Febri, Rezaldi, Suci, dan Hanif berhenti ketika melihat perempuan itu, "Farah?" celetuk Febri menatap wanita itu. Semuanya ikut kaget.
Semuanya melongo melihat wanita cantik berambut pendek yang dibawa Febri ke stadion untuk melihat pertandingan Rezaldi di Jakarta, "Ehem... Ada yang udah gak jomblo lagi nih," goda Rezaldi, "PJ cair nih habis pertandingan kamu, Le." sahut Suci disusul anggukan David dan Hanif.
"Gaes, kenalin dia Farah, pacar aku," Febri mengenalkan pada sahabatnya, "Farah," ucap Farah sambil bersalaman dengan semua punggawa itu.
Febri banyak bercerita tentang sahabat-sahabatnya itu. Hal yang selalu membuat Farah takjub dengan keindahan persahabatan.
Pertandingan sudah dimulai, sedikit mereka membahas tentang pertandingan yang sedang dijalani sahabatnya itu.
Febri tak kalah berkomentar, hanya Farah yang tidak mengerti sama sekali apa yang mereka bicarakan, sedikit badmood dengan perlakuan Febri yang sama sekali tak memerhatikan dia.
"Far, kamu pasti bingung ya kita bahas apa?" tanya Suci, "Enggak kok," jawab Farah padahal dalam hatinya mengatakan iya, "Tapi kok kayak badmood gitu sih?" sahut Hanif.
"Gaes gol gaes... Bule kasih assist!" teriak Febri, dan satu stadion teriak.
"Gooolll!!!"
Satu stadion bersorak gembira membuat Farah benar-benar tak tahan dengan suara bising itu.
Satu stadion bahagia dan bangga, hanya Farah yang menunjukkan wajah kesal.Setelah pertandingan, mereka berencana untuk makan malam.
"Bow, PJ ya malam ini?" tanya Suci, "Nih anak kalo masalah PJ pasti semangat, kadang kayak preman malakin orang," sahut Rezaldi yang pernah berpengalaman dibegal Suci saat dia memerkenalkan pacarnya pada Suci.
"Gak lagi deh aku cerita tentang pacar sama dia, tekor aku bisa-bisa," sambung Rezaldi, "Tenang, Le. Besok kalo dia punya pacar, kita abisin uang dia," sahut Febri.
"Udah punya pacar kali sekarang," sahut Rezaldi sambil melirik ke arah Suci, "Gak punya pacar kali. Enakan juga jomblo. Jomblo sampe halal," sahut Suci, "Aseekk!" sorak semuanya, "Kita bertiga kan jomblo bahagia," sahut Hanif dan David sambil merangkul Suci.
Semua tertawa, tapi hanya Farah yang terlihat kesal. Padahal dulu dia sangat ingin merasakan uforia bersahabat dengan mereka.
Saat makan malam, seperti biasa, punggawa itu selalu bikin rusuh dan ribut sendiri di cafe langganan mereka.
Farah sedikit bisa menerima keasikan sahabat kekasihnya itu, tapi yang membuatnya tak habis pikir, Febri terlalu sibuk dengan sahabatnya sampai lupa dengan kekasihnya yang sejak satu tahun lalu menemaninya,
"Nif, itu si Farah kasian tau, Febri kenapa cuek gitu sih sama dia, kan kasian," bisik Suci pada Hanif sambil menundukan kepala hampir berbenturan dengan dahi Hanif yang duduk disebelahnya.
"Ya kamu ajak ngomong lah, Ci." sahut David yang juga duduk disebelah Suci,"Kamu kayak gak kenal Suci aja, dia kalo belum kenal mana bisa akrab, dia kan orangnya dingin kayak es," celetuk Hanif membuat David tertawa dan Suci memukul pundak Hanif, "Aduh!" teriaknya.
Farah yang dari tadi bermain HP langsung mengangkat kepala dan menatap David, Hanif, dan Suci.
"Aku ke toilet dulu ya," izin Farah, "Mau aku temenin?" Suci menawarkan untuk mengantarkan Farah tapi dia menolak dan memutuskan untuk pergi sendiri.
Hening sejenak, Suci, Hanif, dan David sempat saling menatap untuk memberanikan diri meluncurkan pertanyaan pada Febri, tapi Rezaldi memahami tatapan sahabatnya itu.
"Bow, pacar kamu kok kamu cuekin gitu sih, kasian tau dia kayaknya badmood gitu deh," tanya Rezaldi yang disusul berhentinya tangan Febri bermain HP.
"Emang aku cuek ya?" Febri malah bertanya balik, "Bow, itu pacar kamu dari tadi kamu diemin, kamu gak sadar emangnya? Kasian tau bow," sambung David.
Febri hanya diam, ada sesuatu yang dia sembunyikan dari sahabatnya itu, "Bow... Ditanya itu jawab kek, diem aja kamu," tegur Hanif melihat sahabatnya hanya melamun.
Febri tetap diam, "Pasti ada yang kamu sembunyiin dari kita, cerita bow, kita kan sahabat kamu," sambung Suci berusaha membuat Febri bercerita tentang hal yang sedang membebani pikirannya.
Febri masih diam.
"Kalo kamu gak mau cerita ya udah terserah, tapi jangan cuekin Farah. Kasian bow," kata Rezaldi.
Febri menunduk dan tak lama dia menaikkan kepalanya berusaha mengumpulkan nyali untuk bercerita.
Hal yang selama beberapa minggu ini menghantui pikirannya.
Febri mulai menarik nafas, seperti berusaha menahan kesedihannya.
"Jadi.. 2 minggu yang lalu aku udah ajak dia ke Jakarlta buat ketemu kalian. Sebenerlnya dia itu udah gak sabarl mau ketemu kalian, tapi waktu aku ngajak dia ke Jakarlta... Ada sesuatu terljadi.."
Febri berhenti sejenak dan yang lain masih fokus menatap mata si cadel berusaha menebak apa yang selanjutnya terjadi.
"Awalnya aku pikirl dia bakal seneng waktu aku ajak dia ke Jakarlta, tapi tiba-tiba dia nolak ke Jakarlta karlena...." Febri kembali diam, semuanya semakin bingung.
"Karena apa bow?" tanya Rezaldi, "Karlena waktu aku mau ketemuan sama dia untuk ngajak dia ke Jakarlta aku ketemu dia lagi makan bareng sama cowok dan keliatan deket banget," jelas Febri sambil menahan kesedihannya.
"Mungkin dia temennya bow?" tanya Hanif tapi Febri menjawabnya dengan gelengan kepala.
"Setelah itu, aku tanya ke sahabatnya Farah dan bener, cowok itu adalah..." Febri sudah tidak sanggup harus menjelaskan siapa laki-laki itu. Dia terlihat sangat terpukul dengan kejadian itu,
"Terus kalo dia kayak gitu, kenapa kamu gak ngomong yang sebenernya sama Farah? Kenapa kamu malah ngajak dia kesini?" tanya Suci masih heran, "Aku tau dia pengen banget ketemu kalian. Tiap aku cerlita sama dia tentang kalian, dia selalu exited dengerlnya, makanya aku ngajak dia kesini buat ketemu kalian," jawab Febri
Tak lama Farah datang dari toilet dengan mata sedikit memerah.
Febri terkejut melihat perempuan yang dulu sempat membuatnya sangat jatuh cinta dan sangat sakit hati pula.
Semuanya terdiam, termasuk Farah.
Mereka tidak tau apa yang harus dikatakan. Farah melepaskan tangannya dari genggaman David, "Farah tunggu!" teriak Febri sambil menghampiri Farah.
"Bow," panggil Suci dengan nada pelan.
"Kamu kok bisa disini?", tanya Febri, "Tadi kebetulan lewat aja. Udah ya aku mau pulang," jawab Farah sambil meninggalkan punggawa itu.
Setelah kejadian itu, sikap Febri kembali pada masa di cafe beberapa tahun lalu.
Sampai di tempat tujuanpun Febri masih tetap sama, diam. Keempat sahabatnya bingung harus bicara apa, termasuk Rezaldi yang sangat dekat dengan Febri.
😉
KAMU SEDANG MEMBACA
Intuisi
FanfictionTidak ada yang tau bagaimana ingatan seseorang dapat sembuh dengan begitu mudah. Namun, mudah saja seorang Alina Putri mengetahui perasaannya terhadap salah satu punggawa bangsa Indonesia. Perjuangan Alina untuk mengingat masa lalunya juga menimbul...