4. Deg-deg ?

7.3K 356 15
                                    



                                 "Dibalik orang PHP ,ada orang baper disana"

***

Sejujurnya, apa yang menarik dari cinta diam-diam. Ngeliatnya diam-diam, kagumnya diam-diam, sakit nya juga diam-diam. Yang ada malah tertekan batin, ujungnya malah ngehayal ditembak doi padahal yang ditembak cewek lain.

Mahluk yang mengalami hal seperti ini ya, seperti Aira. Bahkan disela-sela padatnya kantin yang berteriak kesana-kemari. Tertawa, bahkan suara orang bersendawa pun ada, masih ada juga orang yang bikin sensasi, pengen banyak yang tau ditembaknya di kantin.

Aira menatap 2 sejoli yang tersenyum malu-malu di bangku dekat pintu keluar kantin itu dengan tatapan guenya kapan ya. Ia seakan sedang mendapatkan realisasi dari cerita novel remaja yang sering dibacanya. Ya walau sebenarnya, novel yang dimilikinya itu ada beberapa—disebut juga banyak—novel bergenre romance yang ada adegan kissing nya. Jangan naif jika kalian bilang kalian tidak pernah seperti Aira.

Aira tersenyum miris sambil mengaduk-aduk baksonya—yang lebih tepatnya sudah seperti air kobokan—itu terlebih saat ia bersitatap dengan si cowok yang tidak mau mengembalikan hatinya itu padanya. Kandega gayuda.

"Cih...belagak nembak di kantin, bentar lagi juga putus tuh.." aira terbelalak dengan apa yang diucapkannya secara spontan. Entahlah itu refleks atau memang keinginan dari hatinya. Yang terpenting beberapa orang yang mendengarnya berbicara seperti itu membelalakkan matanya dan menatapnya seperti, Apaan sih nih cewek.

Aira cengengesan dan segera menarik Lita yang duduk di depannya ke koperasi yang ada disamping kantin.

"Kak, Ibu mana?" tanya Aira pada gadis belia yang menjaga koperasi sekolah. Pasalnya, dia lebih suka dilayani oleh ibu koperasi daripada anaknya. Kak Gen, panggilannya. Kak gen ini ngomongnya pedes banget, ya walau pedesan cabe di pasar sih.

Kak gen melirik Aira sekilas,"Kalo gak ada disini berarti diluar koperasi lah.". Aira benar-benar ingin mengumpat dan memandang sebal pada kak gen. "Lagipula itu mama gue, ngapain lo juga manggilin dia ibu. Emang dia yang ngeluarin elo?."

"Ish..."

Kak gen mendelik, "Apaan ash..ish...ash...ish.. is artinya adalah. Belajar kagak lo dikelas? Gitu aja kagak tau. Apa lo ya yang masuk loncat pagar itu ?"

Aira menatap tajam, "Apaan sih... sebel gue. Maki kagak ya.." ujarnya bermonolog. Dan Lita hanya cekikikan di luar koperasi, seakan kekesalan aira itu sebagai hiburan baginya.

Aira mengambil sebotol aqua dan langsung membayarnya meninggalkan uang itu diatas meja dan pergi.

"halah cuman beli aqua berasa pengen akrab lu sama gue."

Aira mengumpat tanpa suara dan pergi menarik lita keluar.

"ketawa terus Lit, ketawa. Lo pikir enak tuh ladenin si gan-gen itu. Gue bejek juga tuh palanya." Aira mendumel terus hingga dia berpisah dengan lita di lorong jurusan IPA dan IPS. Dan disinilah Aira sekarang. Butuh perjuangan untuk sampai ke kelasnya.

Kelas XI IPA 2 berada di ujung lorong kelas jurusan IPA ini. Mulai dari kelas XI IPA 7 hingga ke XI IPA 3 yang terasa seperti neraka. Pasalnya, setidaknya di beberapa kelas pasti ada laki-laki yang duduk di bangku koridor depan kelas dan menatap semua yang lewat dari depan mereka, khususnya perempuan. Entah untuk apa mereka duduk di koridor depan kelasnya sambil bernyanyi atau menjegal orang yang lewat atau hanya merayu, tapi itu sangat tidak berguna menurut aira. Bahkan ada dari mereka yang merupakan anak jurusan IPS yang datang ke jurusan IPA karena katanya anak IPA lebih bening.

Teruntuk Pesawat Kertasku [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang