23

1.8K 177 34
                                    

Sudah hampir 15 menit Aldi membaca surat yang di sodorkan oleh Iqbaal tadi. Salsha hanya diam dan menunggu Aldi menjelaskan surat apa yang diberikan oleh Iqbaal.

Saat ini ketiganya sedang berada di salah satu restoran kota Paris. sedari datang tadi ketiganya belum memesan makanan. Mereka hanya menikmati minuman yang dipesan oleh Iqbaal.

"Terus?" Aldi membanting kertas yang ia pegang di meja. "Lo ga drama kaya di sinetron sinetron kan?" Lanjut Aldi terkekeh pelan.

Lagi-lagi Salsha hanya diam dan belum mengetahui apa isi dari selembar kertas yang Aldi baca tadi. Melihat dari respon Aldi yang nampak terkejut dan kesal Salsha dapat menebak isi surat tersebut bukan hal biasa.

"Buat apa gue bohong untuk hal kaya gini? Gue serius," Jawab Iqbaal dengan wajah meyakinkan.

Aldi menggelengkan kepalanya dan menggeser surat tersebut di hadapan Salsha. Otomatis Salsha membacanya.

Salsha nampak menyipitkan matanya serius. Perlahan Salsha membacanya surat keterangan hasil laboratorium dari salah satu rumah sakit di kota Paris. Salsha tidak bodoh, ia dapat melihat jelas apa inti dari surat ini.

"Kanker otak?" Salsha menyatukan alisnya menatap Iqbaal yang mengangguk.

"Lo serius? Sejak kapan?" Tanya Salsha seolah mengintrogasi Iqbaal, berbeda dengan Aldi yang hanya diam memijit pelipisnya.

"Dua tahun belakangan gue udah menderita karena penyakit ini, ga ada yang tau sampai akhirnya gue sampe di stadium akhir," Jelas Iqbaal tersenyum semu.

"Terus? Lo mau apa?" Tanya Aldi datar dengan wajah dinginnya membuat Salsha menoleh pada Aldi.

"Gue mau minta maaf sama kalian berdua,"

"Udah gue maafin," Jawab Aldi cepat padahal Iqbaal belum menyelesaikan ucapannya.

Iqbaal menghela nafasnya. "Gue mohon sama lo di, hidup gue udah ga lama lagi ," Ucap Iqbaal memohon.

"Iya, terus lo mau apa? To the point aja deh, Baal," Aldi berucap sarkastik melirik Iqbaal.

"Gue minta sama lo, izinin gue bisa deket sama Salsha. Dokter bilang sisa hidup gue dua bulan lagi,"

Ucapan Iqbaal membuat Salsha membuka mulutnya terkejut. "Lo bercanda, kan? Dua bulan?"

Iqbaal menggeleng pelan menjawab Salsha.

"Maksud lo?" Tanya Aldi mengangkat satu alisnya heran dengan maksud Iqbaal.

"Gue cuma pengen dekat sama Salsha disisa hidup gue," Jelas Iqbaal sekali lagi pada Aldi.

"Lo gila? Permintaan lo ga ada yang lain?" Aldi menggelengkan kepalanya.

"Gue mohon, Di. Lo kan tau, setelah itu gue ga ganggu kalian lagi," Mohon Iqbaal memelas.

Aldi memutar bola matanya malas. Aldi termasuk orang yang tak tega jika melihat ada yang memohon seperti ini. "Biar gue fikirin dulu," Ucap Aldi tersenyum sinis dan menggandeng tangan Salsha. "Ayo pulang, Cha," Tarik Aldi lembut dan Salsha menurut, pergi meninggalkan Iqbaal.

Aldi membanting pintu mobil ketika Salsha masuk kedalam, Aldi berlari dan ikut masuk duduk di kursi pengemudi.

Salsha menggigit bibirnya takut melirik Aldi yang mulai mengemudi kan mobilnya. Salsha Takut melihat wajah dingin Aldi, seakan Salsha membeku di tempatnya.

Salsha tak tahu harus bagaimana. Salsha tak mungkin tega jika tidak menuruti permintaan Iqbaal, Salsha takut Iqbaal benar-benar pergi dalam posisi Salsha yang tak menurutinya. Namun disisi lain, Salsha juga tak ingin Aldi yang justru pergi karena Salsha menuruti Iqbaal. Dirinya jadi serba salah.

Please, Back. (Sequel)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang