15

2.8K 183 53
                                    

Seminggu sudah berlalu. Salsha masih dirawat karena saat menjalani terapi Salsha terkadang masih menangis dan memberontak.

Satu hal yang Aldi rindukan, ia merindukan senyuman Salsha. Merindukan tawa Salsha. Dan, satu hal juga yang Aldi ketahui, selama ini Salsha berusaha menjadi wanita kuat dihadapan semua orang. Dari mana Aldi mengetahuinya? Dari Chika, selama Salsha menjalani terapi, Chika selalu memberi informasi pada Aldi. Salah satunya, Salsha mengeluarkan segalanya tentang kerinduannya pada keluarga.

Aldi ikut hancur merasakannya. Disaat Salsha merindukan keluarganya, justru ia mengetahui fakta bahwa papa nya belum berubah, mungkin itu yang membuat Salsha belum menerima hingga sekarang.

Selama empat hari belakangan, Aldi belum sama sekali bertemu Salsha. Terakhir kali sewaktu Salsha kembali memberontak ketika bertemu dengan Aldi. Dari situ Aldi hanya bisa mengintip Salsha dari jendela ruangan dimana Salsha dirawat. Aldi tak bertemu karena, Salsha selalu menitip pesan pada Chika maupun Steffi, 'Gue gamau liat dia, tolong jangan biarin dia masuk dan ketemu gue,' Itulah yang Chika dan Steffi sampaikan membuat Aldi mengurungkan niatnya setiap ingin menemui Salsha.

Yang lebih membuat Aldi selalu berusaha meredam emosi adalah, Iqbaal. Bagaimana tidak? Lelaki itu dengan bebas nya menemui Salsha kapanpun. Bahkan seringkali Aldi melihat Iqbaal tertawa bersama Salsha, menyuapi Salsha makanan, mengambilkan Salsha minum, dan masih banyak lagi kegiatan yang seharusnya dilakukan oleh Aldi.

Sejak saat itu pula Aldi seringkali melihat Steffi melamun. Iqbaal, manusia bodoh itu sepertinya minim dalam tingkat kepekaannya. Apakah ia tak sadar jika Steffi terluka melihat itu semua? Dan Salsha? Bukankah Salsha mengetahui jika Steffi menyimpan rasa pada Iqbaal? Oke, baiklah, disini Aldi tidak menyalahkan Salsha karena Salsha hanya ingin ada yang menemani dan membuatnya sedikit merasa bahagia. Untuk itu ia menerima Iqbaal yang menemaninya.

"Arghhh," Aldi mengacak rambutnya frustasi, entah apa yang harus dilakukannya. Ia merasa tak berguna sekarang.

"Woy, Kusut amat muka lo!"

Aldi menoleh ketika seseorang menepuk bahunya dan ternyata Chika dengan semangkuk ramen ditangannya.

"Salsha sama siapa di dalem?" Tanya Aldi sedikit mendongak ke atas melihat dari bilik jendela menampilkan Steffi yang sedang merapihkan nakas dan Salsha yang sibuk dengan ponselnya.

"See? Sama Steffi,"

"Telat lo jawab nya," Aldi menyebikkan bibirnya kesal, sedari dulu jarang sekali bisa akur dengan sahabat Salsha yang satu ini.

"Lo yakin mau terus kaya gini?" Tanya Chika yang masih sibuk mengunyah ramen dimulutnya. Gadis itu tidak menampilkan ekspresi kepedesan, padahal Aldi sudah ngilu melihat mie yang berwarna merah dan aroma cabai sangat tercium di hidung nya.

"Maksud lo?"

"Lo mau terus-terusan ga nemuin Salsha?" Chika meletakkan semangkuk ramen di kursi dan mengambil asal botol mineral disamping Aldi, Aldi yang melihatnya hanya menggelengkan kepala.

"Gue takut, Chik," Jawab Aldi menunduk, memijit keningnya dengan lembut.

"Lo pasti bisa nenangin Salsha, di,"

Aldi kembali mendongak, karena Aldi tahu itu bukanlah suara Chika. Dan benar saja, Steffi hadir dengan senyum diwajahnya lalu mengambil mangkuk ramen milik Chika dan memakannya.

"Gila! Pedes banget!" Omel Steffi gelagapan, wajah nya sudah memerah akibat ramen tersebut. Steffi sibuk mengibaskan tangannya didepan mulut dan mengambil botol mineral milik Aldi. Sama saja seperti Chika, tanpa permisi.

"Salah lo juga ngambil makanan cabe-cabean, ya pedes lah!" Ucap Aldi dengan senyum mengejek menatap Chika yang terkekeh melihat Steffi.

"Udah lah! Ngejek gue mulu lo! Masuk aja sana!" Ucap Chika kesal menyentil daun telinga Aldi yang langsung memerah.

Please, Back. (Sequel)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang