1

77 4 0
                                    

                             Reva

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Reva

                             Reva

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Erlan

                         Riky

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Riky

                         Riky

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Leon

Berbicara tentang cinta, sungguh membosankan menurutku. Entah mengapa banyak hal yang menyakitkan ketika mengingat tentang cinta, mulai dari dikasih harapan palsu, datang seenaknya lalu pergi dan yang paling parah adalah cinta bertepuk sebelah tangan.. opss

" Eh apaan si nih ngapain mikirin kaya gituan" lagi lagi kebiasaan melamun karena terbawa suasana hujan membawa ia larut dalam khayalan, kebiasannya adalah melihat hujan lewat jendela kamarnya.

" Rev kagak jadi lari pagi nih?" Sahut Rere yang memecahkan keheningan antara mereka berdua.

" Emang ga liat? Ujan tuh, mau lari pake jas ujan lo?" Reva merubah posisi duduk membelakangi jendela kamarnya.

" Tumben banget lu kagak minta gue temenin hujanan?"

" Gue lagi gasuka hujan, kalo lo mau sendiri aja sana kaya orang gila lari pagi pake jas hujan" Jawab Reva bergegas pergi dan melemparkan bantal ke wajah Rere.

Pagi itu, seketika Reva bahkan tidak ingin menatap lebih lama lagi hujan dari jendela kamarnya.
Menurutnya saat itu, hujan mengingatkannya pada kejadian yang tidak bisa ia lupakan.

Kejadian itu.. hari dimana aku harus mampu mengingat dan melupakan hujan. Konflik itu selalu terjadi diantara mami dan dady, pertengkaran mereka membuatku tidak ingin berada di rumah.
Saat hari itu, dady yang membentak mami karena kesalahanku akhirnya memutuskan untuk bercerai, karena menurut mereka, bercerai adalah jalan yang terbaik saat itu.

" Yasudahlah kalau begini terus lebih baik kita pisah" Suara dady yang terdengar begitu jelas dan ia langsung beranjak pergi ke kamar untuk membereskan baju-bajunya.

Setelah pertengkaran itu, suara mami yang menangis membuatku semakin ingin keluar dari rumah, aku yang langsung mencari gadget untuk menelpon Riky, dia adalah sahabatku.

Reva: " Rik lu dimana? Gue butuh lu banget disini"
Riky: " Ada apaan sih? Lu kenapa nangis? Udah udah gue kesana sekarang"
Reva: " Awas ya lu kalo lama, gue tunggu. Lama? Lu gue end."

Belum sempat Riky membalas Reva, ia langsung mematikan telponnya. Dengan cepat Reva bersiap-siap pergi untuk keluar dari rumah.
Ntah mengapa, mencari Riky saat sedih adalah kebiasannya, ya menurutnya mencari sahabat terbaiknya saat sedih sangat tepat saat itu.

" Parah lu ya, lama banget" Reva langsung menghampiri dan menaiki motor Riky.

Riky tidak memberi jawaban apa-apa karena ia fokus pada jalan yang harus ia lewati di tengah hujan yang deras.

" Gue gatau kalo gaada lo tadi" Reva memeluk Riky. Memeluk Riky sudah biasa, karena mereka layaknya adik dan kaka yang tak aneh jika melakukan itu.

" Hujan Rev, kita neduh ya?"

Tanpa menunggu jawaban Reva, ia membelokan motornya untuk parkir disebuah caffe.
Mereka memesan kopi dan roti, itu adalah menu favorit mereka jika bertemu.

" Kenapa Rev?" Tanya Riky sambil membuka jaketnya yang terkena basah saat hujan.

" Kayaknya, nyokap bokap pisah deh" Reva menundukan kepala dan membiarkan air matanya terjatuh.

" Aduhh, cengeng lu ya! Udah kagak usah nangis, gituan doang" Jawab Revan mengacak-acak rambut Reva.

Tidak ada jawaban dari Reva, hanya terdengar derasnya hujan saat itu.

" Rev, lu yang bayarkan? Gue ga bawa dompet" Riky memecahkan keheningan.

" Ah lu mah, kebiasaan! Tau nih gue dari tadi belokin motor ke caffe ini padahal lu tau ini caffe mahal, karena gue yang bayar" Seketika mood Reva sepertinya lebih membaik.

" Hehehe, gitu dong ketawa. Itu baru teman gua" Riky mengangkat gelas untuk tos gelas bersama Reva.

Ya begitu, sesekali Reva tertawa karena lelucon Riky, sesekali ia menangis karena mengingat masalahnya, melihat Reva terus menangis, dia rasa membawa Reva ketempat teman-temannya adalah tepat. Karena ia yakin teman-temannya akan membantu menaikan mood Reva kembali.

" Mau kemana Ky?"
" Ke tempat tongkrongan anak-anak" Riky melaju dengan cepat menggeluti hujan deras yang tidak berhenti dari tadi.

Tempat tongkrongan? Apa tempat itu yang Riky maksud? Ahh bagaimana ini, aku sama sekali tidak bisa menyanggah karena derasannya hujan membuat Riky tidak akan mendengar alasan ia tidak ingin kesana. Ya sudah kuharap dia tidak ada disana.

" Hah? Lu dibawa kesana? Warung tongkrongan anak-anak nakal di SMP lu dulu? Rere menyaut setelah lama mendengar cerita Reva yang tidak ada habisnya.

Ya karena Rere adalah teman SMA nya sekarang, beginilah jadi ia tidak tau apa yang Reva lalui semasa belum mengenal Rere, yang ia tahu Reva sangat menyukai hujan.

Sesampai di tempat tujuan. Saat itu, ternyata ada dia disana. Ya dia, dia adalah Erlan. Seseorang yang mampu membuat Reva jatuh cinta, membenci diri sendiri bahkan sulit untuk mencari seseorang yang mampu membuat Reva melupakan Erlan.
Disana, tempat yang tidak pernah Reva kunjungi, setelah kurang lebih 1 tahun lamanya ia berusaha melupakan Erlan, akhirnya ia bertemu dengan Erlan.

" Wooy" Riky menepuk pundak salah satu temannya karena mereka sedang asyik ngobrol dan bercerita.
Saat menoleh kebelakang, ternyata dia adalah Erlan.

" Rik gue ke toilet, dimana toiletnya?" Buru-buru ku tinggalkan semua mata yang tertuju padaku, karena aku yakin mereka akan aneh melihat seorang Reva, musuh dari geng abstrak yang tidak jelas datang ketempat tongkrongan mereka.
Ya jelas, karena Reva adalah salah satu anggota osis, ia menjabat sebagai W.Ketua, ketuanya adalah Riky.
Dan mereka, teman-teman tongkrongan yang dimaksud Riky adalah geng nakal itu, saat ia ada di SMP.

" Hah? Lu ketemu sama Erlan, orang yang lu cerita terus tuh? Yang lu bilang lu belajar moveon dari dia udah setahun lebih? Terus gimana? Lu kagak pernah cerita gimana pas lu ketemu Erlan!" Sahut Rere yang tambah penasaran siapa itu Erlan.

" Harus gue cerita tentang Erlan?" Jawab Reva dengan wajah yang malas untuk mengingat semua kejadian tentang dia dan Erlan.

" Harus, kegok dong kalo lo ga nerusin ceritanya!"
Rere mendekati Reva, seperti ia sangat penasaran siapakah Erlan? Bagaimana sosok Erlan?

Hujan deras masih turun, rasanya hujan adalah suasana yang pas saat Reva menceritakan, kejadian hari dimana ia mengenal Erlan.

Setelah hampir 1 tahun, mengapa? Mengapa harus bertemu Erlan? Apa yang sedang takdir siapkan? Sungguh saat itu aku lemas, ingin menangis sejadi jadinya, antara mengingat Dady dan mengingat perih luka karena Erlan, di masa lalu.

love story never endsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang