"Karena sebaik-baiknya dalam mencintai seseorang lalu melibatkan Tuhan. Salah satunya dengan belajar mengikhlaskannya"
###
Fajar pagi menyambut Shindy diSeoul. Pagi ini Shindy terbangun didekat ranjang Ayana yang kini sudah dipindahkan diruang inap. Masih dengan bantuan mesin medis untuk bertahan. Shindy yang menemani Ayana malam ini, kedua orang tua Ayana pulang kerumahnya. Shindy yang memintanya untuk beristirahat dirumahnya.
Shindy mengambil air wudhu lalu menggelar sajadah nya. Sholat subuh belum waktunya. Ia menjalankan sholat tajahudnya lalu setelahnya ia menunggu waktu subuh dengan murojaah hafalan Qur'annya juga untuk mendoakan Ayana. Semoga Ayana dimudahkan dalam masa penyembuhannya.
Shindy menyelesaikan bacaan Al Qur'an nya saat kumandang adzan berbunyi diponselnya. Ia mendengar kannya dengan hati yang sedikit gelisah. Entah mengapa hatinya tidak baik-baik saja sejak malam kemarin.
'Ya Allah, kupasrahkan segala halnya pada-Mu. Tenangkan hatiku ya Illahi' batin Shindy yang mulai beristighfar untuk menenangkan hatinya. Dan memulai untuk sholat subuhnya.
###
Sudah pukul 09 pagi waktu setempat. Kedua orang tua Ayana baru saja datang bersama keluarga besarnya untuk menjenguk Ayana.
"Bagaimana keadaan Ayana?" tanya ny Moon kepada Shindy.
"Masih belum sadar, kita hanya bisa mendoakannya"
"Eomma sengaja membawa keluarga besar datang kesini. Untuk mendoakan Ayana"
"Ah iya, itu sesuatu yang baik. Sangat baik... Eommoni, aku harus mencari seseorang"
"Muhammad yusuf park?"
Shindy mengangguk
"Baiklah, hati-hati nak. Semoga kembali membawa kabar baik. Jikapun tidak, terimakasih sudah mau membantu"
"Iya eommoni, aku pamit. Permisi" Shindy menunduk berpamitan dengan keluarga besar Ayana. Ia akan memulai untuk mencari Yusuf park. Shindy memakai jasa taksi untuk mengantarnya. Dibuku Ayana tidak tertulis alamat rumah Yusuf, tapi mereka sering bertemu di masjid itaewon. Masjid center yang selalu Shindy gunakan untuk beribadah. Semoga ia bisa menemukannya dan membawa Yusuf park menemui Ayana.
Hati terdalam kembali mengusik. Tatapan matanya menatap jalanan Seoul dibalik jendela mobil taksi yang ia tumpangi. Ia melihat pemandangan yang indah tapi hatinya masih saja gelisah. Mengapa disetiap ia menyebut nama Yusuf park ia seperti mengenalnya. Siapa dia? Apa dirinya benar-benar mengenalnya?
'Allah, ada apa denganku?' batinnya lagi. Ia beristighfar untuk menenangkan hatinya.
~
Shindy sudah sampai tujuannya. Ia menatap masjid yang didominasi warna putih itu. Menatapnya dengan senyum mengembang dibibirnya.
"Bismillahirrokhmanirrokhim" ucapnya memantapkan hatinya. Ia melangkah memasuki masjid, ia gunakan waktu menunggu orang yang dicarinya dengan sholat sunnah Duha juga membaca Al Qur'an.
Setelah merasa sudah lebih tenang hatinya. Shindy bangkit dari duduknya, saat ia memasukan tasbih miliknya. Tasbih pemberian Chanyeol. Ia tidak menyadari jika tasbih itu jatuh disana. Shindy bangkit dan melihat seorang ibu juga putrinya. Sang ibu sepertinya tengah membujuk anaknya untuk membaca Al Qur'an tapi anaknya lebih menyukai bermain dengan ponselnya.
Shindy berjalan mendekatinya. Dengan hati-hati ia duduk didekat ibu-ibu itu.
"Assalamualaikum" sapa Shindy yang disambut senyum lembut dari sang ibu
"Wa'alaikumsalam nak" Shindy mengucap syukur, ternyata mereka dari Indonesia. Kelihatan dari nada suaranya dan juga akhiran kata 'nak'
"Anaknya cantik sekali bu, siapa namanya?" tanya Shindy hangat dan beralih menatap gadis remaja yang menatap Shindy sekilas lalu kembali menatap ponselnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE BEST WAY | Park Chanyeol
RandomShindy habibah. Seorang dokter muda asal indonesia yang berkunjung untuk pertama kalinya ke Korea selatan. ia tak tahu tentang bahasa korea, hingga ia bertemu dengan seseorang yang tahu tentang islam namun ia bukan muslim. ia adalah seorang anggota...