Bagian 11

335 34 2
                                    

Suara petikan gitar kembali terngiang di belakang rumah Abid. Seorang gadis sedang bersedih bukan karena ditinggal pujaan hatinnya tapi karena dilupakan bagian hatinya.

Aku yang lemah tanpamu
Aku yang rentan karena
Cinta yang tlah hilang darimu
Yang mampu menyanjungku..

Selama mata terbuka
Sampai jantung tak berdetak
Selama itupun aku mampu untuk
Mengenangmu

Darimu
Ketemukan hidupku
Bagiku
Kaulah cinta sejati

Bila yang tertulis untukku
Adalah yang terbaik untukmu
Kan ku jadikan kau kenangan
Yang terindah dalam hidupku
Namun takkan mudah bagiku
Meninggalkan jejak hidupku
Yang tlah terukir abadi
Sebagai kenangan yang terindah...

Air Mata perempuan itu mengalir kembali melewati kulit yang terdapat banyak lipida di dalamnya.

Kembali mengingat kejadian itu membuatnya sangat terpukul hingga airnya memutuskan untuk terjun tumpah karena tak sanggup membendung kesedihan.

Hanif yang berdiri di belakang Suci memerhatikan dari kejauhan tanpa sadar juga ikut meneteskan air mata melihat bagian dari hatinya itu menangis. Dia merasakan apa yang Suci rasakan, harusnya waktu itu Hanif tak perlu merencanakan hal itu agar tak mengecewakan sahabatnya yang lain.

"Nif," seseorang menepuk pundak Hanif dan membuat Hanif segera menghapus air matanya, "Kita samperin dia," sahut David sambil menghampiri Suci.

"Ci," sapa David dan Hanif yang langsung duduk di sebelah Suci.

Suci hanya menyenderkan kepalanya di tembok dengan tatapan kosong sambil memetik gitar yang tak tau apa yang sedang berusaha dinyanyikannya.

"Ci, maafin aku, harusnya dulu aku bisa jaga emosi," kata David sambil mengusap bekas air mata di pipi Suci.

Suci masih diam.

"Harusnya waktu itu aku gak bikin rencana kayak gini," sahut Hanif tak kalah merasa bersalahnya.

"Kalian gak usah merasa bersalah, gak ada yang salah," jawab Suci dengan air mata yang kembali menetes pelan membuat matanya semakin merah.

"Besok kita pulang ya? Aku kasian sama kamu, kamu harus istirahat," tanya Hanif, "Iya Ci, besok kita pulang ya?" sahut David disusul anggukan Suci yang masih meneteskan air mata dengan tatapan lurus namun kosong.

Hening.

3 serangkai itu menatap langit penuh dengan tatapan kesedihan.

"Kalian disini ternyata,"
suara seorang laki-laki membuyarkan lamunan mereka, "Saya mau cerita sesuatu sama kalian," kata Abid sambil duduk di sebelah Hanif disusul Rezaldi dan Febri.

Abid diam sesaat dan menarik nafas panjang, "Jadi, dulu Lina pernah kecelakaan waktu balapan, dia terkena benturan yang sangat keras, dia sempat koma selama beberapa minggu dan saat bangun, dokter bilang kalo Alina amnesia karena benturan itu," Abid langsung menjelaskan tanpa basa-basi dan berhasil membuat Suci kembali menangis dipundak David.

"Dan saya sahabatnya Lina selama di Bandung, Lina selalu cerita kalau dulu dia punya sahabat yang baik dan dia juga suka sama cowok yang namanya David," penjelasan Abid membuat David tercengang.

"Saya suka dengan Lina sejak pertama kali kenal dengan dia, jadi setelah dia kecelakaan dan amnesia saya berusaha membuat Alina lupa dengan sahabatnya dan David. Dan saya bilang sama dia bahwa saya adalah sahabat dia sejak kecil dan orang yang dia suka juga," penjelasan Abid sempat membuat David emosi.

IntuisiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang