15

13 1 0
                                    

Aku membuka mataku dengan berat, masih mengantuk.
Untungnya malam tadi aku istirahat yag cukup, jadi pagi hari bisa masuk sekolah seperti biasa.

Leon tertera di layar handphone.

Leon: " Selamat pagi, gue harap hari ini lo sekolah. Tapi kalo lo sakit, gue aja yang kerumah. Kalo gue rindu hehehe"

" Yaampun Leon."

Pagi ini, harusnya aku senang dengan keadaan.
Tau apa isi hati Erlan sebelum berjuang lama.
Tapi ntah mengapa, aku yakin ada yang janggal dari kisah ini.
Kukira kisah ini belum berakhir.
Erlan masih ada dalam jalan hidupku.
Aku yakin suatu hari nanti aku akan mendapatkan Erlan.

" Gue yakin someday itu ada"

Kuawali pagi ini dengan memotivasi diri sendiri.
Dengan keyakinan walau sakit kemarin bukanlah akhir dari kisah bersama Erlan.
Aku mandi dan bersiap-siap untuk berangkat kesekolah.
Sarapan disekolah sudah menjadi kebiasaanku.
Rasanya malas untuk berada dirumah lama-lama.
Walaupun bi Asih sering menyuruhku untuk sarapan terlebih dahulu.
Aku bilang banyak tugas yang belum selesai dimalam hari, jadi harusku selesaikan sebelum masuk sekolah.

" Reva" Caca memanggilku di lobby, ia menyamakan langkahku dengannya.
Bersama menaiki anak tangga untuk pergi ke kelas.
Hari ini adalah hari jum'at seluruh siswa yang beragama Islam yang tidak berhalangan wajib berartisipasi solat duha, doa bersama dan membaca asmaul-husna.

" Dibelakang, kaya biasa" Cici menunjukkan aku dan Manda Caca agar menggelar sejadah di barisan belakang.
Karena kelas 3 jarang ada yang didepan.
Sebelah kanan adalah barisan perempuan, sedangkan sebelah kiri adalah barisan laki-laki.
Jujur hari itu aku masih kecewa dengan perlakuan Erlan, tapi mengapa jujur hati ini ada yang mengganjal, seperti ada yang salah di takdir ini.

Acara dimulai semua orang khusyu berdoa kepada Allah.
Kali ini adalah waktu yang tepat untuk aku menenangkan diri kembai setelah kejadian kemarin.
Guru agama memimpin doa, menuntun kita agar semuanya fokus.

Geng asbtrak duduk didepan kelas, banyak diantara guru yang sudah memarahi mereka, karena mereka bukan solat tetapi mengobrol.
Tidak dengan Erlan.
Itulah yang aku sukai dari Erlan.
Beberapa kali aku melihat Erlan meninggalkan teman-temannya yang sedang asyik nongkrong untuk melaksanakan solat sendirian.
Meskipun ia nakal, sempatku dengar ia pernah mabuk. Tapi solat ia jaga, dan solidaritasnya sangat tinggi.

Setelah solat dan doa bersama selesai. Kami semua masuk kelas masing-masing untuk KBM.
Kali ini pelajaran IPS.
Guru kami menugaskan agar kami ke perpustakaan, untuk melihat berbagai buku-buku sejarah yang ada di perpustakaan.
Aku meminta Mc2 untuk menutupiku, karena jika ingin pergi ke perpus harus melewati kelas Erlan.
Sisil memanggilku, dan alhasil semua kelas Erlan memalingkan wajahnya ke hadapanku.
Erlanpun begitu, lagi dan lagi banyak hal dari tatapan Erlan yang tidak mampu ku definisikan.

" Revaaaa!!" Sisil teriak kencang, ia adalah perempuan yang suaranya tidak bisa ditahan.

" Sil" Aku tersenyum dan keluar diantar Mc2 karena tadinya aku mengumpat agar tidak melihat Erlan.

" Siang jadi basket kan?" Sisil adalah anggota basket juga, sama sepertiku.

" Jadi, gue udah bawa baju ko. Gakan balik dulu" Aku memberhentikan langkah karena Sisil menahan tanganku.

" Yaudah lo ntar ke rumah gue, jadi ganti baju dirumah gue" Sisil melepas tanganku dan membiarkanku pergi.

" Yaudah siap"
Aku meninggalkan Sisil, ia sekelas dengan Erlan.
Kurasa Erlan memperhatikan kami.

Setelah sampai perpustakaan aku kepikiran Erlan.
Entah mengapa dengan perkataan Erlan yang kemaren hanya membuat luka yang tidak lama.
Hari ini aku masih mencintainya, bahkan lebih mencintainya.

" Gue ga benci Erlan, kenapa ya?"
Aku masih menatap pemandangan yang terlihat dari lantai atas sekolah kami. Perpustakaan adalah tempat Fav setelah kantin.
Disini kami bisa melihat kendaraan yag bolak-balik sibuk pergi kesana-kemari.

" Gue dukung lo, kalo lo sayang sama Erlan" Cici menjawab dengan cepat ucapanku.

" Tapi kalo Rey tau gue deketin Erlan gimana?"
Aku menunduk mengingat hal yang bisa mengganggu perjuanganku.

" Lo perhatiin dia dari jauh, cintai dia dalam diam. Kalo lo jodoh dia gakan kemana"
Cici masih menyemangatiku.

Setelah tugas kami selesai kami pergi kelas untuk menaruh buku dan pergi ke kantin.
Saat jalan ke kantin, ada pengumuman dari sumber suara.

" untuk ketua futsal volly dan basket kumpul di ruang olahraga sekarang"

Hari ini ketua basket Galang, ia tidak masuk. Wakilnya adalah aku. Terpaksa waktu istirahat kali ini kupakai kumpul di ruang olahraga.
Aku meninggalkan Mc2, aku minta mereka pergi ke kantin duluan.

Kulihat Leon sudah ada di ruang olahraga, Leon adalah ketua dari Futsal.

" Galang kemana?" Leon mendekat.

" Dia sakit, jadi sama gue" Jawabku dengan nada sinis.

" Lo udah sehat ya? Chat gue ga lo bales" Leon mendekat lalu berbisik.

Guru olahraga sudah berkumpul, Leon menjauh tanda mengerti karena ada guru disini.

" Hari ini saya akan menggabungkan Ekskul olahraga yang berhubungan dengan lapangan.
Saya harap kalian selaku ketua, berlomba untuk membawa anggotanya untuk ikut berartisipasi dalam penggabungan ini"
Pak Agus, ketua dari ekskul olahraga, memberitahu maksud ia mengumpulkan para ketua.

Setelah pak Agus memaparkan semuanya, aku Leon dan ketua volly keluar dari ruangan olahraga.

" Lo baru sembuh sakit, yakin mau ikutan basket sore ini?"
Leon bertanya, saat kami keluar menuju kelas.

" Lo kaya gatau basket udah kaya apaan buat gue"
Aku tersenyum, melangkahkan kaki lebih cepat dari Leon.
Rasa bahagia, terbesit pikiran bahwa akan ada Erlan. Karena ia adalah anggota futsal.

Bel sekolah terdengar, aku menunggu Sisil di lobby.

" Ayoo" Sisil datang langsung mengajakku ke parkiran motor.

Kami menaiki motor, Sisil mengendarai motor dengan cepat.
Sesekali aku dan Sisil teriak dan tertawa karena Sisil membawa motor yang ugal-ugalan.
Setelah sampai dirumah Sisil aku langsung mengumumkan di grup bahwa basket akan mengadakan latgab dan semua anggota wajib datang untuk latihan.

" Sil kalo lo jadi gue lo milih Leon atau Erlan?"
Aku memperhatikan kamar Sisil, berkaca membereskan rambut.

" Leon lah, gila gue milih Erlan. Lagi juga gue aneh kenapa lo suka sama Dia"

Sisil memang dekat denganku, jadi paham tentang perasaanku.

" Kemaren dia nyamperin gue di taman, dia bilang dia cuma bisa sampe sini. Baik banget.
Besoknya dia bilang najis suka sama gue"
Aku memperjelas, masih membereskan rambut yang berantakan karena Sisil membawa motor yang kencang.

" Gila tuh si Erlan, udah lah lo Leon aja! Dia ganteng, ketua futsal lagi"

Sisil menatapku dengan gemas.

" Tapi kalo gue berjuang buat Erlan apa boleh?"

" Menurut gue ya, gapapa si karena cinta itu patut diperjuangkan"

Sisil mengacak rambut, kami bercerita tentang Erlan dikelas.
Ternyata Erlan itu sering bikin orang tertawa, sikapnya yang konyol bahkan bisa membuat guru jengkel namun tertawa.
Sisil bercerita bahwa Erlan sangat tidak memperdulikan perempuan ketika teman-temannya sedang asyik berbicara tentang perempuan.
Selain itu, Erlan sangat memperhatikan solatnya.
" Walaupun gue gasuka Erlan, tapi Erlan banyak sisi positifnya ko Rev"
Sisil berbicara seperti itu.

Kami membeli makan ke warteg. Dengan berjalan kaki karena jaraknya dekat.
Menyiapkan tenaga untuk latgab ( Latihan Gabungan) nanti.

Aku tidak membenci Erlan.
Ia misterius, memberiku tantangan.
Itulah yang aku suka, alasan mengapa aku ingin tetap tinggal.

love story never endsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang