18. Pesawat Kertas

4.6K 288 7
                                    

B a g i a n
D e l a p a n B e l a s

"Pesawat Kertas itu rapuh, mudah terbawa angin tanpa tahu angin akan membawanya kemana. Bisa saja dijatuhkan ke Tanah atau mungkin dibawa ke area yang basah."

Aira Lintang Padmadani untuk Nata admadika

"Pesawat Kertas itu memang rapuh dan itu karena dia selalu bergantung pada angin, tanpa tahu bahwa pada akhirnya ia akan jatuh ke Tanah juga dan Tanah tak pernah dianggap."

Nata Admadika untuk Aira Lintang Padmadani

.
.
.
.
.
.
Selamat membaca!
.
.
.
.
.


Masih pada hari yang sama, Dimana Aira benar-benar membenci kenyataan, Nata datang untuk menyadarkannya bahwa kenyataan tak seharusnya dibenci.

Nata dengan cepat mengayuh sepedanya, ditambah jantungnya yang berdegup sangat cepat karena Aira. Iya, Aira. Aira yang sedang diboncenginya memeluk leher Nata tanpa sadar dan menunduk menangis di punggung Nata.

Nata yang sangat bersemangat mengayuh sepedanya dengan cepat hingga sampai di rumahnya. Rumah yang memiliki pekarangan yang luas dengan cat Putih dan tidak terlalu besar.

"Ayo, Ra." Nata turun dari sepedanya dan Aira yang baru tersadar telah memeluk leher Nata. Nata yang melihat air mata di pipi dan mata Aira langsung berdecak.

Ibu jari Nata bergerak untuk menghapus air mata itu dan setelah itu menarik kedua sudut mata Aira ke atas, menjadikan mata itu sipit.

"Mama gue gak suka liat orang nangis, nanti dia malah nyiapin kue banyak banget untuk orang yang lagi nangis itu." Ujarnya sambil tersenyum menatap wajah Aira yang lucu dengan mata sipit. Padahal Aira sedang tertegun dengan jantung yang berdegup kencang dan rasanya ada yang menggelikan di perutnya.

"Lo lucu, kayak guru kungfu." Nata terkekeh membuat aira sadar pasti wajahnya benar-benar memalukan. Aira akhirnya memberontak dan mencoba meraih wajah Nata untuk dicakar-cakar. Sayangnya, Nata menjauhkan kepalanya tapi tangannya tetap menarik sudut mata Aira.

Dengan Jahil, Nata malah membungkukkan tubuhnya 90° seperti orang menghormat gurunya. "Guru!"

Aira malah terkekeh dan mendekat perlahan hingga tanpa sadar saat nata menegakkan tubuhnya, wajah mereka menjadi terlampau dekat beberapa detik bersama menggilanya degup jantung keduanya, hingga saling menjauhkan wajah satu sama lain.

Nata memegang tengkuknya kikuk dan telinganya terasa panas, mungkin sedikit memerah karena malu.

"Ayo masuk."

Nata berjalan duluan, membuat Aira yang tadinya beku di tempat akhirnya memanggil Nata.

"Nat!"

Nata menoleh melihat Aira yang tersenyum tipis di belakang sana, "Apa?"

Aira membungkukkan tubuhnya 90° sama seperti yang dilakukan oleh Nata tadi, "Annyeong~"

Nata tak bisa menahan diri untuk tidak tersenyum. Nata mendekati Aira dan mencubit pipinya gemas. Nata kemudian mengamit lengan Aira dengan Semangat, "Ayo ketemu mama Gue."

Teruntuk Pesawat Kertasku [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang