Awal

1.3K 58 0
                                    

Nyanyian angin membentuk sebuah nada menciptakan lagu yang sangat indah. Diselanya hadir nada yang lebih terasa di telinga yang menyatu dengan nyanyian angin. Nada itu berjalan beriringan dengan nada indah dari pita suara anak manusia.

Petikan gitar menambah indah nada itu dan sangat nikmat bila didengar. Berjalan menjajaki jalan yang sepi pejalan kaki, disamping petak tanah yang ikut bergoyang menikmati lagu indah itu.

Bila nanti saatnya tlah tiba
Ku ingin kau menjadi milikku
Berjalan bersamamu dalam terik dan hujan
Berlarian ke sana ke mari dan tertawa
Namun bila saat berpisah tlah tiba
Izinkan ku menjaga dirimu
Berdua menikmati pelukan diujung waktu
Sudikah kau menjadi milikku .

Kemudian lagu itu tergantikan oleh tawa bahagia dan memersilahkan angin bernyanyi sendiri tanpa diiringi lagu yang indah.

"Seneng banget ya, kita bisa ketemu lagi, aku kangen kalian tau," celetuk seorang wanita berkerudung cantik pada sahabatnya.

"Aku juga kangen banget sama kalian, apalagi kalau ketemu sama kalian cuma sebatas rivalitas dan gak pernah ketemu sama Suci juga," sahut Rezaldi.

"Iya, sekarang kita gak sedekat dulu lagi," sahut Hanif,  dan Febri hanya mengangguk.

"Vid, kenapa sih, kok ngelamun, habis putus cinta ya?" Suci menegur David yang melamun sambil memainkan gitar, "Gak papa," jawabnya dengan nada datar.

Febri menatap ketiga sahabatnya dengan tatapan jahil dan, "Kenapa sih vid kenapa?" mereka langsung menyerbu David dan tawa bahagia pecah di antara nyanyian angin itu.

Lama mereka tidak bertemu karena pekerjaan mereka yang tidak pernah ada kesempatan untuk cuti. Rasa rindu mereka akhirnya terlepas di rumah makan pinggir sawah, tempat biasanya mereka sering berkumpul dulu.

Rindu mereka begitu besar hingga saat sore tiba pun mereka tetap saja disana, padahal mereka memiliki waktu 2 minggu untuk berkumpul.

David, Hanif, Suci, Febri, dan Rezaldi, nama itu ada di gubuk rumah makan itu.

Seluruh karyawan restoran itu sudah tau, punggawa itu jika berkumpul akan menghabiskan waktu hingga larut malam dan tempat itu akan dikosongkan jika pasukan itu sedang ada cuti.

Sayang, pasukan mereka kurang satu, "Gengs, ada yang tau kabar Alina sekarang gimana?" tanya Suci, "Gak tau," jawab Hanif dengan santai kemudian Rezaldi melotot pada Suci dan Hanif.

Ada yang salah.

David kemudian mengangkat kepalanya dan menatap Febri, "Gak punya kontaknya," celetuk David yang hampir menghilangkan ketegangan Suci, Hanif, dan Rezaldi.

Febri pun mengangguk dan melemparkan senyum manis pada sahabatnya, "Terlus gimana kita mau hubungin dia, kalian kangen kan sama Alina, tapi kita gak punya kontaknya," sambung Febri.

"Iya tuh, gimana coba caranya?" imbuh David dan Suci, Hanif, Rezaldi menghembus nafas lega, "Coba kita cari aja, selama ini cuma dia aja yang gak ada kabar, aku kangen banget tau sama Alina," celetuk Suci, "Iya tau," sahut mereka berempat bersamaan menirukan gaya Suci.

Alina, dia sangat sulit dihubungi, dia menghilang sejak peristiwa yang tak pernah dilupakan punggawa itu. Yang mungkin bisa jadi alasan sulitnya Alina untuk dihubungi.

Kejadian yang tak pernah lepas dari masa mereka sekolah dulu. Kejadian yang sampai saat inipun mereka masih belum percaya. Hingga mencapai ketegangan dan hampir merusak persahabatan mereka.

IntuisiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang