"Acieee... Yang tadi cetak gol. Traktiran dong nih ya?" suara heboh itu muncul dari Isya saat David, Hanif, Febri, dan Rezaldi muncul dari pintu khusus di stadion. Jam hampir tengah malam dan mereka justru menghabiskan waktu bersama.
"Eh pacarl siapa sih nih, berlisik banget. Herlan," Febri menimpali. Sedangkan, Rezaldi hanya senyum-senyum melihat tingkah kekasihnya itu.
"Eh kaya pernah lihat." ujar David saat melihat laki-laki tinggi yang berdiri di sebelah Suci. Laki-laki yang dimaksud David itu tersenyum sembari menjulurkan tangannya.
"Ryan," ujarnya kemudian.
David tersenyum ramah dan menyambut juluran tangan Ryan dengan senang sembari mengenalkan diri. Disusul yang lainnya.
"Eh ini yang ikut seni tunggal putra itu bukan sih? Atlet kan?" Rezaldi bertanya penasaran. Sedangkan Ryan mengangguk tersipu malu.
"Widih... Cocok nih kayanya. Sama-sama atlet seni tunggal." celetuk Febri yang sukses membuat Suci membelalakan mata.
"Cocok apaan?" sahut Suci "ngegas" yang langsung dijawab kekehan oleh semuanya.
"Em... Bagas ke mana ya?" tiba-tiba suasana menjadi canggung saat Ratna bertanya. Beberapa kali terdengar suara deheman dari yang tak punya kisah dengan gadis berponi itu.
"Bagas udah balik ke hotel tadi dia kena cidera di engkel." jawab Hanif dengan suara yang berat, tak seperti biasanya.
Suci yang sedari tadi melihat ada yang aneh dengan sahabatnya itu akhirnya bertanya, "Hanif kenapa sih? Kok aneh gitu kelihatannya."
"Nggak papa kok." jawab Hanif singkat. Semakin membuat yang lainnya bertanya-tanya dan merasa aneh.
"Eh udah ayo jalan yuk. Udah laper nih!" Alina akhirnya bersuara, setelah beberapa saat dia terpaku oleh pesona gelandang serang Timnas Indonesia yang baru saja mencetak gol kemenangan untuk tim Garuda.
"Kalo gitu aku pamit pulang duluan ya?" Ratna berbalik arah.
"Eh jangan! Gabung sama kita aja, yuk!" Ajak Alina dengan ramah. Sedangkan yang lainnya juga ikut mengangguk pertanda setuju.
"Iya, Na, ikut aja. Itung-itung hemat selama di Jakarta mumpung ada yang neraktir nih." celetuk Farah di rangkulan kekasihnya sembari melirik ke arah David yang terkejut.
"Dasar anak rantau!" Ledek David kemudian.
"Eh nggak boleh gitu ya. Di sini aku juga anak rantau loh," protes Alina yang sukses membuat David berdebar.
Entah apa dan bagaimana jantungnya seperti memompa lebih cepat saat Alina menimpali ucapannya. Setengah tak percaya setengahnya lagi bahagia. Bahagia karena apa? Entahlah diapun tak tahu.
"Ya udah, ayo!" Seru Suci sembari menggandeng tangan Ryan dengan penuh semangat, semangat mendapat traktiran.
"Uhuk... Gandeng-gandeng aja nih," goda Rezaldi dengan tatapan jahil khasnya. Suci yang merasa aneh ternyata baru menyadari dia menggandeng Ryan.
"Eh sss sorry." ujar gadis berhijab itu dengan ragu sembari melepaskan tangannya.
"Ada cinta di pencak silat seni tunggal Indonesia."
Ujar Febri yang langsung disambut gemuruh yang lainnya dengan kata,
"Cieee!!!"
Setelah terjadi banyak candaan dari mereka akhirnya traktiran pun terlaksana. Awalnya sama sekali tak ada yang menyadari sikap Hanif yang berubah, mereka semua mengira gelandang bertahan Timnas itu hanya sedikit canggung karena ada Ratna diantara mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Intuisi
FanfictionTidak ada yang tau bagaimana ingatan seseorang dapat sembuh dengan begitu mudah. Namun, mudah saja seorang Alina Putri mengetahui perasaannya terhadap salah satu punggawa bangsa Indonesia. Perjuangan Alina untuk mengingat masa lalunya juga menimbul...