21

19 2 0
                                    

Perempuan itu, menggunakan dress berwarna putih.
Rambut panjang dan bergelombang dibagian bawah berwarna coklat.
Kulitnya yang putih cerah serasi dengan warna rambut membuat ia terlihat sempurna.
Menampilkan bakatnya, duduk di kursi depan piano berwarna putih.

Ia memainkan piano itu, setiap alunan nadanya membuat orang yang mendengar seakan masuk kedalam jiwa.
Begitupun dengan pemainnya, ia hanyut dalam alunan melodi indah yang ia bawakan.

Perempuan itu adalah Reva Ayla Khanza.
Duduk kursi panggung, memainkan melodi yang indah, meresapi setiap melodi.
Kurasakan seperti alunan ini mengutarakan isi hati.

Semua Staff Osis masih diam, memperhatikan aku berlatih sebagai pembuka acara nanti di Pesta Kostum.

Reva memainkan alunan nada yang indah. Ia memang pernah mengikuti lomba memainkan piano tingkat Jakarta Timur.
Ya memang tidak juara 1, ia hanya mendapat juara 3.
Banyak pelajaran tentang piano yang ia dapatkan ketika pembekalan lomba itu.

Semakin lama, semua Staff Osis semakin terhayut pada alunan yang ia bawakan.
Keheningan menjadi saksi bahwa mereka menikmati setiap nada yang Reva bawakan.

" Weiyyyyyyy, kenapa pada diem semua?"

Aku berteriak ketika sadar bahwa semua Staff tidak ada yang bekerja.
Sibuk memperhatikanku.

Riky menaiki anak tangga panggung, mendekati piano itu.
" Ini pacar gue nih" Riky tersenyum lucu, ia menepuk pundakku.

" Ihhh sejak kapan kita pacaran?"
Aku menjawab dengan nada kesal, melepaskan tangan Riky yang masih ada di pundak.

Semua orang memperhatikan kami, mereka tertawa.

" Eh, Reva itu yang emak nya!"
Terdengar suara Fakhri dengan nada becanda.

Membuat seisi gedung tidak kembali sunyi.
Setelah merayakan ulangtahun Riky, kami menuju gedung untuk pesta.
Kami memilih latihan disini, sekalian untuk mendekor gedung ini.

" Seudah adegan Reva main piano terus ngapain?"
Riky bertanya.

" Ka Riky langsung masuk"
Gisla menjelaskan skenario yang telah dirancang untuk pembukaan Pesta Kostum.

Kami semua mulai bekerja, memahami skenario sesekali menalar dialognya.

Semua kebagian untuk memainkan peran.
Setelah beberapa kali latihan dan menurut kami itu cukup, kami istirahat.
Sebagian orang yang adegannya tidak terlalu padat, mendekor panggung dan tembok gedung.
Dibuat full of color sesuai tema program kerja Riky dan aku.

Riky memberi waktu istirahat sampai jam 1 sedangkan ini masih jam 11.
Riky mengajakku pergi, aku bercerita kepada Riky tentang ketidakenakanku pada Nesha yang menyukai Leon.
Aku ingin menjauh dari Leon.
Tapi rasa egois ingin tetap Leon ada disisiku masih besar, aku akan mencari waktu yang tepat untuk bicara pada Nesha.

" Lo mau ngasih gue kado ga?"
Riky memperhatikanku yang sedang merapihkan rambut.

" Jalan sama gue yu ke basecamp"
Riky melanjutkan kata-katanya.

" Enggalah, lagi disana gue bakal ketemu Erlan"

" Lo baik sama gue, sahabat gue. Kalo lo mau gue bantu lo sama Erlan"
Riky mendekat.

" Makasih Ky,  Erlan bilang najis suka sama gue.  Udah cukup buat gue tau perasaan dia sama gue.  Biar gue sayang sama dia pake cara gue sendiri"
Aku menatap Riky penuh dengan rasa pasrah.

" Cara lo yang diem aja kaya gini? "
Riky bertanya.

" Gue takut dia ilfeel kalo gue bertingkah" Aku menundukan kepala.

" Lo ikut aja sama gue, gue bubarin ni osis.  Besok lagi aja latihan lagi"
Riky menarikku memberi tanda agar aku ikut dengan dia.

Aku menahan tangan Riky " Gue gamau"

" Percaya sama gue kalo lo anggep gue sahabat"

Aku bingung, hari ini adalah ulangtahun Riky, tapi mengapa dia yang ingin aku bahagia?

Riky memerintahkan Nesha untuk melanjutkan kegiatan Osis.
Aku dan Riky meninggalkan gedung tanpa pamit.
Riky mengendarai mobilku, ia melaju dengan kecepatan sedang.
Diperjalanan hanya kebingungan yang dirasakan.
Rasa penasaran apa yang akan dilakukan oleh Riky?
Apa yang akan terjadi diantara aku dengan Erlan?
Bagaimana nasibku ketika Riky melakukan hal yang menurutku itu hal yang salah?

Aku tidak bertanya pada Riky. Rasa penasaran membuatku ingin melamun membayangkan apa yang akan terjadi.

" Kalo lo percaya, gue gaakan bikin lo malu"
Riky membuka pembicaraan setelah kami berdua saling diam.

" Gimana gue mau percaya sama hal yang lo ga kasih tau gue apa tujuannya Rik"
Aku menjawab Riky tanpa memalingkan wajahnya.

" Tujuan gue, gue pingin liat lo bahagia. Dihark bahagia gue"

" Lu tuh berlebihan tau ga! "
Nada suaraku mulai mengeras, hati yang berdetak kencang membuatku gelisah.
Rasa kesal Riky tidak menjawab pertanyaanku dari tadi.

" Please jangan bikin gue badmood dihari bahagia gue"
Riky masih fokus dengan arah mobil.
Mengendarai stir dengan fokus.

" Gue ga pernah paham sama cara pikir lo Ky"
Nada suaraku pelan.  Menggerutu, percaya pada Riky bahwa semuanya akan baik baik saja.

Kami masih diperjalanan, setelah perbincangan tadi kami menjadi saling diam.  Riky menyalakan lagu, membuat diantara kami tidak menjadi hening.

Setelah hampir 20 menit diperjalanan. Akhirnya kami sampai.

Ada yang aneh, Riky langsung turun dari mobil. Meninggalkan aku sendirian di mobil tanpa ada ucapan apa-apa.
Rasa kesalku semakin menjadi-jadi membuatku sangat.  Sangat kesal.

Langsungku keluarkan gadgetku, memberi pesan kepada Riky. Namun hasilnya gagal, tidak ada jawaban dari Riky.
Sambil mendengarkan lagu, memejamkan mata. Berusaha tenang menunggu Riky.

" Rev, ayo keluar! " Riky membuka pintu mobilku dengan wajah yang polos.

" SETELAH LO NINGGALIN GUE LAMA TANPA ALASAN, LO NYURUH GUE TANPA PENJELASAN? "
Aku menyentak Riky dengan kesal.

" Ayo"
Riky menarik tanganku, lalu menutup mobil.

Aku memasang raut wajah yang kesal. Karena dibuat penasaran oleh Riky dari tadi.
Sedangkan Riky hanya diam dengan wajah yang polos.

" Sebenernya gue mau minta tolong lo bantuin Erlan pilihin baju buat pesta kostum"

Riky akhirnya angkat bicara setelah kami duduk di kantin basecamp geng abstrak.

" GUE DEPAN DIA AJA GUGUP. APALAGI GUE PILIHAN KOSTUM BUAT DIA. LO GILA? "
aku berdiri dari tempat duduk.

" Rev. Gue tau lo bisa. Gue bantu lo biar ga gugup"
Riky menarikku untuk duduk kembali.

" Harusnya gue bikin lo bahagia hari ini, karena ini adalah hari lo Rik"
Aku menatap wajah Riky yang sepertinya memintaku untuk mengikuti permintaannya.

" Dihati gue bener-bener gaada yang bisa isi bagian cinta Rev.
Dan lo udah isi bagian sayang sahabat dihati gue. Gue sumpah cuma anggep lo sahabat.
Dihari bahagia gue pengen bahagiain orang yang gue sayang, karena cuma ada lo dihati gue hari ini. Gue pengen lo yang bahagia"

Riky menatapku dengan penuh penjelasan. Mendukung semua ucapannya seolah semuanya benar.

" Alasan lo ga masuk di akal gue"
Aku Menjawab.

" Bego dasar. Gue udah sosweet juga"

Riky menjitak kepalaku. Wajahnya kesal namun becanda.

" Gue sayang sama lo. Sahabat gue yang paling nyata. Walaupun jalan pikiran lo sama gue beda"
Aku bicara dengan pelan, tersenyum memperhatikan Riky.

Aku masih bingung apa yang akan Riky lakukan kepadaku.

Aku masih duduk disana dengan rasa penasaran yang terus bertambah dengan bertambahnya waktu.

Riky memainkan gadgetnya, aku memasang wajah cemberut karena menunggu hal yang tidak ku ketahui sejak tadi.

love story never endsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang