Epilog

48 6 3
                                    

David buru-buru turun dari taxi saat melihat wanita paruh baya membawa tentengan tas berisi makanan menuju sirkuit. Saat dia keluar wanita itu nampak terkejut dan mungkin mengenali David.

"David?"

Laki-laki yang dipanggil namanya itu tentu saja merasa lega, dugaannya selama perjalanan menuju sirkuit itu ternyata hanya kekhawatiran yang tak bertuan.

"Iya Tante ini David." Laki-laki itu melepas topi dan maskernya.

"Apa kabar kamu?" Kali ini mereka sudah ada di sebuah cafe di dekat sirkuit.

"Baik Tante, Alhamdulillah. Tante sendiri?"

"Baik juga, Alhamdulillah. Tante sering nonton pertandingan kamu di TV sama Om, kamu keren!" Wanita itu mengacungkan jempolnya pada David yang langsung dibalas dengan ucapan terima kasih.

Lama mereka berbincang, bertukar kabar tentang keluarga masing-masing sampai akhirnya David kembali membuka pembicaraan baru.

"Tante, David cinta sama Alina."

Ucapan David itu tentu saja membawa wanita paruh baya yang tak lain dan tak bukan adalah mama Alina itu terkejut.

"David tau mungkin ini lancang. David juga tau kalo apa yang David lakuin di masa lalu itu adalah kesalahan David yang masih labil."

"Tapi Tante, kalo Tante berkenan, izinkan David untuk menjadikan Alina sebagai teman hidup David. David nggak tau harus bilang gimana ke Tante supaya Tante yakin, David cuma bisa bilang kalo David akan jagain Alina sebagaimana David lakuin selama ini ke sahabat-sahabat David, sahabat Alina juga."

"David nggak mau janji apapun sama Tante untuk Alina tapi David akan lakuin yang terbaik buat Alina."

Mama Alina terharu melihat pemuda luar biasa di depannya itu. Ini pertama kalinya dia melihat laki-laki se-gentle ini mengatakan cinta, bukan pada pasangannya tapi pada orang tua pasangannya.

"Tante mau lihat seberapa keras kamu mau usaha. Tapi Tante harus pergi ya mau nyamperin Alina. Ngomong-ngomong makasih traktirannya. Tante seneng ditraktir punggawa Timnas."

Mama Alina pergi meninggalkan pertanyaan besar bagi David. Hampir frustasi sampai akhirnya dia memutuskan untuk ke Bandung saat tau Alina dan mamanya akan pulang dan bertekad untuk meminta izin tepat di depan kedua orang tua Alina.

Dan sampailah David pada titik ini. Titik dimana dia menemukan cintanya dan juga sahabat SMA yang sudah sangat dirindukan punggawa yang lainnya.

Di restoran tepi sawah tempat mereka nongkrong saat SMA ini lah sekarang mereka berada. Dengan personil lengkap, 6 orang, membuat seluruh karyawan di restoran itu ikut bahagia. Ah iya, jangan lupakan personil baru mereka, Isya, Farah, Ryan, Bagas, dan Ratna.

Amnesia yang Alina alami memang tak bisa sembuh secara instan. Tapi kenapa harus menunggu kalau dengan intuisi diri sendiri pada akhirnya bisa membawa pada kembali yang dirindu?

💭💭💭

Wahh... Akhirnya sampai juga kita di ujung cerita. Mau bilang makasih sama semuanya yang udah nungguin cerita ini dari jaman baheula sampai sekarang. Mau bilang makasih juga buat semuanya yang udah baca cerita ini. Mau minta maaf juga kalo selama cerita ini dirilis banyak banget kesalahan penulisannya. Maaf juga karena saya yang lamaaaaa banget baru up cerita.

Mau curhat dikit, kalian yang udah baca yang bener-bener ngikutin Timnas U-23 gimana perasaan kalian? Kalo saya bener-bener kaget sama diri sendiri yang bisa bertahan sampe mereka udah nikah  bahkan punggawa kita udah ada yang punya anak!! Saya pribadi seneng banget dan merasa luar biasa (hehe maaf ya kalo lebay)

Lagi-lagi saya mau bilang makasih buat kalian semua yang udah baca. Tetep ingat sama kalimat terakhir di setiap bab ya. Tetap dukung Punggawa Bangsa kesayangan kita 😉♡♡

Makasih semua, see you next time🤍

IntuisiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang