Semua siswa berkumpul di lapangan upacara, seperti biasa tepat pukul 07.00 siswa-siswi harus sudah ada di lapangan untuk melaksanakan upacara.
Kulihat disekitar lapangan upacara tidak kutemui Erlan.
Dengan rasa penasaran aku berbaris dibelakang, karena biasanya geng abstrak baris dibagian belakang siswa.
Kutemui Rey, tapi tidak dengan Erlan dan Leon.
Tidak lama setelah aku mencari Erlan, ia baris disebelahku.
Saat itu tidak bisaku rasakan apa senang atau sedih melihat Erlan.
Ketika melihat matanya, teringat semua kebaikan Erlan yang ternyata hanya disuruh oleh Leon.Leon datang mendorong Erlan agar ia baris sejajar denganku.
" Lo gapapa Rev? Udah baikan?"
Kulihat Erlan memperhatikan kami, dengan tatapan yang bisa membuatku luluh.
" Gue harus inget, diatuh baik bukan karena diri dia sendiri"" Gue udah baikan" Aku menjawab Leon tanpa memalingkan wajahku kehadapan dia.
" Bagus deh"
Leon meninggalkanku, sebenernya aku takut jika Leon kecewa dan merasa aku tidak menghargainya.
Semoga Leon mengerti mengapa aku cuek ketika ada Erlan." Ayo ayo semuanya baris dengan rapih"
Wakasek kesiswaan mulai mengatur barisan, sesekali marah karena sulit diatur barisannya.
Kebiasanku baris didepan, tidak biasa di belakang. Ketika sudah kutemui Erlan, aku memilih untuk baris didepan lagi.
Saat aku mau melangkahkan kaki, Erlan menarikku." Disini aja!"
Erlan menatapku lagi dan lagi seperti biasa.
Dengan berat hati, aku melepaskan tangan Erlan, ntah mengapa aku selalu mengingat kata kata Riky dan Leon." Gue gabiasa dibelakang"
Belum sempatku meninggalkan Erlan, dengan pelan Erlan mengatakan
" Lo bakal biasa karena ada gue"Deg, apa benar Erlan mengatakan itu?
Aku yakin Erlan mengatakan itu.
Mataku membulat, aku tidak berani memalingkan wajahku. Aku meninggalkan Erlan." Erlan" Milda memanggil Erlan, jarak antara aku Milda dan Erlan tidak jauh.
Milda tidak menyadari bahwa ada aku disana." Lu tuh ya jangan bikin baper temen gue si Reva"
Milda masih melanjutkan pembicaraannya.
Erlan menatapku, seperti ada hal yang ingin ia bicarakan.
Erlan meninggalkan Milda.Upacara berlangsung selama 30 menit, akhirnya seluruh siswa dipersilahkan untuk masuk kelas masing-masing.
Aku melangkahkan kakiku sendiri menuju kelas. Karena sampai saat ini aku belum berbicara dengan Caca Manda dan Cici.
Saat tiba di kelas Manda memintaku untuk menceritakan mengapa akhir-akhir ini aku berbeda.
Aku menceritakan ketidak enakanku pada mereka.
Ketika mereka butuh teman cerita aku selalu ada, ketika aku bercerita mereka seperti enggan mendengarkan. Akhirnya kami saling memaafkan, lalu aku bercerita tentang Rey yang memukulku." Gila ya, baru bentar ga cerita banyak banget story lo" Manda menyambung.
" Kayanya Leon suka sama lo" Sahut Cici.
" Gue sayang sama Erlan" Jawabku.
" Kayaknya Erlan juga baper sama lo Rev" Sahut Caca.
Itu ga mungkin . Tidak ada yang aku ucapkan setelah percakapan itu.
Setelah kami saling meminta maaf, kami menjalani rutinitas seperti biasa, makan soto bareng, solat bareng, modus doi bareng. Semuanya bersama.Ketika bel istirahat berbunyi aku Manda Cici dan Caca menuju kantin, saat turun anak tangga terakhir Milda memanggilku. Ia mengajakku untuk berbicara, Manda dan yang lainnya aku persilahkan untuk duluan.
Milda memberitahuku bahwa ia akan memberi kabar tentang Erlan." Gue gasanggup kalo harus denger yang pahit lagi tentang Erlan" Aku tiba-tiba melontarkan kata-kata itu sebelum Milda menjelaskan semuanya.
" Tapi"
Milda mau menjelaskan, tetapi terpotong oleh pembicaraanku.
" Gue tau, gue salah besar nilai Erlan cinta balik sama gue. Dia cuma disuruh Leon buat nitipin gue ke Erlan?
Jadi, semua kebaikan Erlan cuma sandiwara?"Jelasku tanpa menatap wajah Milda, aku memejamkan mata, menundukkan kepala, tanda pasrah atas semua keadaan ini.
" Tapi ada yang aneh dari Erlan, cara dia perlakukan lo itu beda sama cara dia perlakukan oranglain Rev"
Milda menjelaskan, berusaha meyakinkan agar aku tidak bersedih.
Sebenarnya untuk kali ini, aku sangat bingung. Apa harus senang atau sedih.
Seperti malas untuk menduga lagi bahwa Erlan memiliki perasaan yang sama.
Yang jelas kali ini aku ingin menjauh dari Erlan karena sakit hati." Gue sakit hati, harusnya gue ga baper sama dia"
Menundukkan kepala lagi dan lagi, tidak menatap Milda. Bukan tidak menghargai, tapi ntah mengapa keadaan seperti memojokkanku saat itu.
" Lo jangan sedih, kalo lo mau gue ntar tanyain sama Erlan"
Milda menepuk pundakku. Memberi isyarat agar aku tetap semangat.
Setelah berbincang lama, aku mengganti pakaian olahraga. Kali ini olahraga basket.
Aku adalah salah satu anggota basket perempuan di sekolahku.
Basket menjadi salah satu kebiasaan yang harus dilaksanakan setiap minggunya." Hari ini basket, tim Reva melawan tim Manda"
Guru olahraga membagi 2 tim, tim aku dan tim Manda.
1 tim terdiri dari 5 kali ini.
Setelah kami mempersiapkan lapangan, kami memulai olahraga basket." Jangan sedih Rev, bahagia kali ini basket! Lo harus semangat!"
Manda menepuk pundak, memberi semangat tanda permainan akan segera dimulai." Lo bakal kalah Rev" Manda berteriak.
Aku paham bagaimana cara Manda memberi semangat ketika aku sedih.
" Enak aja ya lo! Gue bakal menang"
Seketika moodku kembali baik, ntah basket membuatku lupa sebentar tentang Erlan.
Terutama cara teman-teman menghiburku, mereka ada saat aku dilanda kesedihan.15 menit berlalu, akhirnya timku yang menang.
Diluar lapangan Aku dan Manda kembali berteman kembali.
Aku dan teman-teman kelas pergi bersama ke kantin.
Walaupun dikelas kami terdapat beberapa kubuk, tapi ada saatnya kami menjadi satu. Ya, ketika sudah olahraga.Kulihat sekitar kantin, sepi.
Hanya ada kelasku dan segelintir orang. Sisanya adalah tukang dagang.
Masalah mampu membuatku lupa bahwa aku pernah bahagia.
Dan teman, mampu membalikan kebahagiaan itu.Hari ini kudapat pelajaran, ketika takdir tidak sama seperti apa yang kita bayangkan.
Menyakitkan, tapi lihatlah cara kita memandang masalah itu, tertawalah.
Seakan kau lupa akan masalah itu, meski sementara, namun itu akan membuatmu lebih berseri setelahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
love story never ends
RomanceTernyata cinta yang indah itu adalah bagian akhirnya. Berjuanglah, memang pahit. Karena puncak dari cinta yang indah adalah bukan mencintai. Tetapi ketika salah satu berjuang dan akhirnya kedua belak pihak saling mencintai. Reva Ayla Khanza, perempu...