Gadis itu kembali membuatku bergetar setelah sekian lama aku tidak melihatnya. Dia seseorang yang tak mungkin aku miliki lagi setelah dua tahun yang lalu aku memilih untuk menikahi kakak sepupunya. Dia gadis yang aku cintai tapi dia memilih adikku choi sehun, seseorang yang aku tidak pernah tertarik berebut dengannya.
Malam itu saat aku sudah menyiapkan sesuatu untuknya di hari ulang tahunnya. Aku menemukannya sedang bersama Sehun, mereka menikmati makan malam romantis di sebuah cafe favoriteku dengan Sehun. Aku membuang bunga yang aku beli untuk Yoona dan cincin yang aku beli itu kusimpan kembali ke dalam sakuku.
Aku mengendarai mobilku menuju ke bar. Disana aku tidak tau berapa banyak yang aku habiskan, sampai terakhir aku melihat disana ada Jung Soojung, dia putri ahjumma jung. Kepala pelayan di mansion yang merawatku dan Sehun sejak kecil jika eomma meninggalkan kita untuk menemani aboeji melakukan perjalanan keluar negeri. Aku melihat dia sama seperti Sehun, sejak kecil kita berteman dekat. Dia sudah aku anggap sebagai adikku, aku menariknya untuk pulang.
Setibanya di mansion, aku tidak mengingat apa yang terjadi. Hanya saja saat paginya tiba, aku menemukan Soojung tidur di kamarku. Saat itu aku baru terbangun karena mendengar suara Sehun dan aboeji.
"Apa yang kamu lakukan choi siwon" teriak aboeji saat itu, Soojung tidak berkata apa pun. Dia terdiam di sampingku, dia menundukkan kepala saat melihat tatapan Sehun tertuju padanya. Aku tidak tau apa hubungan mereka, hanya saja mereka memang begitu akrab.
"Aku tidak melakukan apa pun" ujarku
"Turunlah ke bawah, kita akan bicara" ujar aboeji
"Oppa, mianhae" ujar soojung setelah aboeji dan sehun meninggalkan kamarku
"Kita tidak melakukan apa pun kan?"
"Ne, aku terlalu mabuk tadi malam. Aku takut eomma tau,"
"Arraseo"
"Aku menyukai Sehun oppa" ujarnya dan aku mengangguk. Sepertinya aku dan Soojung memiliki nasib yang sama, kita mencintai orang yang tidak mencintai kita.
Aboeji memintaku menikahi Soojung. Aku tidak akan melakukannya karena bagiku dia hanya adikku. Akhirnya aku meminta bantuan Tifanny, dia satu-satunya teman wanita yang dekat denganku. Dia mengetahui aku mencintai adik sepupunya tapi dia menerimaku. Aku menikahinya.
***
Setelah melewati satu hari yang panjang karena perdebatanku dengan aboeji, akhirnya dia mempercayaiku jika aku akan menikahi kekasihku bukan Soojung. Aboeji mengirim Soojung ke Jepang dan tidak membiarkan ia kembali lagi ke Seoul.Sehun masuk ke kamarku dan tanpa mengatakan apa pun ia memukulku.
"Apa yang kamu lakukan?" tanyaku
"Aku kecewa padamu hyung" setelah hari itu aku tidak pernah memiliki hubungan yang baik lagi dengan Sehun. Bahkan sehari sebelum pernikahanku, dia berangkat ke New York.
***
Dua tahun setelah pernikahanku, aku tidak pernah memiliki perasaan pada Tifanny, itu alasan mengapa ia besikeras untuk melahirkan seorang anak untukku. Dia takut aku kembali pada Yoona. Ia takut aku menggunakan alasan itu untuk meninggalkannya. Tapi keputusannya membuat dia kehilangan kesempatan untuk hidup. Bagaimana aku bisa memaafkan diriku sendiri? Seandainya aku mencintainya maka semua ini tidak akan terjadi.
Saat ini Yoona yang menjadi penggantinya sebagai ibu dari putraku. Tapi dia tidak pernah menjadi pengganti dari Tifanny di hatiku, karena dia satu-satunya yang mengisi hatiku selama ini. Hanya saja aku tidak bisa mengakuinya karena aku tidak ingin berbahagia setelah apa yang telah aku sebabkan selama ini.
Aku tidak pernah memikirkan perasaan Yoona karena keegoisanku. Aku tidak ingin mengakui cintaku pada Yoona karena takut Tifanny terluka, tapi aku tidak mempertimbangkan bagaimana perasaan Yoona.
Dia terluka,,
Aku menyadarinya saat ia tidak lagi menangis untukku, dia menatapku penuh luka. Ne semua salahku, aku memberinya obat KB selama dua tahun ini dengan membodohinya bahwa itu adalah vitamin kandungan. Semua salahku, aku tidak ingin mencari alasan untuk membela diri. Aku menolak kandungannya saat mengetahui ia mengandung.
Aku menyebabkan begitu banyak luka untuknya.
Pagi ini aku berangkat ke kantor cukup pagi untuk menghindari pertengkaran dengannya, tadi malam dia melemparkan cincin pernikahan kita padaku dan mengatakan ia lebih memilih bayinya daripada menjadi istriku. Aku tidak ingin kehilangan dia, aku sedikit bersyukur ia jatuh pingsan tadi walaupun aku begitu takut. Setidaknya saat ia tidak sadar, aku bisa mencegah kepergiannya.
Rapat pagi ini cukup membuat kepalaku pusing, aku baru saja kehilangan beberapa ratus juta won lagi karena aku melupakan jadwal penting semalam.
Kyuhyun masuk ke ruanganku dengan terburu-buru
"hyung, audi terbarumu ditemukan menabrak container di tengah jalan" mendengar kabar itu, semua pikiran negatif muncul di kepalaku. Aku mencari ponselku untuk meneleponnya. Aku takut sesuatu terjadi padanya. Ne, tentu saja istriku yang lugu dan sekarang berubah menjadi menakutkan itu yang membawa mobilku. Jika bukan dia, siapa lagi yang bisa mengeluarkan kunci mobil yang berada di dalam brankasku.
"Apa yang kamu lakukan pada mobilku? Setelah menghancurkannya, kamu meninggalkannya di jalan begitu saja" teriakku saat Yoona mengangkat teleponku dalam hitungan beberapa detik.
"Aku akan membayar kerugiannya" apa yang dia katakan. Aku bahkan tidak mempedulikan jika mobilku itu hancur lebur, aku hanya khawatir dengan keadaannya. Tapi mulut jahatku malah mengatakan hal yang melukainya begitu dalam.
"Kamu dimana? Pulang sekarang dan kita selesaikan sekarang" ujarku dengan nada agak rendah, tapi setelah itu panggilanku terputus. Aku meneleponnya lagi dan nomornya sudah tidak aktif. Aku memutuskan untuk pulang ke rumah untuk memastikan keadaannya baik-baik saja.
Aku menunggunya hampir seharian tapi ia belum menampakan wajahnya walaupun sudah begitu larut, setelah aku menemani putraku tidur dan kembali ke ruang keluarga untuk menunggunya, beberapa saat kemudian Yoona masuk ke rumah, tanpa menoleh ke arahku. Ia meneruskan langkahnya menuju ke lantai atas.
Aku dengan emosi menarik Yoona ke kamar, walaupun melihatnya baik-baik saja semua kecemasanku hilang begitu saja. Tapi aku tetap marah karena ia mengabaikanku.
"Lepasin" ujar Yoona dan sekali lagi ia tidak menatapku
"Kemana saja kamu?" tanyaku
"Aku tidak pernah menanyakan kamu mau kemana, jadi aku harap kamu juga jangan menanyakan hal itu padaku" ia menatapku dengan tatapan permusuhan. Aku bukan musuhnya, apa sekarang dia berubah membenciku.
"Aku tidak melarangmu bertanya, dan kamu juga tidak berhak melarangku untuk bertanya" selama ini dia yang tidak pernah menanyakan apa pun yang aku lakukan. Aku tau dia tidak melakukan semua ini karena dia tidak mencintaiku tapi hanya aku yang mencintainya.
"Pergilah, aku lelah" ujar Yoona
"Jika kamu tidak lupa ini adalah rumahku nona, kenapa aku harus pergi"
Yoona berbalik dan keluar dari pintu
"Im Yoona, mau kemana kamu?" teriakku, aku tidak suka dia seperti ini. Aku menariknya dan menjatuhkannya ke ranjang. Aku menciumnya dengan kasar, aku tidak ingin melukainya lagi hanya saja semua egoku membuatku seperti ini. Aku mencintainya, aku tidak ingin ia pergi dariku. Ia mendorongku saat aku tengah asyik menciumnya. Ia menatapku dengan tatapan paling dingin, aku melihat luka di matanya. Aku tidak menatap matanya lagi, itu membuatku terluka juga.
"Jangan pernah menyentuh aku" teriaknya
"Aku memiliki hak untuk itu"
"Aku juga punya hak untuk menolak" ujar Yoona "Aku tidak akan membiarkanmu menyentuhku seujung rambutku pun"
"Baik, aku juga tidak perlu mencari alasan lain lagi untuk kembali pada Soojung. Kamu memberikan aku alasan terbaik" dan sekali lagi aku melukainya dengan kata-kata. Bagaimana mungkin aku melakukan hal seperti itu padanya.
"Ceraikan aku" ujarnya, rasakan choi siwon, ini yang kamu mau. Dia memintamu untuk menceraikannya. Aku tidak ingin dia semakin kesal karenaku, aku pun meninggalkannya sendirian di kamar.
Sebelum aku menutup pintu kamar, aku mendengar tangisannya dan sekali lagi itu karenaku. Aku melukainya. Dan aku juga terluka karena terlalu mencintainya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Stay With Me
FanfictionNothing to lose, your love to win, hoping so bad that you'll love me in,, i'm at your feet waiting for you.. Setetes air mataku menetes dari mataku. Saat mendengarkan lirik lagu kesukaanku ini, Aku masih saja merindukannya, dan dia juga menjadi alas...