33. Rumit

3.1K 231 8
                                    

Bagian
Tiga puluh tiga

“Cinta adalah labirin dan kau harus mencari jalan keluarnya sendiri.”

Aira Lintang Padmadani

***

Play Music : Calum Scott - You are the reason

***

Tidak seperti pagi biasanya, Aira berangkat bersama ega membuat beberapa bisikan lambe tajam di koridor. Aira berusaha menjauhkan Ega yang selalu berjalan di sampingnya, Tapi apa daya—Tubuhnya masih terlalu lelah. Dia hadir hari ini saja hanya karena pembagian kartu serta nomor ujian kenaikan kelas nanti.

      “Lo jauh, gak usah dekat!”

      Ega menggeleng tegas, Lalu menarik tas Aira paksa, memasuki kelas saudara tirinya itu terlebih dahulu lalu membongkar kembali isinya. Kelas Aira yang sedikit lenggang, Hanya terlihat satu orang laki-laki yang terlelap di meja paling kanan depan dengan hoodie yang menutup tubuh serta wajahnya.

      Aira datang dengan tergesa, “Apaan sih lo!”

    Ega menatap aira santai lalu membuka kancing dari kantung yang berada di Tas Aira, Mau sekecil apapun itu. Ega akhirnya menghela nafas lega, “Syukurlah lo gak bawa pil penenangnya. Jangan diminum lagi, atau pabriknya yang gue hangusin kalau sampe lo overdosis lagi.”

     Aira terdiam. Lalu sejurus kemudian ia menonjok perut Ega dengan satu pukulan telak setelah mengumpulkan energinya hingga penuh.

      Ega terkekeh, “Ya udah. Karena lo udah aman dari segala iblis laknat, gue pergi dulu.” Ega mencubiti pipi Aira lalu menepuk puncak kepalanya pelan, “Dadah sayang....”

      Aira ingin mengumpat, tapi mengumpat pagi-pagi akan membuat dirinya sial sepanjang hari. Aira merapikan kembali semua barang-barang yang diserakkan Ega lalu mendumel duduk di bangkunya. Aira memasang headset di Telinganya, Tapi gerakan memilih lagunya harus terhentikan ketika Ia melihat Teo datang ke kelas.

    Bukannya yang lagi tidur disana Teo ya?batinnya bertanya.

    Teo si introvert kelasnya mengguncang bahu pria berhoodie yang duduk di bangkunya.

      “Saya mau duduk.” Ujarnya agak gemetar. Tipikal introvert yang sulit berbaur dengan sosial.

      Orang itu mengangkat kepalanya, lalu berdiri membuat akhirnya aira sadar. Laki-laki yang bertengkar—atau lebih tepat membentaknya kemarin ketika mengetahui rahasia yang disimpan cowok itu, betapa malunya dirinya karena berkaki satu dan satu lagi palsu.

     Nata.

     Aira memperhatikan mata nata—karena hanya itu bagian yang terlihat, mulut dan kepalanya ditutupi oleh masker dan tudung hoodie. Teringat dari perbincangannya dengan Ega tadi, entah kenapa membuat Aira takut Nata mendengarnya. Entah rasa apa namanya itu, Tapi Aira tak mau Nata tau tabiat buruknya yang mengkonsumsi pil penenang hingga overdosis.

   
 

    Nata berjalan dengan mata yang sedikit tertutup ke tempat duduknya yang berada di belakang Aira. Aira mengikuti pergerakan Nata, tak lepas barang sedetik pun walau yang ditatap merasa tak peduli.

Teruntuk Pesawat Kertasku [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang