Setelah acara sekolah itu, kami memulai KBM seperti biasa.
Kelasku dan kelas Erlan sedikit jauh, aku dilantai2 sedangkan dia dilantai3.
Namun jika aku keluar kelas, kelas dialah yang pertama kali aku bisa lihat dengan jelas.**tengg tengg**
" Yeayyyy" Sontak suara kelas terdengar begitu bahagia, karena waktunya istirahat dan terlepas dari pelajaran IPA yang sedang mempelajari Fisika.
" Rev, kantin yuk " Ajak Caca, Manda, Cici dia adalah sahabatku. Sekelas, ya squad lah yaa.
" Gue gajajan dulu ya?" Jawabku sambil milirik kelas Erlan lewat jendela.
" Gara-gara Erlan? Malu sama dia?" Jawab Cici.
" Mungkin iya" Jawabku.
" Jangan malu, kalo lo malu, ketauan deh lo suka"
" Bener juga ya! Ayo kantin"
Aku keluar kelas bersama mereka, walaupun gelisah. Takut bertemu dia di kantin." Bang gue dulu dong"
" Gue dulu"
" Awasssss Reva dulu!"Teriakan para siswa yang ingin buru-buru diladangi terlebih dahulu sudah biasa terdengar di kantin.
" Ahhh makasih yaaa, Hahaha makan tuh Akhirnya Reva dulu"
Aku membalikkan badan yang awalnya menghadap gerobak mang Iwa.
Kutemui Erlan disana, sedang berkumpul dengan geng abal-abal, menurutku.Spontan, aku lari meninggalkan Caca, Cici dan Manda.
Aku tak peduli, mereka akan marah atau kesal karena aku pasti akan membuat mereka bingung dan mencari keberadaanku.
Langsungku mengatur nafas ketika sudah sampai dibangku kelas.
Tidak terasa merekapun datang." Weiy!!" Cici menepuk meja membuatku kaget.
" Gila lu ninggalin kita" Sahut Manda.
" Sorry, spontan pas gue liat Erlan gue lari. Lemes banget badan gue, malu."
" Gue gangerti sama lo, kaka kelas lo jabanin, seangkatan lo datengin.
Kepsek? Lo mulus kalo ngobrol sama kepsek kaga ada yang kagok.
Kenapa giliran sama Erlan lo lari?
Bukan lo banget Rev!" Tanya Caca." Demi apapun gue gangerti kenapa gue selemah ini kalo ada Erlan. Gue gabisa cuek, apalagi keliatan biasa aja kalo ada dia. Gue lemes, gue deg-degan jantung gue. Ahhh kalian gaakan ngerti gue" Jawabku dengan nada yang benar-benar seperti ia juga tidak paham dengan perubahan sikap dia semenjak kenal Erlan.
" Seorang Erlan bisa merubah Reva yang cuek minta ampun, ga pernah malu sama oranglain? Kalo di becandain sama cowo lo cool abis? Sekarang lo jadi gini?
Keren tuh Erlan" Sahut Cici.Tatapan Erlan yang tidak bisa aku jelaskan pada siapapun, mungkin karena aku mencintainya kurasa ia memiliki perasaan yang sama.
Beginilah wanita, selalu merasa laki-laki yang ia cintai turut mencintainya.
Namun ini rumit.
Terkadang ia baik, lalu seperti orang yang tidak pernah bertemu sebelumnya.** tengg tengg**
Bel pulang sekolah berbunyi, rasanya aku ingin sekali cepat-cepat pulang agar bisa istirahat.
Ternyata gelisah membuatnya sedikit lebih lelah dari biasanya." Ayo ikut" tiba-tiba aku ditarik oleh laki-laki. Dia geng abstrak.
Dia adalah leader, ia membenciku karena akulah yang berani melawan dia karena saat itu ia sedang membully salah satu anggota OSIS.
Disana ada anggota geng abal-abal sekolah juga, termasuk Erlan." Ngapain lo bawa gue kesini" Jawab aku. Kulepaskan tangan Rey yang menggenggam tangan dengan keras dari tadi.
Rey, dia adalah leadernya. Ia ditakuti karena terkenal sangat kejam, tanpa terkecuali pada perempuan.
Wajahnya tampan, tinggi, putih.
Namun semua kelebihannya tidak aku jadikan alasan untuk tidak melarang dia so berkuasa disekolah ini." Lu kapan si, ga ribut sama gue? Biarin gue jadi diri gue sendiri? Gue happy?" Jelas Rey.
Rey, mendorong Reva ketembok. Berbicara dengan jarak yang sangat dekat.
Kulihat Erlan, ia memperhatikanku, sepertinya ia ingin sekali berbicara.
Ia adalah bawahan Rey, namun kenal dekat sejak mereka duduk dibangku SD.Tanpa memperdulikan Erlan, kulangsung mendorong Rey agar jauh dariku.
" Yang pertama! Gausah tarik- tarik gue kalo lo mau ngomong sama gue!
yang kedua! Gausah dorong gue!
Yang ketiga! Jangan ngomong deket-deket sama gue!"" Bacot lo" Jawab Rey, memotong pembicaraan Reva.
" Diem lo, gue belom selesai bicara" Erlan dan teman-temannya memperhatikan kami. Mereka sangat aneh kepadaku. Mereka memberi isyarat supaya akulah yang mengalah.
" Lu minta gue garibut sama lo? Gimana gue ga ribut kalo lo terus ngusik hidup anak-anak sekolah ini?
Lu minta gue biarin lo jadi diri lo sendiri? Diri lo yang suka nge bully, senonoh ke orang lain? Gasuka ngehargain orang lain? JANGAN MIMPI! " Jawabku yang mendekati Rey.
Ia terlihat begitu marah karena jawabanku yang tidak enak." Anjing ya lo" Rey mendekat ia seperti ingin memukulku.
" Satu lagi! Lo minta gue biarin lo happy? Happy nya lo itu bikin menderita banyak orang!
Lo mau pukul gue? Silahkan! Orang kaya lo harusnya kena penjara dulu baru tau kesalahannya"Tanganku gemetar, sebenarnya aku takut jika Rey akan memukulku. Terlebih lagi aku gelisah ada Erlan disana.
Bagaimana jika Erlan membenciku setelah ini?" Lu tuh ya!" Rey benar-benar marah. Wajahnya merah. Ia mengangkan tangannya untuk memukulku. Dan
" Rey, tahan emosi lo. Dia cewe!"
Erlan, ia menolongku. Disaat semua orang terdiam karena tidak ada yang berani. Ia memberanikan diri menahan pukulan Rey dengan keadaan sedang marah.
" Apaan lu Lan? Lu bela dia?"
Erlan memegang tanganku, membawa aku ke lobby. Untuk menenangkanku.
" Lo gapapa?" Tanya Erlan.
" Gue gapapa"
Erlannn, lemas. Lemass Tuhan. Aku ada didekat dia sekarang.
" Lo pucet" Erlan tidak memalingkan tatapannya dari tadi, sedangkan aku menunduk karena ia menatapku dengan penuh khawatir.
" Gue gapapa, makasih ya udah nolongin. Gue pulang ya?" Aku memberanikan diri untuk menatap Erlan
" Gue gaanter, motor gue di Rey. Dia pasti marah kalo gue ajak ngobrol sekarang" Jelas Erlan.
" Kalo setelah ini lo marahan sama Rey karena gue? Gimana?" Aku memberanikan bertanya dengan terbata-bata.
" Lo gausah khawatir, gue kenal banget sikap Rey. Gue anter ke tukang becak ya"
Saat jalan ia sama sekali tidak menoleh, bahkan sampai aku naik becakpun ia tidak menoleh.
Inilah Erlan, sulit untuk di definisikan.
Terkadang baik, dan cuek. Itu yang aku rasakan.Kurasa, Mungkin ia mencintaiku. Namun itu yang kurasa. Bukan yang ia rasa.
KAMU SEDANG MEMBACA
love story never ends
RomanceTernyata cinta yang indah itu adalah bagian akhirnya. Berjuanglah, memang pahit. Karena puncak dari cinta yang indah adalah bukan mencintai. Tetapi ketika salah satu berjuang dan akhirnya kedua belak pihak saling mencintai. Reva Ayla Khanza, perempu...