Di samping meja nakas berlampu yang tenang. Laki-laki yang berposisi sebagai gelandang tengah itu meraih sebuah foto yang terletak di samping foto sahabatnya dan piala penghargaan sebagai Best Player 2017 serta Best XI Liga 1 2017.
Foto itu, dimana banyak yang belum ia katakan dan lebih memilih memendamnya dengan aman dan tenang.
Di foto itu, seorang gadis dengan seragam putih abu-abu berdiri di sampingnya dengan tawa bahagia. David masih ingat jelas foto itu diambil saat dia dan Dinda menertawakan satu sama lain.
Saat itu mereka telah dinyatakan lulus dan tawa mereka benar-benar memancarkan kebahagiaan. Bahkan saat mengingatnya laki-laki itu selalu merasakan bahagia yang sama.
Namun, jika menelisik hingga jam-jam berikutnya setelah foto itu diambil. Maka seorang Septian David Maulana akan menemukan kehancuran yang teramat sangat. Bahkan berhasil membuatnya sampai saat ini tak ingin membuka hati untuk siapapun. Bagi dirinya, Dinda adalah cinta dan penyesalan yang teramat sangat di hatinya.
Sebenarnya setelah pengumuman kelulusan itu, ada hal yang ingin dinyatakan kepada Dinda, "Vid, Dinda pulang dulu ya. Dinda udah di jemput. Kamu hati-hati ya. Sukses buat karier kamu. Semoga bisa jadi pesepak bola yang profesional dan bisa banggain keluarga, sahabat, dan Dinda juga pastinya," ujar gadis cantik itu.
David yang mendengar ucapan itu sontak dibuat sangat bahagia dan saat itu mungkin ia ingin menyatakan cintanya, "Kok buru-buru sih, Din? Ikut kita-kita aja yuk?" ajak Suci yang juga ada di sana, "Gak bisa, aku udah dijemput. Aku pulang dulu ya semuanya. Assalammualaikum," jawab Dinda yang juga berpamitan, "Waalaikumsalam," jawab mereka semua termasuk David yang masih merasa mengganjal dengan perasaannya.
"Udah nembak atau belum?" tanya Rezaldi sembari menepuk pundak David yang masih melihat ke arah Dinda hingga masuk ke mobil, "Woy nanya nih!" seru Rezaldi di telinga David, "Hah apa apa?" seru David dengan pelonga-pelongo.
Semua menggelengkan kepala heran, "Udah nembak Dinda belum?" tanya Rezaldi sekali lagi.
Kemudian David mengeluarkan cengirannya yang sukses membuat teman-temannya mengira bahwa ia telah menyatakan cintanya, "Belum," ucapnya yang sukses membuat Rezaldi menjitak kepalanya disusul Febri dan Hanif.
"Terus kapan mau nyatainnya, Vid?" tanya Suci yang juga heran dengan sahabatnya satu ini.
David hanya mengankat kedua bahunya tanda tak tahu, "Cewek itu gak suka digantung loh, Vid!" ujar Suci, "Ehem. Kayanya ada yang lagi digantungin nih," sahut Febri yang menyindir Suci, "Digantungin siapa dia? Suka sama cowok aja gak bisa mana mungkin digantungin," sahut Hanif sembari merangkul Suci.
Kemudian tawa mereka pecah di sana.
David kembali pada foto pertama dan terakhirnya bersama Dinda. Satu detik yang kala itu berhasil membuatnya bungkam dan tak bisa menyatakan perasaannya.
Ingatannya kembali pada kisah setelah pertengkaran dengan sahabat-sahabatnya di restoran langganan mereka.
Dengan tubuh yang terasa rontok karena perkelahian itu tiba-tiba ponselnya berdering pertanda telpon masuk. Dengan malas laki-laki itu meraih ponselnya dan itu telpon dari nomor yang tak dikenalnya.
Malas rasanya dia mengangkat telpon yang tak diketahui namanya namun akhirnya dengan sangat terpaksa ia mengangkat telpon.
KAMU SEDANG MEMBACA
Intuisi
FanfictionTidak ada yang tau bagaimana ingatan seseorang dapat sembuh dengan begitu mudah. Namun, mudah saja seorang Alina Putri mengetahui perasaannya terhadap salah satu punggawa bangsa Indonesia. Perjuangan Alina untuk mengingat masa lalunya juga menimbul...