Mohon direfresh dulu sebelum membaca! krn ini republish dengan penambahan bagian... :)
Kania berjalan riang menuju kamar salah satu apartemen mewah yang berada di daerah tebet, begitu sampai pada satu pintu dengan nomor kamar DC 14/12. Kania dengan cepat menempelkan kartu yang berfungsi sebagai kunci untuk pintu, Kania mulai terkikik geli membayangkan betapa terkejutnya Alby melihat kehadirannya di sini. Beruntung Tante Eliza—Mama Alby, berinisiatif memberikan kartu lain kepada Kania sehari setelah keduanya memutuskan untuk menjalin hubungan.
Begitu pintu apartemen terbuka, suara gemericik air dari kamar mandi segera menyambut Kania. Memberitahu kalau sang pemilik apartemen ini tengah mandi, Kania berjalan masuk, menutup pintu apartemen perlahan. Kania menilai apartemen itu untuk pertama kalinya, semua didesain dengan gaya maskulin, mulai dari sofa, cat ruangan, hingga atribut dapur. Perpaduan warna putih dan hitam. Dan dari semua itu, apartemen Alby sangat rapi. Bahkan Kania tidak yakin, apa kamarnya serapi apartemen Alby ini.
Mata Kania terpaku pada deretan foto yang terpajang di buffet telivisi, banyak menampilkan foto Alby saat berpergian ke luar negeri. Namun ada satu foto yang benar-benar menyita perhatian Kania, foto yang tergantung di atas televisi.
"Ganteng banget sih kamu," bisik Kania seraya menatap foto itu.
Suara gemericik air berhenti, tak berapa lama terdengar suara decitan pintu terbuka. Kania cepat-cepat menoleh, bersiap untuk menyambut Alby. Tapi niat Kania menguap saat melihat keadaan Alby, alih-alih membuat Alby terkejut, Kania justru merasakan pipinya memanas.
KAMU SEDANG MEMBACA
perfect illusion
عاطفيةhanya sebatas ilusi.. Kata itu selalu dilontarkan Alby setiap kali Alby ditanyai tentang cinta, karena selama 27 hidupnya.. Dia selalu menginginkan wanita hanya sebatas angan, karena setiap kali hatinya jatuh pada satu wanita. Maka dengan sadis wani...