38. Memori Nata

3.4K 249 19
                                    

Bagian
Tiga Puluh Delapan

“Aku punya kisah. Tak kuceritakan dengan orang lain, hanya ada di kepalaku.”

***

Ada kalanya, disaat kamu mendapat kebahagiaan, mereka sirna seperti biasa dengan mudahnya. Atau bahkan tak mengalami kebahagiaan sama sekali.

Hal serupa pun dialami Nata. Untuk pertama kalinya dalam hidupnya, Ia melihat Alan menangis. Alan menyakiti dirinya sendiri, alan memohon penuh harap pada Nata.

Alan yang Nata kenal adalah Alan yang Egois, Alan yang Nata kenal adalah Alan yang peduli, bodoh, konyol, ambisius, optimis dan tak mudah putus Asa.

Tapi, yang ia lihat hari ini adalah Alan yang benar-benar menunjukkan sisi gelapnya. Alan memukul kepalanya sendiri kuat, berulang kali kabur dari Rumah sakit, mencabut infus hingga darah mengalir di tangannya, mencoba membuat Nata tak pupus harapan.

Alan mengidap Gagal ginjal sedari kecil dan tak mau dioperasi. Selama 16 tahun hidupnya, ia mengabdikan diri di rumah sakit hanya untuk cuci darah. Tak pernah sekolah. Ia home schooling dan itu memuakkan kata Alan. Alan kabur dari rumahnya dan tinggal di rumah Nata selama 6 bulan. Ayah dan Ibunya terlampau sibuk pada Pekerjaannya hingga Alan pikir lebih baik ia berjuang sendirian dan tinggal bersama Nata yang juga sudah tinggal sendirian.

Nata memandang senja yang menguning, menunggu matahari terbenam Ia meratapi nasibnya. Nata duduk di atap rumahnya, sendirian. Nata melepas kaki palsunya dan menendang asal alat itu kebawah, membiarkan ia satu kaki yang sampai sebatas lutut.

Merenungi wajah kecewa Alan tadi, Saat Nata memutuskan menelpon orangtua Alan setelah 6 bulan berbohong bahwa Alan tak bersamanya membuat Alan sangat kecewa padanya. Nata membuat Alan tak diperbolehkan keluar dari rumah sakit, ditahan di rumah penuh obat itu, menyisakan Nata yang penuh rahasia pergi meninggalkan Alan.

Nata masih ingat dulu, Alan datang ke rumahnya dengan hanya memakai boxer dan Kaos bergambar tengkorak yang tembus pandang berwarna putih sambil menenteng tas kecil yang hanya berisi boxer bergambar beragam macam kartun.

“Ngapain lo datang kesini?”

“Mau kabur. Di rumah Mama papa bahas saham. Entar ginjal gue jadi lenyap karena mereka bahas duit terus.”

Nata tak terlalu peduli, membiarkan Alan masuk karena hari sudah mulai mendung dan sepertinya akan turun hujan.

“Kenapa lo cuma make boxer?”

Alan menoleh, “Boxer keren. Simple. Pas di kaki. Mau?”

“Cih..” Nata lalu berlari ke atas, mengambil hoodie miliknya bergambar kartun doraemon, “Lo cuma bawa boxer di tas?”

Alan mengangguk. “Kalau kaos?”

Alan menjawab, “Cuma Ini.”  Nata menghela nafas, “Buat lo. Biasain pakai pakaian hangat sama celana. Jangan kaos sama boxer aja. Bikin malu lo. Dari Bandung ke Jakarta makenya cuma boxer sama kaos.”

Nata terkekeh, mencampakkan satu pesawat kertas yang sudah ia lipat ke bawah. Nata memandang langit, mengingat Alan dulu yang super konyol itu membuat hatinya menghangat. Ia juga ingat dulu, Saat Alan tahu pertama kali ia sakit.

Teruntuk Pesawat Kertasku [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang