6

101K 11.8K 797
                                    

   Mohon direfresh dulu sblm baca, krn ini republish part dgn penambahan part...          

Kania memasuki kamar dengan langkah gontai, rasanya dia ingin mengurung diri selama mungkin di dalam kamar. Melupakan dunia luar, melupakan kewajiban apa yang sedang menunggunya di luar kamar.

Baru saja pintu kamarnya tertutup, kini pintu berwarna putih itu kembali terbuka.

Kania mulai menghitung dalam hati, baru saja angka menuju angka dua. Suara nyaring menyeruak masuk memenuhi seisi kamar ini.

"Nia, kamu diminta Papa untuk masak lasagna. Kok malah masuk kamar? Masak itu dapur, bukan di kamar." Kania menghela napas perlahan, berupaya mengurangi rasa kesal yang berkecamuk di dadanya dalam hitungan detik. Kania tidak mengharapkan pertanyaan itu, dia lebih suka mendapatkan pertanyaan seperti; Bagaimana harimu, Kania? Apakah kuliahmu berjalan baik? "Kania.." Tubuh Kania ditarik secara paksa. "Nia, Mama sedang bicara sama kamu."

Kania mencoba untuk tersenyum, entah mulai dari kapan dia terbiasa melakukan senyum walaupun hatinya terlalu pahit untuk ikut tersenyum.

"Aku mau menaruh tas dan buku-buku kuliah," jawab Kania seraya meletakkan semua barang tersebut di atas ranjang.

"Aduh, Kania! Jangan ditaruh di ranjang, Mama kan sudah sering bilang. Semua barang ini dari luar, kita gak tahu ada kuman apa aja. Kalau nanti badan kamu alergi gimana? Kamu tahu sendiri, badan itu aset buat kita para wanita." Mama Kania mengambil semua barang tersebut dan melemparkannya ke atas meja kayu putih di depan jendela kamar Kania. "Kamu tuh, terlalu sembrono jadi wanita. Seharusnya kamu contoh..."

perfect illusionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang