Stay With Me - 1

7.3K 414 16
                                    

IM YOONA POV

Dua tahun ini aku berada di New York sendirian, membuang semua cita-citaku. Aku lebih melepaskan pendidikanku di bidang arsitektur, aku kini bekerja di sebuah perusahaan design hanya saja aku bekerja sebagai asisten sekretaris. Aku menghindarinya, itulah alasanku tidak ingin menjadi seorang arsitek dan membuat ia dengan mudah menemukanku. Aku begini karena aku sudah kalah, kalah dengan perasaanku. Aku tidak menyalahkan siapapun karena semua ini terjadi karena aku yang tidak berani mengungkapkannya dan tidak berani menghadapi semua ini. Aku harus membuka lembar baru untuk hidupku. Lagian dia sudah menikah, apa lagi yang aku harapkan. Bukankah kata orang cinta pertama bukan berarti cinta sejati? Mungkin aku akan mendapatkan Choi Siwon dalam wujud lain.

Aku melangkahkan kakiku masuk ke café dekat flat tempat aku tinggal selama berada di New York. Café ini milik seseorang yang cukup aku kenal hanya saja ia tidak mengenalku. Aku menyukai kopi buatannya, setiap aku berada disini ia akan membuatkanku segelas caramel macchiato kesukaanku. Jika aku datang pagi hari maka ia akan memberikanku secangkir caramel macchiato hangat dan sepotong sandwich, kalau aku berkunjung di siang atau malam hari ia akan membuatkanku segelas caramel macchiato dingin dan sepotong cake stawberry. Aku suka berkunjung ke café ini karena dengan melihat pemiliknya, aku bisa sedikit bersyukur setidaknya aku masih memiliki keluarga yang menginginkanku. Tidak seperti dia, Park Chanyeol – seharusnya ia seorang Im Chanyeol.

"Selamat menikmati kopinya noona" ujarnya, ia selalu memanggilku noona karena aku memang lebih tua walaupun hanya beberapa bulan.

"Gomawo" ujarku, dia orang korea pertama yang kukenal saat aku berada di New York. Karena dia juga alasanku memilih New York untuk bersembunyi.

"Mau aku putarin lagu itu?" tanyanya, dia tau aku lagu kesukaanku. Kami memiliki hubungan yang baik selama 2 tahun ini.

"Aniy, aku tidak mau semua pelangganmu galau di pagi hari" ujarku. Ia tersenyum padaku. Aku menyukai senyumannya dan matanya, melihat keduanya aku merasa melihat diriku.

"Chanyeol-ssi, jangan menggoda kekasihku saja" ujar seseorang yang baru masuk ke café ini "Aku mau secangkir americano" aku memutar mataku kesal, dia memesan minuman itu. Mendengar americano membuatku teringat lagi padanya. Aku selalu ingat pada apa pun tentangnya.

"Noona, apa kamu berpacaran dengan pria ini?" tanya Chanyeol dan aku mengangguk, aku memutuskan menerimanya setelah menolaknya sebanyak 99 kali. Dia pria yang baik hanya saja ia sedikit kekanak-kanakan. Aku ingin belajar melupakan orang itu dengan memulai hubungan dengan Henry. "Kamu membuatku patah hati" ujar Chanyeol sambil berjalan meninggalkan mejaku.

"Yak, Park Chanyeol kamu jangan menambahkan racun dalam minumanku ya" teriak Henry

"Sepertinya itu ide yang bagus" ujar Chanyeol

Begitulah mereka berdua, setiap ketemu pasti ada saja yang menjadi bahan pertengkaran mereka. aku tersenyum melihat tingkah mereka. mereka memiliki cara masing-masing untuk membuatku tertawa. Aku suka berada disini.

***

"Nanti malam aku akan menjemputmu" ujar Henry saat kita tiba di Lyncon. Aku bekerja di perusahaan Daddynya Henry.

"Ne" aku segera melepaskan safety belt yang mengikat tubuhku dan berbalik ke arah pintu untuk segera keluar dari mobil. Aku selalu menghindarinya, aku tidak ingin ia menciumku. Setidaknya tidak saat ini sebelum aku yakin perasaanku. Aku tidak siap melakukan kontak fisik dengannya.

Ponselku berbunyi dan sebuah pesan masuk, dari Yuri eonni. Aku tau pesan itu pasti berisi sesuatu yang buruk. Ia selalu mengabariku hal tentang dia. Kali ini pesan suara.

