25

1.8K 190 24
                                    

Jadwal kuliah yang seharusnya jam tujuh malam menjadi jam tiga sore sungguh membuat Salsha sedikit kesal. Seharusnya setelah pemotretan ia masih memiliki waktu untuk mengistirahatkan tubuhnya. Namun, karena dosen yang seenaknya mengubah jadwal membuat Salsha mengantuk saat mengerjakan soal ujiannya.

Apakah kalian juga memliki dosen yang seenaknya mengubah jadwal secara mendadak? Kesal bukan? Ya, itulah yang dirasakan Salsha. Untung saja ia membaca grup pesan kelasnya. Kalau tidak, bisa-bisa Salsha tidak mengikuti ujian hari ini.

Salsha menggertakkan giginya kesal saat dosen tersebut sudah pergi dari ruangan kelas Salsha. Begitupun dengan mahasiswa lainnya. Mereka berburu keluar ruangan demi mendapatkan udara segar.

"He is crazy, yes? Aku hampir telat karena dia,"

Salsha menoleh ketika mendengar logat bule bercampur bahasa Indonesia disampinya. Camila tentunya, Salsha lah yang mengajarkan Camila bahasa Indonesia. Sudah hampir tiga tahun mereka bersama di kampus tentu saja membuat Camila sedikit mengerti bahasa Indonesia berkat Salsha.

"True! Bisa-bisa serangan jantung gue kalo dia seenaknya gitu," Ucap Salsha tak henti-hentinya mengomel kesal.

"Untung kamu telepon aku, kalau engga aku pasti telat, thanks sisy!" Camila tersenyum lebar menatap Salsha.

Salsha terkekeh pelan, "Sama-sama, harus saling ngingetin,"

Setelah selesai mengemas barang-barangnya Salsha pun bangkit berdiri begitu pula dengan Camila.

"Kamu pulang sendirian?" Camila menoleh pada Salsha disampingnya.

"Iya nih," Jawab Salsha memperhatikan koridor kampusnya yang cukup ramai disore hari ini.

"Iqbaal?" Tanya Camila, tentu saja hampir teman sekelas Salsha mengetahui kedekatan Iqbaal dan Salsha beberapa minggu belakangan. Mereka selalu bersama jika memiliki jadwal kuliah yang sama.

Salsha menyatukan alisnya. Merasa jika saat ini hidupnya selalu dikaitkan dengan Iqbaal. "Hmm.., Iqbaal kuliah malam," Jawab Salsha tersenyum.

"Ooh, yasudah. Aku duluan ya," Camila menepuk pundak dan berjalan mendahului Salsha yang terdiam ditempatnya karena ponsel nya yang bergetar.

8newmessage.
003315xxxx
Sha, tolong.
Gue dikamar mandi.
Tolongin gue, please..
Cuma lo yang bisa tolongin gue.
Kamar mandi gedung kedokteran..
Deket ruang dosen.
Please..
Salshaaaaa..,

Salsha mengernyitkan dahinya heran. Nomor tidak dikenal dan sudah sebanyak ini mengirim pesan untuk Salsha.

"Siapa, sih?" Ucap Salsha bertanya pada dirinya sendiri, ya karena tak ada siapapun yang bersamanya saat ini.

Karena tingkat penasaran Salsha yang bisa dibilang cukup tinggi akhirnya membawa Salsha yang saat ini sudah berada di depan pintu kamar mandi.

Salsha memperhatikan sekelilingnya, mengapa kamar mandi ini sepi sekali? Salsha pun memasuki kamar mandi tersebut.

Brak.

Salsha tersentak dan membalikkan badannya, pintu kamar mandi menutup dengan keras diikuti oleh gerai rawa seseorang yang membuat Salsha menyipitkan matanya.

"Lo?!" Teriak Salsha geram menunjuk seseorang di hadapannya.

"Apa?!" Jawabnya tak kalah berteriak.

"Ngapain lo disini, Ki?! Ngikutin gue?" Tanya Salsha kesal.

Kiara semakin tertawa keras membuat Salsha semakin bingung. "Iya, gue ngikutin lo!" Bentak Kiara melangkah mendekati Salsha.

Please, Back. (Sequel)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang