Alunan musik akustik menemani makan malam Salsha dan Iqbaal. Malam ini restoran tak seberapa ramai.
Iqbaal memandangi wajah Salsha yang selalu cantik. Tak pernah berubah sedikitpun, tak pernah bosan Iqbaal memandanginya. Rambutnya yang tergerai, bibirnya yang tipis, Iqbaal ingin bibir tersebut selalu tersenyum untuknya.
"Oiya, lo mau ngomong apaan?"
Iqbaal tersentak dan melihat Salsha yang sedang meneguk air di gelasnya. "Abisin dulu aja makannya,"
Iqbaal masih Setia dengan senyum diwajahnya. Walau sejujurnya Iqbaal sangat gugup dan takut saat ini. Banyak kemungkinan yang terjadi setelah ini. Dan Iqbaal sangat takut jika kemungkinan buruk yang akan menghampirinya.
Salsha mengangguk dan melanjutkan menyantap makanannya. Sebenarnya Salsha menangkap raut wajah Iqbaal yang gugup. Namun, Salsha mencoba tak perduli. Siapa tau fikirannya salah.
***
Aldi memukul stir mobil nya dengan kesal. Padahal tujuannya hanya berjarak sekitar 20 kaki lagi. Namun sayang sekali, Aldi terjebak macet sekitar sudah 30 menit lamanya.
Tinnnn!
Sial! Aldi mengumpat tak henti-hentinya, percuma ia membunyikan klakson mobil, nyatanya jalanan tetap dipenuhi oleh mobil-mobil yang juga ingin keluar dari situasi ini.
Aldi mengacak rambutnya frustasi, perkataan dokter Samuel sekitar dua jam yang lalu terus memutari otaknya.
"Nak Aldi sakit?" Tanya Dokter Samuel dengan kening yang berkerut.
Aldi sedikit takut dengan pertanyaan dokter Samuel saat ini. "Jadi apa benar itu obat penyakit berbahaya dok?" Kening Aldi berkerut samar menatap serius dokter Samuel yang berpakaian serba putih di depannya.
"Saya bertanya, apakah nak Aldi sakit?"
Aldi menggeleng pelan. "Tidak dok, itu milik teman saya," Aldi tersenyum di tengah ketegangannya.
"Syukurlah," Terlihat dokter Samuel tersenyum lega pada Aldi.
Aldi semakin gugup. Apakah benar itu obat berbahaya? Sehingga dokter Samuel selega itu ketika Aldi menjawab bahwa itu bukan miliknya?
Aldi menautkan alisnya bingung. "Syukur untuk apa dok?"
"Syukurlah, teman nak Aldi sangat menjaga kesehatan, ini adalah Vitamin untuk menjaga stamina tubuh, nak Aldi juga seharusnya mengonsumsi untuk menjaga stamina disaat pekerjaan nak Aldi sedang menumpuk," Jelas dokter Samuel dengan senyum yang tak luntur sedikitpun dari wajahnya.
Sedangkan Aldi justru saat ini mati-matian menahan emosinya. "Baiklah dok, terimakasih banyak. Saya permisi," Aldi berdiri dan menyalami dokter Samuel.
Aldi kembali memukul stir mobil ketika kembali mengingatnya. Arghh!! Aldi mengusap wajahnya. Jika tak ada hukum di dunia ini dan tidak berdosa maka Aldi ingin segera membunuh Iqbaal saat ini juga.
Tiiinnnnnn.
Aldi kembali memperhatikan jalanan karena mobil di belakangnya terus membunyikan klakson. Ternyata jalanan sudah mulai renggang. Untuk itu Aldi melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi.
***
Salsha mengelap mulutnya menggunakan tisu. Lalu kembali melihat Iqbaal dihadapannya.
"Kapan lo chek in lagi?" Tanya Salsha dengan senyum yang mengembang.
Iqbaal menggaruk tengkuknya pelan. "Hm.. Besok,"
"Oke. Lo mau ngomong apa?"
Iqbaal merogoh saku kemejanya, mengeluarkan amplop putih lalu menyodorkannya pada Salsha.
KAMU SEDANG MEMBACA
Please, Back. (Sequel)
Fanfiction[END] Hello. Sequel dari cerita SUNFLOWER. Sebelum membaca cerita ini sebaiknya membaca dahulu cerita SUNFLOWER♡