Part 20 (Pilihan-Nya)

3.2K 290 64
                                    

"Yang paling sulit dalam hidup adalah saat dimana harus memilih. Memilih yang kita Inginkan, tapi Allah menginginkan kita memilih pilihan lain"

####

Gadis berkerudung kuning kunyit itu masih setia duduk disana. Dibawah pohon besar, disebuah bangku panjang. Ia masih belum beranjak dari sana. Hatinya begitu terluka, air matanya tak mau berhenti keluar dari tempatnya. Padahal ia selalu mencoba memberi semangat untuk hatinya tapi hati selalu menolaknya.

'Wahai Pemilik hatiku juga hatinya, tetapkan kami atas pilihan yang Engkau takdirkan. Ikhlaskan kami menerimanya' Shindy berujar dalam hatinya. Shindy bukan gadis yang lemah apalagi cengeng, ia selalu bisa menjadi kuat untuk setiap cobaan. Ia memiliki Tuhan bersamanya. Tapi entah mengapa untuk perihal yang satu ini. Tentang hati yang sudah memilih pemiliknya, ia justru harus mengusirnya. Ia muslimah yang tahu bagaimana menjaga hati, tapi ia tetap wanita biasa. Wanita yang tak mampu menahan hati yang tengah terluka. Ia tidak bisa.

Sesak dalam hatinya masih tersisa. Biarlah, biarlah ia menangis saat ini yang semoga bisa menghentikan tangisannya dimasa depan.

Hati selalu tahu siapa yang dituju. Hati selalu mengerti siapa yang menyapanya dengan cara yang terbaik. Dan hati selalu memahami siapa yang berhak menetap. Juga hati selalu menyadari siapa hati yang seharusnya pergi.

"Masih menangis?" Chanyeol kembali melangkah mendekat kearah Shindy. Sebenarnya ia sudah memasuki masjid, belajar mengaji bersama kyainya. Tapi konsentrasinya tak ia dapat. Ia terus memikirkan Shindy. Ternyata benar, wanitanya masih berada disana. Ia melihat dari belakang punggung Shindy bergetar, tanda ia tengah menangis. Tapi apa yang ia tangisi? Bukankah seharusnya ia bahagia karena dirinya menerima apa yang diinginkannya?

Shindy langsung mengusap air matanya. Mengapa seseorang yang menjadi alasan ia menangis harus ada disana dan melihatnya.

"Aku baik-baik saja" Shindy mengeluarkan ucapan yang coba pikiran hadir kan. Jika hati yang berkata pasti bukan itu yang akan mulutnya keluarkan.

"Sejak kapan mulai belajar berbohong?" Chanyeol duduk ditempatnya lagi. Tempat yang beberapa menit yang lalu ia duduki.

'Entahlah'

"Apa yang kau tangisi? Tidakkah kau tahu, aku merasa tidak nyaman meninggalkanmu seperti ini. Hatiku merasakannya ketika kau terluka. Ah aku bahkan tak ingin melakukannya tapi semua perihal hati. Aku tak bisa menghentikannya" Chanyeol menatap luasnya kota Seoul yang terlihat dari sana. Nada suara kecewa terdengar dengan disana.

'Bolehkah aku egois Tuhan, ingin rasanya aku mengatakannya. Aku belum menikah, karena aku mencintainya. Aku menetapkan namanya disana, diruang hati yang paling indah' batin Shindy bergejolak lagi.

Tapi pilihan lain datang menghampirinya. Ayana. Ia bukan wanita yang ingin bahagia diatas tangisan orang lain. Ia tidak pernah berlaku egois semasa hidupnya. Ia selalu mengalah perihal apapun. Itu yang menjadikan dirinya dewasa. Bukankah mengalah tidak akan membuat harga dirimu rendah, justru itu membuatmu hebat karena bisa mengalahkan egomu sendiri.

"Aku hanya menangisi kebahagiaan untuk Ayana. Ia akan menikah dengan pria yang ia cintai selama ini. Bukankah Allah begitu adil?" suara Shindy sudah lebih baik. Ia sudah lebih kuat. Jika ia sudah mempercayai semua hal kepada Rabbnya, lalu untuk apa ia terus bersedih.

Lagi, ia masih terus menguatkan hatinya. Yang semoga kali ini berhasil. Tolong, setidaknya kuatlah didepan Chanyeol.

"Kau memang wanita hebat Shindy, aku benar-benar iri dengan pria yang bisa menetap dihatimu"

'Masih namamu yang tertulis disana'

"Aku harus belajar darimu. Menerima takdir Allah. Mungkin dengan cara ini, aku bisa bahagia dan bisa dengan mudah melupakan mu"

THE BEST WAY | Park ChanyeolTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang