14. Secuil Kebenaran

4.8K 239 6
                                    

B a g i a n
E m p a t   B e l a s

Yang pura-pura kuat bukannya lemah, tapi mereka hanya menunjukkan bahwa mereka cukup kuat untuk tidak menunjukkan kelemahan mereka.”

_______

 

________

   Aira terkikik geli melihat chat yang entah kenapa semakin banyak hanya karena cowok yang duduk disampingnya. Tepat disampingnya.

Seryl_ : Doi lo ganteng asu.

Waspada(36) : ciah..Aira degemnya bule jir. High class.

Tia_Tiara : drama kita dinilai besok.

Yessiaa  : aku gak tau kamu punya doi yang ganteng. Kalau udah selesai sama dia kasih sama aku dungs.

Clarasia : Wait! Gue liat ada titisan dewa loh tadi di depan gerbang sama lo. Kenalin dong,cin.

    Masih banyak lagi dan aira tak ingin membaca pesan itu satu per satu, takutnya entar Alex direbut orang lagi. Ceilah.

    Alex yang sedari tadi sibuk diam pun akhirnya menoleh pada Aira. Dahinya mengernyit melihat aira yang masih saja fokus pada ponselnya, tak mengindahkan tatapan Alex yang terlampau intens disampingnya.

      Alex menyenggol bahu Aira seturut dengan angkot yang tiba-tiba ngerem mendadak. Mungkin kalian pikir Alex membawa mobil dengan gagahnya ditambah wajahnya yang emang cocok dibilang tampang orang kaya, tapi tidak.

    Alex memilih naik angkutan umum.  Ya, Bukan karena dia ingin merakyat. Tapi, dia ingin menghemat uang—uangnya yang memang sangat sedikit.  Uangnya bahkan sudah hampir habis karena digunakan untuk menservice vespa tuanya yang katanya lebih keren dari motornya Valentino Rossi.

   Aira hampir terpekik ketika ponselnya terjatuh. Untung saja jatuhnya di roknya. Aira ingin sekali memaki alex saat ini, tapi dia urungkan karena banyak penumpang yang akhirnya mengisi angkot ini setelah tadi yang ada cuma Aira, Alex dan supir angkot yang asik nyetir sambil dangdutan(?).

     Sesampainya di tujuannya, Aira langsung turun duluan dengan mata yang memincing begitu tajam pada Alex. Saat Alex turun dan ingin menggandeng Aira, Aira malah menghindar dan mengambil ponselnya pura-pura memainkan ponsel itu dengan khidmat.

     Alex terkekeh kecil dan dengan jahil menarik ponsel Aira.

    Aira membola terkejut, “Dasar Kakak Laknat lo!”

    Alex tiba-tiba mengernyit bingung. Pemuda berdarah Indonesia-kanada itu terdiam beberapa lama. Kemudian tak sadar genggamannya pada ponsel Aira merenggang membuat Aira mengambil celah, menarik ponselnya dan berjalan ke bangunan berwarna putih di sebrang jalan.

     Alex terdiam saja sebelum akhirnya menyusul Aira yang sudah masuk pekarangan rumah sakit. “Aira!” panggilnya membuat si empunya nama berbalik dengan malas, menaikkan sebelah alisnya bertanya pada yang lebih tua.

      “lucknut itu apa? Kacang beruntung? Tapi aku bukan kacang, Aira.” ujar Alex misuh-misuh dengan dramatis. Aira tertawa kencang membuat Alex semakin mempercayai pemikirannya. Tapi dia bukan sebuah kacang.

Teruntuk Pesawat Kertasku [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang