Bagian 23

203 28 6
                                    

Sejuk di Bandung memang menjadi hal paling menyenangkan dan menenangkan bagi pesepak bola tampan satu ini. Bandung yang menurutnya menjadi rumah kedua setelah dia bermain untuk kota ini, Persib Bandung.

Tanpa sadar, hidupnya yang besar di Jakarta pun bisa sebagian hilang, karena Bandung yang menurutnya adalah kota ternyamannya.

Apalagi setelah bertemu dengan sosok gadis cantik yang ditemuinya di stadion saat latihan perdananya kala itu.

Gadis cantik yang berhasil membuat seorang Febri Hariyadi jatuh cinta sepenuhnya pada Bandung. Gadis yang ia temui tanpa sengaja saat dirinya hendak pulang dari latihan dan tanpa sengaja dia tabrak hingga menyisakan luka darah di telapak tangannya.

Cowok ini berbadan kecil tapi tenaganya sangat besar sampai bisa menjatuhkan anak orang hingga berdarah.

Mungkin itu yang dikatakan Farah saat pertama kali bertemu dengan Febri.

Cowok bertahi lalat itu tersenyum kecut mengingat kejadian itu. Dia merasa miris sendiri mengingat kisah cintanya yang harus berakhir dengan alasan yang tak jelas.

Di atas balkon mess Persib, Febri menatap langit pagi kota Bandung. Kembali mengingat bagaimana momen lucu itu bisa membawanya kepada kebahagiaan bersama mojangnya.

Seluruh sudut kota Bandung adalah Febri dan Farah. Hingga balkon tempatnya berdiri sekarangpun menjadi saksi bisu bagaimana setiap pagi Farah selalu lewat hanya untuk jogging atau memang sengaja untuk menemui dirinya.

Lagi-lagi Febri hanya tersenyum kecut. Ia lupa bahwa itu dulu, sebelum kejadian itu menusuk hatinya lebih dalam dan memaksa dirinya untuk mengakhiri hubungannya dengan emosi yang meronta-ronta.

Detik selanjutnya, hatinya berubah menjadi menyesal jika mengingat kejadian itu, tapi disisi lain hatinya teramat kecewa dengan apa yang dilihatnya. Cowok itu bingung sendiri kali ini.

"Bow, dibawah ada yang nungguin!" ujar Gian Zola, teman setimnya, "Siapa?" tanya Febri masuk ke dalam kamarnya, "Gak tau, cewek pokoknya," jawab Zola.

Febri diam untuk beberapa detik, mengingat-ingat apakah dia ada janji dengan seseorang? "Oh iya. Ya udah aku keluarl dulu ya," ujar Febri sembari mengambil jaket kulit yang tergeletak di kasurnya, "Pacar kamu ya, Bow?" ujar Zola sembari menepuk bahu kiri Febri, "Enggak lah. Dia sahabatku, Alina Putri," jawab Febri dan langsung bergegas keluar kamarnya.

Terlalu sibuk melamunkan masa lalunya Febri sampai lupa bahwa hari ini akan ada janji dengan Alina untuk membahas amnesia yang diderita Alina.

Hari ini Febri sedang tidak ada jadwal pertandingan maupun latihan, ini karena lusa dia akan pergi ke Jakarta untuk Training Camp Timnas.

Mereka tiba di sebuah cafe modern dengan dominasi warna biru. Ini cafe favorit Alina dan Febri selama di Bandung. Beberapa bulan mereka habiskan waktu untuk berada di cafe ini. Padahal, jika diingat-ingat, cafe ini adalah tempat dimana Febri mendapati Farah sedang bersama cowok lain.

Mungkin cowok hitam manis itu sudah lupa.

Alina dan Febri duduk di meja dekat pintu masuk cafe. Mereka sempat diam beberapa saat. Ada hal yang ingin ditanyakan Alina sebenarnya. Namun gadis itu ragu karena takut akan menyayat luka idola bobotoh ini.

"Ehem," deheman Alina memecah keheningan di antara mereka.

Febri yang sedari tadi hanya mengaduk-aduk minumannya akhirnya mengangkat kepala, "Feb, aku boleh nanya sesuatu gak?" tanya Alina mencoba hati-hati, "Kalo mau tanya ya tanya aja kali Lin. Gak usah tegang gitu," ujar Febri yang berusaha memecah ketegangan diantara mereka.

IntuisiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang