3

28 2 0
                                    

Setelah hari itu, ntah mengapa aku selalu memikirkan tentang dia. Rasanya aneh, hanya karena dia memegang dagu dan menatap jarak dekat aku bisa memikirnya terus menerus?
Siapa dia? Kurasa belum pernah sebelumnya aku melihat dia.
Siapa namanya? Kelas apa?

Setelah libur panjang akhir semester, aku akan ikut lomba debat. Dari jauh-jauh hari aku sudah mempersiapkan semua materi yang akan didebatkan.
Tinggal mengitung jam, hari ini adalah lomba Debat.
Aku bahkan belum tau, siapa partner yang akan berjuang bersama saat lomba.
Pagi sekali, aku sudah siap-siap untuk berangkat, hari ini aku diantar oleh gojek hahahaa.. Inilah rutinitas jomblo.

" Reva?" Seseorang menghampiriku.

" hmm?"
" Oh dia" menggerutuk didalam hati.

" Milda" Memberi tangannya, isyarat untuk berkenalan.

" Reva" langsungku beri tangan, memberi isyarat bahwa kami sekarang saling mengenal.

Tidak butuh waktu lama, kami dengan mudahnya akrab.
Banyak sekali yang kami ceritakan, saling bertukar pengalaman .

.
.
.
.
.

" Giliran gue" Melangkahkan kaki dengan penuh keyakinan.

Saat aku mulai memperkenalkan nama dan mengemukakan argumentasi, terlihat disana.
Tidak jelas, namun aku yakin. Ada dia! Dia. Adalah laki-laki dipinggir lapang yang yaa cukup so kenal sih.
Gagal fokus! Ya itu keadaan saat itu.

" Fokus Rev, lu lagi lomba" Mulai meyakinkan diri akan keadaan kembali seperti normal.

Setelah argumentasi yang dikeluarkan, akhirnya aku dipersilahkan untuk duduk.
Tibalah bagian partnerku.
Setelah perlombaan selesai kami pergi ke kantin untuk mengisi perut yang kosong.

" Weiy" Suara Milda menyadarkanku dari lamunan, entah melamunkan apa.
Yang jelas aku sangat bingung saat itu, untuk apa laki-laki itu ada di tempat duduk penonton?
Kemana dia sekarang?

"Eish, sumpah bikin kaget!" Aku langsung melihat daftar menu yang dari tadi hanya jadi kacang hahahahaha..

Hujan.
Saat itu ketika aku dan Milda sedang makan, hujan turun. Membuat kami harus menunggu untuk pulang. Kejuaraan diumumkan besok.
Aku ingin sekali menikmati hujan saat itu, tapi... sayangnya aku harus memperhatikan pakaian yang besok harus digunakan untuk lomba selanjutnya.

" Erlan!" Milda memanggil seseorang dan memberi intruksi agar ia datang menemuinya.

" Mil, gua liat lu tadi, parah lu bagus!"
Suara seseorang yang asing didengar, membuatku ingin menoleh.

Mataku membulat, seketika kaki dan tangan gemeteran, badan melemas.
Dia adalah laki-laki itu.

" Erlan, dia temen gue Rev. Lu harus tau dan temenan sama dia. Cocok, asli deh se type sama lu" Milda memecahkan keheningan disana.

Erlan, Namanya.
Siapakah Erlan untuk Milda? Mengapa Erlan ada disana? Special kah? Sampai datang untuk melihat Milda lomba?

" Dia temen setongkrongan, sama Riky juga, kita solid gaaneh kalo dia kesini buat nonton gue" Milda memperjelas, mungkin ia bisa membaca rasa penasaran dari wajahku yang dari tadi memperhatikan mereka.

" Gue harus balik sekarang" Dengan cepat aku menghabiskan makan dan minuman yang tadi dipesan.

" Balik sama siapa?" Milda bertanya.

" Gue nunggu Gojek" Jawabku.

Ahhh shit!!
.
" Kenapa?" Milda spontan bertanya saat aku menyimpan gadgetku .

" Handphone gue matii, gue balik gimana?" Wajah panik, ku yakin saat itu wajahku mengkhawatirkan.

" Dianter Erlan aja" Milda melihat kearah Erlan.

" Gausah, gue cari ojek biasa aja"

" Ini hujan, udah jangan nolak!"

Hah? Dianter pulang? Mimpi apa gue nih.
Dijalan gue harus gimana? Ngobrol apa? Pasti canggung banget.
Tapi ada yang mengganjel, Erlan.
Mengapa sama sekali dia tidak memulai pembicaraan denganku? Beda sekali dengan dia yang so kenal saat pertama bertemu?
God.. gue galau?
Gara-gara Erlan? Orang yang baru gue kenal?
Ahhh apaan nih? Bukan gue banget!

" Sumpah lu dianter balik?" Rere tambah penasaran dengan cerita Reva.

" Kayaknya gue jatuh cinta sama dia" Jawabku dengan singkat.

" Bukan kayaknya, lo emang cinta"

" Masa gue suka dia? Bikin baper aja kagak" Jawab Reva.

" Jatuh cinta itu bukan berapa banyak dibuat baper. Itu reaksi ilmiah yang gabisa lo pahami" Jawab Rere menggoda Reva.

" Apa yang lo lakuin pas dia anter?" Rere menyuruh agar Reva meneruskan ceritanya.
.
.
.
.
.
.
.

Rintisan hujan, hening.
Diantara aku dan Erlan. Kami masih menuju parkiran motor.
Tidak ada percakapan diantara kami. Tidak ada yang memulai pembicaraan yang terlontar dari kami.

Ditengah hujan yang deras, Erlan menggeluti hujan tanpa jas hujan.
Jas hujannya ia berikan kepadaku, ia tau pakaian yang aku kenakan akan aku pakai lagi besok.

" Gue ngerepotin lo ya" Dengan nada yang agak sedikit keras, aku memulai pembicaraan diantara kita.

" Engga, gue udah biasa direpotin. Lo enjoy aja!" Jawaban Erlan, dengan tetap fokus menjalankan motornya.

Jawabannya membuatku sedikit lebih tenang, walaupun aku tau aku sangat merepotkannya.

" Masuk dulu ya? Gue bikinin teh manis"
Sebenarnya aku ingin sekali ia cepat pergi, agar aku bisa kembali normal, tidak seperti orang kaku dan gagu.
Basa basi, karena aku tau ia akan menolaknya.

" Gausah, gue balik. Lagian bajunya basah"
Erlan memutarkan motornya, lalu pergi.
Perlahan hilang dari penglihatan mata.

Aku langsung mandi, lalu memilih rebahan dikasur.
Membayangkan kejadian tadi, senyum senyum sendiri itu yang aku lakukan. Setelah sekian lama tidak merasakan indahnya jatuh cinta. ia datang untuk menghadirkannya.

Gelisah, ini yang dirasakan saat jatuh cinta.
Tidak terlihat seperti magic, namun jelas terasa.

Kamu kuibaratkan sebagai hujan, dan aku adalah langit.
Juga sebagai pelangi, bintang, matahari?
Pilihlah sesukamu! Biarlah aku menjadi langit. Yang menerima apapun bentuk pengisi langit.
Entah itu hujan, pelangi, bintang? Ataupun pun matahari.
Biarlah aku menikmatimu, sebagai langit yang takpernah bosan menunggu. Menunggu kedatangan penghias langit.

love story never endsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang