener bundanya Arsyilla,"

Cinta Yang Beda [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang