Bacanya sambil puter yang di mulmed yaa❤
**
Alunan piano memenuhi seisi rumah bernuansa monokrom yang saat ini masih sangat sepi. Salsha masih terhanyut dalam alunan yang ia ciptakan lewat jemarinya sendiri dengan lihai menekan satu persatu tuts piano didepannya. Salsha memejamkan matanya, kehidupannya benar-benar berubah.
Semua terjadi begitu saja tanpa Salsha pikirkan sebelumnya. Salsha tak dapat merubah takdirnya. Jika ini yang terjadi, mungkin inilah yang terbaik untuknya. Salsha tersenyum masih memejamkan matanya.
Masih sama, piano selalu bisa membuatnya tenang. Saat ini keinginannya terwujud, tempat yang ia tinggali terdapat piano berwarna putih yang berhadapan dengan jendela. Jika saat bermain piano, maka halaman belakang rumahnya sangat terlihat jelas lewat jendela, terdapat kolam renang serta jejeran bunga matahari yang selalu Salsha rawat.
Enam tahun sudah berlalu, otak Salsha kembali mengingat kejadian lima tahun silam.
"Akhirnya, gue wisuda juga," Salsha bersorak senang memegangi toga diatas kepalanya.
"Yeay! Selamat yaa!" Steffi berhambur memeluk Salsha dengan erat. "Sayangnya, semua tidak berjalan sesuai rencana dan keinginan lo, Sha," Bisik Steffi lirih di telinga Salsha.
Salsha tersenyum getir jika kembali mengingatnya. Ia harus selalu meyakinkan diri bahwa rencana Tuhan lebih indah. Salsha pun kembali menekan tuts piano tersebut. Dirinya jadi mengingat Aldi semasa dahulu, hanya Aldi yang mengetahui bahwa Salsha sangat suka bermain piano waktu SMA.
Kegiatannya bermain piano sempat terhenti saat Salsha mendapat beasiswa di Prancis. Dan sekarang, kembali berlanjut. Salsha menghentikan aktivitasnya, masih dengan memejamkan mata Aldi sedang apa ya? Batin Salsha lalu menghela nafasnya yang cukup berat karena kembali mengingat semua masa lalunya.
Saat ingin melanjutkan bermain piano. Salsha dibuat tersentak karena mendengar teriakan dari luar rumahnya. Dengan segera Salsha menghampiri sumber suara. Sontak saja Salsha memelototi apa yang sedang ia lihat.
"Astaga! Udah pada besar masih aja!" Salsha memberi jeda pada omelannya lalu menjewer telinga orang yang sedang membuatnya mengomel. "Nisa, Iqbaal, inget umur, capek tau ngomel terus. Awas aja sampai kalian ga beresin lagi!" Cerocos Salsha tanpa memberi izin mereka untuk menjawab.
"Sakit kak, bukan Nisa yang mulai," Nisa merengek lalu menatap tajam Iqbaal yang juga terkena jeweran Salsha.
Salsha menggelengkan kepalanya. Padahal ia tidak kuat menjewer keduanya. "Harus tanggung jawab!" Perintah Salsha yang langsung membuat keduanya mengangguk patuh.
"Ada apa sih ribut-ribut?"
Ketiganya menoleh dan salah satu langsung berhambur kepelukan orang yang tadi bersuara.
"Ituloh, Nisa sama Iqbaal berantakin taneman aku, udah tau pak udin lagi pulang kampung," Salsha kembali mengomel mengingat tukang kebun dirumahnya meminta cuti karena anaknya sakit.
Salsha sangat menyukai tanaman. Untuk itu ia kesal jika tanamannya rusak dan rumahnya menjadi berantakan. Salsha memanyunkan bibirnya saat kembali melihat tanah yang berserakan diteras rumahnya.
"Udah ah, jangan ngomel mulu, kasian nih pada takut,"
Salsha langsung menyadari, mungkin dirinya sedang kelewat kesal karena baru saja kembali mengingat masa lalunya, dan mereka menjadi pelampiasan kekesalan Salsha. Salsha menghela nafasnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Please, Back. (Sequel)
Fanfic[END] Hello. Sequel dari cerita SUNFLOWER. Sebelum membaca cerita ini sebaiknya membaca dahulu cerita SUNFLOWER♡