Bagian 13

408 44 4
                                    

Petikan gitar beradu dengan halusnya pita suara seorang gadis yang terdengar di halaman belakang rumah ber-arsitektur modern-klasik.

Kutuliskan kenangan tentang
Caraku menemukan dirimu
Tentang apa yang membuatku mudah
Berikan hatiku padamu
Takkan habis sejuta lagu
Untuk menceritakan...

Cantikmu..

Sahut suara dari belakang tubuh Suci membuatnya segera menolehkan kepala.

"Kalian? Kok kesini lagi?" tanya Suci terkejut melihat David dan Hanif. "Oh... Jadi gak boleh kesini, yaudah balik yuk, Nif." jawab David berdiri lagi.

"Ehh.. Jangan, baperan banget sih!" sahut Suci menarik tangan kedua sahabatnya itu.

"Udah sembuh? Kok udah disini aja kamu?" tanya Hanif sambil meraba kening Suci, "Udah kok," jawab Suci.

Tak lama kemudian Rezaldi dan Febri datang, "Woy.. Udah pada ngumpul aja nih!" sapa Rezaldi dengan tengilnya. "Ketinggalan gak nih?" imbuh Febri

"Enggak kok, ini baru dateng," jawab Suci. "Eh, sebenernya kalian mau ngapain sih kesini?" tanya Suci kembali, "Kita mau cerlita tentang Lina", jawab Febri yang membuat Suci kembali melamun.

"Dengerin dulu ceritanya Bow!" kata Hanif sambil mengusap muka Suci agar dia tidak melamun.

Kemudian Febri menceritakan semua yang dikatakan Farah ditelpon waktu itu. Dari raut wajah Suci, ada rasa lega dalam hatinya. Awalnya dia berpikir bahwa dia tidak akan bisa menemui Lina lagi, tapi dari cerita Febri, semangat Suci kembali tumbuh bersamaan dengan senyum yang meluncur dari bibirnya.

"Nah, gitu dong senyum, gak kayak kemarin, ngelamun aja kayak orang kemasukan monyet," celetuk Rezaldi mulai berani meledek Suci, "Enak aja, enggak kali!" Suci mencoba mengelak.

"Apaan, orlang kamu kemarlin itu nakutin orlang tau gak? Diem aja kayak orlang kemasukan benerlan," sahut Febri, "Ih udah ah, jangan dibahas. Terus si Lina gimana nih? Gimana kita mantau dia, bentar lagi kalian balik ke klub masing-masing kan?" tanya Suci.

"Kita serahin semua sama Febri," jawab David, "Siap komandan!!!" jawab Febri sambil hormat pada keempat sahabatnya.

"Awas CLBK loh Bow," goda Rezaldi membuat Febri merubah raut wajah menjadi sinis.

Seorang wanita cantik masuk ke rumah Suci dan pergi ke halaman belakang.

"Assalamualaikum Suci", sapa wanita itu, "Waalaikumsalam", jawab semuanya bersamaan.

Rezaldi yang awalnya cengengesan itu langsung terdiam melihat wanita itu, "Ehem.. Kayaknya ada yang CLBK nih," goda Febri.

"Senjata makan tuan," sahut Hanif sedikit berbisik disusul toyoran oleh Rezaldi.

"Sya, sini duduk!" sapa Suci menggeser posisi duduknya mengajak duduk Isya, "Kamu katanya sakit, terus gimana keadaannya sekarang?" tanya Isya, "Alhamdulillah udah mendingan," jawab Suci.

"Oh ya, kalian gimana kabarnya, udah lama nih gak ketemu, sukses ya sama klub-klubnya," celetuk Isya, "Alhamdulillah baik Sya, kamu gimana?" jawab Febri, David, dan Hanif, "Alhamdulillah baik juga," jawab Isya dengan senyum manis,

"Le, ditanyain kok diem aja sih?" tanya Febri membuyarkan lamunan Rezaldi, "Eh.. Apaan sih bow. Kan udah kalian jawab, jawaban aku juga sama kali sama kalian", jawab Rezaldi.

Rezaldi terkejut melihat wanita yang dulu pernah menghiasi harinya, seketika ia langsung terdiam, sifat tengilnya hilang begitu saja ketika melihat Isya.

Masih teringat dibenaknya saat pertama kali Suci mengenalkan Isya padanya.

David, Hanif, Rezaldi, dan Febri sedang menunggu seseorang di depan gedung olahraga, "Wiihh... Juara kita dateng nih gaes!" seru David saat melihat Suci datang yang baru saja memenangkan turnamen bela diri.

IntuisiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang