"Jadi, ada yang bisa menjelaskan mengenai konsep tekanan hidrostatika dalam fluida?"
Jennie mengangkat tangannya tinggi-tinggi, membuat perhatian dosennya──Kang Daesung tertuju padanya. "Ya, Jennie Kim? Kamu mau menjawabnya? Silahkan maju ke depan," kata dosen yang lebih terkenal dengan lawakannya dibandingkan dengan ilmu yang diajarkannya.
Jennie meringis, merasa tidak enak pada dosennya. Namun, mau bagaimana lagi. Masa ia harus maju ke depan dan menjelaskan teori tersebut pada teman-teman sekelasnya di saat dirinya sedang dalam keadaan darurat ingin ke toilet?
"Maaf, Ssaem. Aku tidak bermaksud untuk menjawab pertanyaan, Ssaem. Aku mengangkat tanganku karena harus ke toilet saat ini juga. Bolehkan aku pergi ke toilet sekarang?"
Dosen tersebut memutar bola matanya. Memang percuma sih mengharapkan seorang Jennie Kim aktif di kelas karena yang sering gadis itu lakukan di kelas adalah berdandan, memainkan slime, atau menonton drama korea sembari cekikikan sendirian.
"Ya sudah. Pergi lah ke toilet." Dosen tersebut memberi izin kepada Jennie dengan nada bicaranya yang terdengar ketus.
Jennie buru-buru berlari kecil, keluar dari kelasnya dengan Sejeong dan Sangwon yang memandangi punggung sepupu mereka yang semakin menjauh. Raut wajah Sejeong dan Sangwon ketara sekali menyiratkan kekhawatiran.
Bagaimana tidak. Hari ini, Jennie tampak berbeda dan tidak seperti biasanya. Paras gadis itu tampak pucat dan Jennie juga menolak ketika Sangwon membelikan ice cream rasa susu padanya. Padahal, itu merupakan camilan favorit Jennie.
Sesungguhnya, kekhawatiran yang dirasakan oleh Sejeong dan Sangwon memang sesuai dengan kondisi Jennie yang sebenarnya. Karena, saat ini Jennie sedang memuntahkan isi perutnya di toilet wanita. Well, isinya bahkan hanya berupa cairan karena Jennie enggan sarapan pagi ini. Jangankan sarapan, mencium bau masakan saja sudah membuatnya merasa mual. Selain itu, sedari tadi entah kenapa kepalanya terasa begitu pusing, seolah dunia di sekelilingnya berputar tiada henti.
Jennie memegangi perutnya sembari merintih kesakitan. Gadis itu merasa bahwa sepertinya ia sedang terserang maag. Mungkin, karena ia telat makan. Atau mungkin karena ia terlalu banyak mengonsumsi kopi atau pun minuman beralkohol. Entahlah. Yang jelas, Jennie benar-benar merasa tersiksa hari ini. Tubuhnya benar-benar terasa lemas. Bahkan, kakinya yang menyangga tubuhnya tampak gemetaran hingga jika ia didorong sedikit saja, ia pasti akan langsung jatuh.
Jennie melangkah perlahan, keluar dari toilet wanita sembari berpegangan pada dinding dengan tangannya yang gemetaran. Kecantikan paras gadis itu kini tertutupi oleh tampangnya yang terlihat pucat dan tidak sehat. Jennie butuh untuk pergi ke klinik sekarang untuk meminta obat pada petugas klinik. Karena ia benar-benar merasa tidak kuat dengan mual dan pusing yang melandanya sedemikian rupa.
Jennie segera mencari kontak siapa pun orang yang dapat ia mintai tolong. Tadinya, gadis itu hendak menelepon Taehyung. Namun, ia ingat bahwa Taehyung sedang sibuk pergi ke Busan karena acara kampus. Bahkan, Hyunsuk saja terpaksa dititipkan di rumah kediaman keluarga Kim bersama dengan Heechul yang kebetulan sedang tidak memiliki jadwal apa pun hari ini.
Kedua mata kucing Jennie tertuju pada sebuah nama di kontaknya. Jennie buru-buru menekan kontak orang tersebut dan meneleponnya.
"Yobseo?" Tak harus menunggu lama, orang tersebut sudah mengangkat panggilan Jennie. Memang pilihan Jennie selalu tepat, mengingat orang tersebut selalu cepat tanggap atas segala hal yang menyangkut Jennie.
"Hansol Oppa? Sedang dimana?" tanya Jennie dengan susah payah.
Gadis itu masih meringis sembari memegangi perutnya yang terasa melilit. Ia bahkan sudah mendudukkan dirinya di koridor kampus, tidak peduli dengan tatapan aneh yang dilemparkan oleh orang-orang sekitarnya. Biar saja. Toh, ia sudah tidak kuat berdiri lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fake Spouse! (Taennie, Privated) ✓
FanfictionCerita ini dalam mode private. She wanted to adopt that baby, so she got married with a stranger.