TOLONG DIREFRESH DULU... KRN IN REPUB PAKE TAMBH... THX U SDH MAU MEMBACA...
Alby membuka pintu kamar dan Kania sudah berdiri di depannya. Wanita itu memberikan seulas senyum untuk Alby, lalu pandangan Kania terarah pada dua koper yang dibawa Alby.
"Aku sudah meminta Putra menyiapkan semuanya, keperluan kita selama tiga hari ke depan." Alby berjalan masuk, menyeret kedua koper. Kania mengikuti Alby, tanpa membatah atau membantu Alby membawakan salah satu koper.
Alby berhenti di salah satu sudut kamar, melepaskan kedua tangannya dari pegangan koper. Cukup lama Alby berdiri memandangi dua koper di depannya, hingga rasa dingin mengusik punggung tangannya. Alby melihat tangan Kania tengah menggenggam tangannya, Alby mengangkat wajahnya secara perlahan.
"Semua sudah dirapikan oleh Putra. Aku menyuruh dia membawa beberapa baju berenang, mungkin 3 helai. Aku juga meminta dia menyiapkan beberapa baju ganti sesuai dengan style-mu." Kania tersenyum semakin lebar menunjukkan deretan gigi putihnya. "Novel, sunblock, semua kebutuhanmu untuk liburan di pantai sudah siap, nggak perlu khawatir." Kania menggelengkan kepalanya, menunjukkan dia tidak khawatir dengan apa pun keputusan Alby.
Kania menarik tangan Alby, meminta Alby untuk berjalan ikut dengannya.
"Aku tidak akan khawatir pada apa pun, karena ada kamu." Alby menahan napas saat mendengar kalimat itu. "Sekarang, waktunya kamu beristirahat. Sejak tadi aku melihat kamu telah berpikir terlalu keras." Kania duduk lebih dulu di tepi tempat tidur, tangannya menepuk kasur beberapa kali tanpa melepaskan tangan satunya dari Alby. "Istirahat, pasti seperti ini sangat melelahkan untukmu."
Kania benar, Alby kelelahan dan ranjang itu menggoda untuk Alby naiki. Tanpa banyak bantahan Alby duduk di sebelah Kania, dalam hitungan detik Alby telah menjatuhkan tubuhnya di atas ranjang. Tak perlu waktu lama, Kania menyusul dengan melakukan hal yang sama. Keduanya tidur pada posisi miring secara bersamaan, saling pandang dalam keheningan.
"Lihat, matamu berkantung." Kania mengarahkan jarinya pada bagian bawah mata Alby, mengusap dengan lembut. "Apa kamu susah tidur akhir-akhir ini?"
"Hmmm.."
"Kenapa?"
"Otakku berpikir teralu banyak."
"Pekerjaan?"
"Banyak hal."
"Apa aku salah satu dari banyak hal itu?'
Alby tidak langsung menjawab, terlihat berpikir untuk memberikan jawaban seperti apa. Kania menarik mundur tangannya dari wajah Alby, mengadu pandangan dengan pria itu seakan mereka sedang mengikuti kompetisi siapa-yang-melihat-paling-lama.
"Iya," jawab Alby setelah menghambiskan waktu 10 menit dalam keheningan. Kania menarik kedua sudut bibirnya ke atas, membentuk senyum yang begitu dirindukan oleh Alby.
Gila – Alby merasa dirinya semakin bertambah gila. Bagaimana mungkin senyum yang dulu terasa begitu menyebalkan kini terasa begitu patut untuk dirindukan.
"Beri tahu aku tentang bahagia yang kamu inginkan dan alasan kenapa aku memandang jijik akan hal itu." Kania berhasil mengahancurkan kondisi damai dan tenang dalam diri Alby. Alby melengos mendengar permintaan Kania, pria itu merentangkan posisi tubuhnya. Memandang langit-langit kamar hotel ini lebih menyenangkan daripada memandang Kania dengan raut wajah penasarannya. "Hei!" Telunjuk Kania mendarat pada pipi sebelah kiri Alby, membuat gerakan maju mundur seperti menusuk. "Tidak adil, kamu seperti tahu semua tentangku. Sementara aku, aku masih meraba-raba tentang kamu. Kamu tahu semua hal yang membuatku bahagia, seaworld, Pulau Pantara. Aku hanya—"
KAMU SEDANG MEMBACA
perfect illusion
Romancehanya sebatas ilusi.. Kata itu selalu dilontarkan Alby setiap kali Alby ditanyai tentang cinta, karena selama 27 hidupnya.. Dia selalu menginginkan wanita hanya sebatas angan, karena setiap kali hatinya jatuh pada satu wanita. Maka dengan sadis wani...