13

2.5K 197 139
                                    

Suasana yang riuh membuatnya semakin resah tak menentu. Berkali-kali mondar-mandir melewati ruangan, duduk dikursi tunggu lalu berdiri lagi, mengacak rambutnya, mengusap wajah dengan kasar, menghentakkan kakinya, menyeka airmatanya yang menetes, mengerang terus-menerus, mengumpat tak henti-hentinya.

Aldi menoleh ketika mendengar suara langkah kaki yang berlari mendekat dengan isak tangis nya. Dengan segera Aldi menghampiri dan menjatuhkan tubuhnya ke lantai, tubuhnya setengah berdiri bertumpu dengan lutut yang sudah sangat lelah.

"Maafin Aldi, ma," Aldi memeluk lutut Mira—mama Salsha. Dengan kedua tangan yang menyatu bertanda memohon, dengan wajah lelahnya yang sudah tak karuan.

Mira menggeleng pelan, sedikit menunduk menyamakan tubuh Aldi dan menyentuh kedua bahu Aldi dengan lembut, "Salsha kenapa, nak?" Tanya Mira dengan suara paraunya, disamping nya sudah ada Chika yang sedari tadi menenangkan Mira karena terus menangis disepanjang jalan.

"Ini semua salah Aldi," Aldi menundukkan kepala dan kembali menyatukan kedua tangannya, airmata masih setia menetes diwajah nya yang tampan namun sudah berubah menjadi kusam dan terdapat luka lebam.

Banyak yang berlalu-lalang menggunakan pakaian seragam serba putih dengan jelas melihat adegan seorang lelaki yang sedang bersujud memohon maaf pada seorang wanita paruh baya dihadapannya.

Mira terus menangis, entah apa yang terjadi pada anak semata wayangnya. Saat sedang menyiapkan makanan di apartemen untuk Salsha, Steffi, dan Aldi dibantu oleh Chika, tiba-tiba Aldi mengirim pesan bahwa saat ini Salsha dilarikan kerumah sakit. Dengan cepat Mira dan Chika datang ke alamat rumah sakit yang Aldi berikan.

Setibanya di rumah sakit, saat Mira dan Chika terburu-buru mencari ruangan UGD, tiba-tiba melihat Aldi dengan wajah kacau nya yang menghampiri Mira.

Mira kembali menyentuh kedua bahu Aldi yang masih bersujud dihadapannya. Mengangkat tubuh Aldi dan menuntunnya untuk duduk dikursi tunggu. Tepat saat itu Steffi dan Iqbaal datang dengan wajah paniknya.

"Salsha kenapa?!" Bentak Steffi penuh dengan amarah mengguncang bahu Aldi memperhatikan wajah Aldi yang terlihat sangat kacau saat ini. Karena terakhir Steffi mengantar Salsha untuk bertemu dengan Aldi.

"Steff," Iqbaal menepuk bahu Steffi bermaksud menenangkan, karena Iqbaal faham Steffi khawatir, tapi bukan dirinya saja yang khawatir. Semua orang yang disini pun khawatir dengan keadaan Salsha yang entah kenapa.

Aldi menghela nafas nya, mengusap wajah nya yang basah akibat airmata bercampur keringat. Aldi mulai menenangkan dirinya. Mulai menceritakan kejadian yang telah terjadi dengan sejujur-jujurnya, tanpa menambahi apalagi menguranginya. Murni Aldi ceritakan hingga semakin membuat Mira terisak pilu.

Plak.

"BRENGSEK! SELAMA INI GUE PERCAYA SAMA LO, DI!"

Sebuah tamparan keras mendarat diwajah Aldi yang mulai memerah. Chika menunjuk Aldi dengan penuh amarah, sudah tidak dapat lagi menahan emosinya sejak Aldi bercerita. "Sampai Salsha kenapa-napa, gue ga akan maafin lo!" Teriak Chika penuh amarah.

Sedangkan Steffi sudah tak dapat menahan tangisnya, ada Iqbaal yang menenangkan nya. Steffi menyesal tidak mengantar Salsha tadi, kalau saja Steffi mengantar Salsha mungkin Salsha tak akan bertemu orang-orang jahat itu. Mungkin Steffi bisa menenangkannya ketika Salsha menyaksikan adegan tak senonoh Aldi dengan Kiara.

Bahkan Steffi sama sekali tidak tau bahwa sebenarnya Aldi dan Kiara mempunyai hubungan dimasa lalu, Steffi semakin menyesal sekarang, akhir-akhir ini dirinya sibuk bekerja dan mungkin itu yang membuat Salsha belum bercerita. Mungkin Salsha tidak mau mengganggu pekerjaan Steffi. Begitulah Salsha.

Please, Back. (Sequel)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang