8. Berbagai Kejutan

5.7K 313 13
                                    

B a g i a n D e l a p a n

B a g i a n D e l a p a n

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Diluarnya aja batu. Dalemnya serapuh serpihan kaca, terluka dan bisa membuat luka."

Nata Admadika

***

Sore hujan di kota bandung begitu deras. Tatkala membuat mata gadis itu sesekali terpejam, meresapi dinginnya senja dan sesak yang masih bersisa sampai saat ini.

Beberapa kali ia menatap jalan di hadapannya, menatap betapa kerasnya hujan yang jatuh ke jalan, sekeras jatuhnya dirinya karena sebuah rasa yang entahlah sudah digolongkan pada cinta yang tulus atau sekedar cinta kagum.

"Hujannya makin deras ya, Nat."

Aira mengalihkan pandangannya pada Nata yang berjongkok di depan ruko yang sudah tutup untuk berteduh. Beberapa kali, atau mungkin sudah terlalu sering Aira lihat cowok itu mengusap kedua bahunya sendiri dan meniup-niup tangannya sendiri.

Aira jadi merasa bersalah pada cowok itu, karena jika ia tidak menemui cowok itu tadi, Nata pasti tidak akan menunggu sampai hujan-hujanan seperti ini.

"Lo gak dingin, Ra?"

Aira menggeleng. Setidaknya, Ia sadar diri kalau cowok itu sudah membantunya banyak. Jadi, Aira merasa bahwa cowok itu lebih pantas memakai Jaket daripada nata berkorban kembali padanya.

Aira berdehem sebentar,"Ng~nanti, nanti gue langsung pulang aja ya, Nat." Nampak sekali Nata ingin menyangkal, tapi langsung dipotong Aira dengan alasan yang mampu mengatupkan bibirnya kembali.

"Udah Lama. Nanti Gue di-dicariin mama."

Nata menatap Aira sebentar lalu mengangguk-angguk. Selang beberapa menit, Nata berdiri kemudian berjalan mendekati sepedanya.

"Ayo, Gue anterin. Nembus hujan gak apa-apa lagi kan?"

Aira mengangguk dan tersenyum tipis ketika ia merasakan kembali hujan yang mengguyurnya membuat tubuhnya kembali merasa dingin. Mulutnya tertutup rapat, menghindari Air hujan yang akan merembes masuk ke mulutnya.

Tapi, sudah beberapa detik berlalu, Nata tak juga mengayuh sepedanya. Ia pun memukul pundak Nata membuat cowok itu menoleh.

Nata menatap Aira sebentar lalu secara tiba-tiba melepas jaket yang ia pakai dan ia ikatkan di pinggangnya.

"Kalo Lo kedinginan, gue harus kedinginan juga. Kan kita lagi sama. Jangan biasain sok kuat di depan gue. Gue gak suka." ujar Nata sambil tersenyum tipis.

Teruntuk Pesawat Kertasku [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang