B a g i a n
D u a p u l u h e m p a t“Kamu bisa memilih untuk berhenti peduli, tapi tidak untuk mencintai.”
Teori Note Hitam Nata III
⏺️⏺️⏺️
Bunda disini sepiNata mengulurkan tangannya ke atas. Berbaring di atas rumput setelah memenuhi panggilan seorang suster dari rumah sakit membuat Nata merindukan Orangtuanya. Nata dengan tangan yang menjadi bantalannya menoleh ke arah makam ayah dan bundanya.
Ayah, Nata masih muat gak sih di situ? Nata rindu pengen bagi tempat tidur sama Ayah.
Nata memandang tangannya lagi, ada beberapa sayatan kecil di pergelangan tangannya dan lukanya yang mengering.
Pasti bunda sama Ayah udah ketemu adek ya kan? Ketemu Natanya kapan ya?
“Bunda...”Nata berbaring menyamping lalu mengusap nisan ibunya tanpa peduli seragam sekolahnya yang kotor, “Nata sudah sampai tahap terakhir. Kalau bunda jadi Nata, bunda bakal ngapain?”
Nata kembali ke posisi semula sambil terkekeh, “Nata tau. Bunda tipe-tipe yang ngegas.”
Nata gak mau ikut.
Nata merubah posisinya menjadi duduk, “Makanan di surga enak gak? Delivery bisa gak sih, yah?”
Nata sibuk bermonolog hingga jam sudah menunjukkan pukul 6 lewat 15 menit membuat Nata memilih pulang dan keluar dari Area pemakaman. Sudah cukup Nata tadi berteriak frustasi di sepanjang jalan menuju pemakaman, maka ia pulang dengan langkah gontai. Sesekali ia menunduk menatap kedua kakinya bergantian dengan sendu lalu menaiki sepedanya.
Jingganya langit dan tenggelamnya matahari tak membuat Nata semangat mengayuh sepedanya. Bahkan Macetnya jalanan sekarang tak membuat Nata berniat untuk mendahului kendaraan lain.
Tapi pilihannya yang itu membuat dirinya menyesal. Aira tiba-tiba datang entah dari mana, menarik-narik baju Nata sementara Nata membalas dengan tatapan bingung. Saat mobil perlahan maju, Mobil dan kendaraan lain di belakang Nata mulai membunyikan klaksonnya bersahut-sahutan.
Terpaksa, Nata kembali menjinjing sepedanya di bahu mengikuti Aira jalan ke trotoar.
“Apa—tunggu, bukannya lo pulang ya tadi?”
Aira menggeleng dengan kuat, “Ternyata Ega masih nungguin gue. Bayangin Nat, gue ditungguin. Apa gak meleleh gitu?”
Nata memendam rasa bahwa hatinya diremas dengan cukup kasar. Begitu menyakitkan. Ia memasang wajah datar lalu menaiki sepedanya lagi, “Hubungannya sama gue apa?”
Aira sekarang tersenyum lebih lebar lagi. “Gue tadi kebetulan lihat lo. Gue mau ngasih tahu rahasia.”
Nata mendekatkan telinganya ke bibir Aira saat Aira membisikkan sesuatu. Tapi, tanpa sengaja bibir Aira malah mencium pipi Nata sekilas.
Pipi suci Nata Bundaaa
Nata memandang Aira terkejut, tapi tak urung telinganya memerah. “L-lo kalo suka sa-sama gue jangan modusin gue gitu dong.”
KAMU SEDANG MEMBACA
Teruntuk Pesawat Kertasku [✓]
Ficção Adolescente[COMPLETED] ATTENTION : don't copy my story! Use your own head! ••• "Saya bukan cerita fiksimu" ⏺️⏺️⏺️ Tenggelam dalam rasanya cinta pertama, Cinta diam-diam, Cinta cerita fiksi bahkan cinta pada Idola itu sakit. Apalagi bila salah satu dari kisa...