Perancis, Paris.
13.35 pm.Suara gemuruh angin kencang menemani gadis cantik yang sedang menjalani sesi pemotretan di pelataran gedung. Siapa yang tak kenal dengannya, gadis berusia 21 tahun yang mempunyai paras yang bisa dibilang hampir sempurna, hidung mancung, gigi rapih, kulit putih, rambut lurus panjang berwarna hitam kecoklatan, bibir mungil berwarna pink, badan yang bisa dibilang ideal hingga siapapun gadis yang melihatnya pun menginginkan tubuh sepertinya. Wajar saja bila ia menjadi salah satu model ternama saat ini.
Anindya Salsha Adriani. Gadis cantik asal Indonesia yang sedang menjalani perkuliahan di Universitas ENS, salah satu Universitas ternama di Negara yang mempunyai julukan sebagai Kota Mode, ya Negara Perancis. Beruntungnya Salsha dapat meraih impian nya menjadi model seperti yang dahulu selalu menjadi cita-cita nya.
"Sal, coba dong senyum nya jangan kaya terpaksa gitu,"
Seorang photographer mencoba untuk memberi arahan pada Salsha agar mendapatkan gambar yang diinginkan.
"Senyum gue udah beneran ini bukan terpaksa, Steff."
Salsha mengerucutkan bibirnya kesal. Bagaimana tidak, salah satu photographer nya ini selalu ingin Salsha terlihat sempurna dalam bidikan kamera nya.
"Senyum lo itu ga bagus, Sha."
Steffi menggelengkan kepala nya mendengar Salsha yang sedari tadi menggerutu.
Patricia Stefanie. Atau yang sering disapa Steffi. Ya, Steffi adalah salah satu yang ditugaskan sebagai photographer Salsha. Seringnya perusahan Clap It! yang selalu menugaskan Steffi sebagai photographer Salsha membuat keduanya akrab sebagai sahabat. Bahkan keduanya menyewa satu apartemen untuk tempat tinggal. Steffi sangat berbakat dalam bidang photography, gadis cantik blasteran Indonesia—Jerman ini sudah lama berada dikota paris sebagai photograper. Banyak perusahaan yang memperebutkan Steffi agar bekerja di perusahaan-perusahaan besar dikota paris.
Steffi mempunyai paras cantik, rambut berwarna hitam kecoklatan namun lebih dominan pada warna cokelat ini mempunyai tingkah yang selalu membuat orang disekeliling nya tidak merasa bosan. Steffi mudah akrab dengan orang baru. Untuk itu Steffi dapat menarik Salsha untuk menjadi salah satu sahabatnya.
"Yang bener lo motret nya, biar gue gampang ngeditnya."
Steffi menoleh ke sumber suara yang menampilkan lelaki tampan sedang duduk di kursi tunggu dengan cengiran khas nya.
"Suka suka gue! Kenapa jadi lo yang ngatur gue sih, Baal."
Steffi melebarkan matanya lalu kembali fokus pada objek cantik didepannya.
Iqbaal Adityo Pratama, atau yang kerap disapa Iqbaal mempunyai paras tampan, tubuh tinggi dan mempunyai senyum yang menggoda merupakan salah satu bagian editing diperusahaan yang sama dengan Steffi dan juga Salsha. Ketiga nya sering kali ditugaskan sebagai rekan kerja oleh CEO perusahaan. Sama dengan Salsha, Iqbaal juga berkuliah di Universitas ENS, namun berbeda jurusan dengan Salsha. Untuk itu Iqbaal dan Salsha sudah saling mengenal sejak dulu.
"Berisik lo berdua!"
Beberapa pegawai sedari tadi sudah mengelap keringat yang menetes diwajah Salsha. Walau angin yang berhembus kencang namun tetap saja, cuaca siang hari ini cukup panas.
***
"Jangan ditekuk gitu dong muka nya."
Salsha tersentak ketika sebuah lengan sudah tersampir di lehernya.
"Gue capek banget hari ini, baal."
Salsha meraih botol mineral diatas meja lalu meneguk nya dengan cepat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Please, Back. (Sequel)
Fanfiction[END] Hello. Sequel dari cerita SUNFLOWER. Sebelum membaca cerita ini sebaiknya membaca dahulu cerita SUNFLOWER♡