"Allah menciptakan dirimu untuk ku cintai. Dan Allah mentakdirkan diriku untuk mencintaimu"
###
2 bulan kemudian
Sinar matahari pagi ini begitu indah. Ia keluar dari persembunyiannya. Walaupun masih terlihat malu-malu tapi ia tetap hadir dengan sejuta keindahan juga harapan. Sinar itu sampai menembus kaca jendela besar sebuah apartemen mewah didaerah Itaewon.
Pagi ini, Shindy sudah menata beberapa makanan untuk sarapan paginya dengan suaminya. 40 hari kepergian Ayana juga sudah berlalu. Ia akui, dirinya masih begitu kehilangan gadis sholehah yang sudah ia anggap sebagai adiknya. Juga sedikit rasa bersalah, karena tidak bisa menemaninya diterakhir nafas dihidupnya. Tapi ia percaya Allah selalu lebih tahu untuk kebaikan dirinya. Yah, hanya itu yang harus ia percayai sekarang.
Nasi goreng, masakan indonesia yang biasa ia makan sehabis pulang kerja. Memang tidak seenak si bapak yang menjual dipinggir jalan tapi setidaknya ia bisa membuatnya dengan rasa yang tak sama tentunya. Nasi goreng dengan telur ayam dan udang didalamnya. Untung saja suaminya bukan tipe pemilih dalam urusan makanan. Memang masih belum terbiasa. Sama seperti dirinya yang masih belum terbiasa memakan makanan khas korea. Yah, itulah salah satu kenikmatan yang luar biasa saat kita memutuskan untuk bersama dengan orang beda negara. Semuanya beragam tak sama namun indah ketika kita belajar menerimanya.
Shindy menuangkan air minum digelas yang ia siapkan untuk suaminya. Ia juga bersenandung sholawat kesukaannya.
Grep
Sebuah tangan kekar berotot memeluknya dari belakang. Shindy sempat terkejut namun tersenyum setelahnya saat aroma tubuh suaminya masuk kedalam indra penciumannya. Aroma yang menjadi candu bagi dirinya. Aroma yang menjadi favoritnya.
"Selamat pagi istriku" Chanyeol mencium pipi kiri istrinya, lalu menaruh kepalanya dibahu kiri istrinya, mencium aroma wangi tubuh Shindy yang bisa menyegarkan pikirannya.
"Selamat pagi suamiku" Shindy juga menyapanya hanya saja ia masih sibuk menata makanan dimeja makan.
Chanyeol melepaskan pelukannya lalu memutar tubuh Shindy untuk menatap kearah dirinya. "Lihat aku Khadijahku" Chanyeol mengangkat wajah Shindy dengan tangannya. Ia semakin tersenyum bahagia melihat kedua pipi Shindy yang merona.
"Aku malu" Shindy menutup wajahnya dengan kedua tangannya.
"Ada apa denganmu, heum. Mengapa harus malu, wajahku halal untukmu" Chanyeol terkekeh kecil melihat istrinya yang menggemaskan. Chanyeol menarik tubuh Shindy kepelukannya, dengan Shindy yang masih menutup wajah dengan kedua tangannya.
"Jangan merasa malu apalagi merasa tidak enak. Aku menyukai sesuatu hal yang kau lakukan. Sayang, lebih terbuka lah denganku. Aku menyukainya" Ujar Chanyeol yang membuat jantung Shindy berdebar naik tingkat dari sebelumnya.
"Aku masih beradaptasi" Shindy membuka tangannya. Ini sudah dua bulan, tapi ia masih malu ditatap suaminya.
"Aku tahu. Terimakasih sudah menjaga kehormatanmu dalam ketaatan" Chanyeol ikut bangga, karena ia tahu dirinya lah yang menjadi satu-satunya dihidup istrinya.
"Wanita memang sudah seharusnya menjaga kehormatannya. Bentuk ketaatan kepada Tuhannya juga dipersembahkan untuk suaminya kelak. Agar suaminya bersyukur memiliki istri yang mampu menjaga kehormatannya"
"Aku bersyukur. Sangat bersyukur memilikimu" Chanyeol mencium pipi kanan istrinya. Sedikit lebih lama dari pipi kiri Shindy yang tadi ia cium.
"Sarapan, kau harus keluar negeri kan? Aku sudah mempersiapkan semuanya" Shindy mencoba menormalkan debaran jantungnya. Mengalihkan pembicaraan memang lebih baik.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE BEST WAY | Park Chanyeol
RandomShindy habibah. Seorang dokter muda asal indonesia yang berkunjung untuk pertama kalinya ke Korea selatan. ia tak tahu tentang bahasa korea, hingga ia bertemu dengan seseorang yang tahu tentang islam namun ia bukan muslim. ia adalah seorang anggota...