'Dia akan segera menjadi seorang daddy'

Setelah beberapa menit aku tidak membalas pesannya, dia meneleponku. Aku tidak ingin berbicara tentang hal itu, hanya saja aku tidak mungkin menolak panggilannya. Dia, kakak iparku seseorang yang paling mengerti aku selain eomma.

"Ne eonni"

"Kenapa tidak membalas pesanku?" tanyanya

"Aku tidak ingin membahasnya eonni, jangan terus membicarakan masalah suami orang"

"Seandainya dulu kamu lebih cepat memberitahuku, aku tidak akan membiarkan mereka menikah" ujarnya

"Yak eonni, kamu mana boleh begitu" terkadang sifat anehnya membuatku sering tertawa.

"Yoong, aku tidak tau mengapa hanya saja aku merasa ia tidak bahagia" ujar eonni, dia tau karena dia bekerja untuk Siwon oppa. dia menjadi sekretarisnya.

"Aku tidak ingin tau lebih banyak"

"Dia sering menghabiskan waktunya di kantor daripada pulang ke rumah akhir-akhir ini" dia tidak akan berhenti berbicara jika aku belum memutuskan panggilannya.

"Aku tutup" ujarku dan aku memutuskan panggilan itu. Ia akan marah besar nanti tapi aku tidak peduli, daripada moodku buruk sepanjang hari, lebih baik dimarahi eonni.

***

Aku masuk ke ruanganku,

"Noona, sajangnim mencarimu" ujar Sehun, dia pria korea yang menyelesaikan pendidikannya disini dan sekarang ia sedang magang disini. Dia sudah bekerja sekitar 3 bulan dan ia akan segera diangkat menjadi karyawan tetap karena kinerjanya yang bagus. Dia juga seorang Choi dan bersikap dingin. Aku jadi berpikiran apakah semua pria Choi itu memiliki sikap dingin? Sayangnya dia adalah sahabatku.

"Oh ne" aku pun mendatangi ruangan ahjussi Lau

"Ahjussi memanggilku?" tanyaku saat masuk ke ruangan Ahjussi. Ahjussi Lau, ia adalah daddynya Henry.

"Yoong, ahjussi ada tawaran yang cukup bagus untuk kariermu" ujarnya

"Apa ada yang bisa aku bantu?"

"kamu bisa kembali ke Seoul dan bekerja di kantor pusat sebagai sekretaris eksklusif CEO." Ujar ahjussi

"Kenapa ahjussi mau memindahkan aku kembali ke Seoul? Lalu bagaimana dengan Henry?" tanyaku, ia bahkan tau aku sudah berhubungan dengan putranya.

"Pertama, kamu bisa lebih dekat dengan keluargamu. Berada jauh dari keluarga bukan hal yang baik. Kedua, CEO kantor pusat kita yang memilihmu dan kariermu bisa meningkat. ketiga, anggap saja kamu membantu ahjussi, kamu tau sendirikan bagaimana kelakuan Henry selama ini. dia tidak akan pernah dewasa jika apa yang ia inginkan selalu ia dapatkan dengan mudah. Ahjussi berpikir mungkin dengan kamu tidak ada di dekatnya, dia akan berjuang untukmu"

"Tapi,,"

"Yoong, dia tidak pernah bisa diandalkan jika sikapnnya masih seperti ini"

"Akan aku pikirkan dulu" Aku meninggalkan ruang kerja ahjussi lau.

***

Sepanjang hari aku terus memikirkan apa yang harus aku lakukan, apakah aku harus kembali ke Seoul? Berada dekat dengannya bukan hal yang baik tapi dengan aku berada jauh darinya, aku juga tidak sanggup melupakannya. Lalu apa yang harus aku lakukan.

Aku berbaring di tempat tidurku, memikirkan langkah yang harus aku ambil, mungkin ahjussi Lau benar, Henry tidak bisa diandalkan. Tadi aku baru saja bertengkar dengannya, ia melupakan janjinya dan mabuk-mabukan. Aku sungguh lelah, baru saja memejamkan mataku, ponselku berbunyi.

Sebuah pesan masuk dari orang yang sudah lama tidak menghubungiku.

FROM : TIFANNY

Yoong, aku merindukanmu.

Aku juga merindukannya, hanya saja saat ini kita sudah berbeda. Aku bahkan tidak tau bagaimana harus menemuinya, aku malu padanya karena mencintai suaminya.







TBC

Stay With MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang