34. TimeZone

3.2K 214 5
                                    

Bagian
Tiga Puluh Empat

"Jangan buat hati gue kayak Timezone, serunya cuma untuk dimainin aja."

Aira Lintang Padmadani

***






Aira tentu terdiam. Nata memandangnya seperti ingin tertawa, membuat Aira berpikir bahwa Nata hanya main-main. Pasalnya, Cowok itu terakhir kali kan marah padanya, kenapa tiba-tiba nembak aira, kan Aneh.

Nata mencubit pipi Aira, "Lo lucu deh."

"Aduh mata gue kena kencing para jomblo yang merana." Gilang tiba-tiba berteriak menggelepar di depan dengan pengepelan yang dimainkannya. "Ya Tuhan, Mata hamba perih. Harga diri hamba sebagai jomblo dilecehkan!"

Bobi dengan lemak yang bergoyang berlari mendekat pada Gilang dan memeluk Gilang, "Tenang lang! Aku bersamamu! Sadarlah! Gak kau hargai lagi aku, aku pun sama. Kayaknya harus ke Dokter mata nanti kita."

Gilang langsung mendorong bobi, membuat gestur membersihkan tubuh lalu menoyor kepala bobi. "Ngapain ke dokter mata?"

"Mau cari kacamata obat untuk mata yang sakit nengok orang pacaran."

Vivi lalu dengan sapu lidinya melempar kedua sejoli itu membuat Gilang dan bobi meringis-eh sebenarnya cuma gilang, karena sapu yang kena ke Bobi Mantul, "Kerja! Kerja! Mau jadi apa kalian kebersihan pun gak mau!"

Vivi lalu melempar kain lap untuk mengelap jendela pada Aira dan Nata, "Kalian lagi! Ayo kerja, mata jomblo nanti tersakiti."

Aira merasakan wajahnya menghangat, apalagi ia masih merasakan Nata menggenggam tangannya. Nata tertawa kecil membuat Aira sedikit terpana. Nata yang jahil pun mengusap lap itu ke wajah Aira.

"Kerja, Yang. Gue tau gue ganteng." Nata lalu tertawa.

Oh belum pernah kena sabit nih orang.

Aira membalas Nata, mengambil kertas yang dari lacinya dan memasukkan kertas itu secara paksa ke mulut Nata, "Yang yang yang, Lo pikir gue pacar lo?!"

Nata mendelik, Tanpa melepas tautan tangan mereka Nata menatap lurus Aira. Aira yang merasa wajahnya merah, jadi tambah gugup. "Oh, Jadi lo nolak gue?" Nada dingin lagi.

Aira diam. Tak berkutik.

"Lo bilang, lo punya rasa ke gue kayak rasa lo ke Ega dulu."

Aira semakin menunduk malu. Dasar Manusia di depannya ini mendengar semuanya. Malunya itu loh.

"Jadi lo nolak gue?" Genggaman Nata pada Tangan Aira semakin renggang. Aira merasa sedikit kehilangan secara perlahan-lahan saat genggaman itu mengendur, Aira refleks menggeleng dan menggenggam kuat tangan Nata agar tak lepas.

"B-bukan gitu, ih..."

Nata terkekeh tiba-tiba. Nata itu sok cool, padahal dia juga salah tingkah bicara sedekat ini dengan Bahan pembicaraan sesensitif ini pada Aira. Jantungnya meronta ingin keluar. Tapi, nata mengusak Rambut Aira mengurangi kegugupannya.

Teruntuk Pesawat Kertasku [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang