4

104K 13K 974
                                    

Silakan refresh dulu sebelum membaca, krn republish dgn perbaikan cerita... :) jgn mengeluh ada bagian yg terpotong atau pun kata double... thx u sdh menyempatkan wktu membaca...

Alby membawa mobilnya keluar dari parkiran basement apartemen. Setelah tiga hari dia menghindari dari dunia luar, akhirnya Alby memberanikan diri untuk keluar. Ya, selama tiga hari dunia Alby yang sempurna kacau. Pemberitaan yang berupaya diredam Alby, mencuat ke permukaan begitu saja. Apa lagi penyebabnya kalau bukan karena Kania, selain sebagai kepala editor, Kania mengambil pekerjaan sampingan sebagai model. Dan Kania adalah model yang sedang naik saat ini. Berita soal dia menjadi hal menarik bagi para pemburu berita, diperparah dengan menghilangnya Kania selama tiga hari. Komplit sudah! Banyak spekulasi terus bermuncul, setiap hari ada saja yang membahas kejadian malam itu dan dihubungkan dengan menghilangnya Kania. Dan sialnya, tidak ada yang satupun dari pihak media mau menerima uang tutup mulut dari Alby, karena hasil pemberitaan jauh lebih menguntungkan bagi mereka daripada uang sekali kasih.

Pihak keluaga tidak ada yang mau memberikan penjelasan, keluarga Bagaskara kompak memilih bungkam. Sementara keluarga Atmadja terutama Pak Ryan, hanya memberikan statment. 'Itu masalah anak-anak.'

Dengan tekat bulat Alby berniat ingin mengunjungi rumah keluarga Kania, dia bisa menebak Pak Ryan pasti tidak akan membiarkan Kania keluar dari Jakarta. Terutama sejak kejadian perginya Kiandra - kakak perempuan Kania, sejak saat itu semua tentang Kania diatur oleh orang tua Kania. Dari hal kecil hingga hal besar dalam hidup Kania, contohnya perjodohan dia dan Kania.

Sebelum untuk memutuskan mencari Kania, Alby sudah lebih dahulu berusaha menghubungi Kania tapi nomornya tidak pernah aktif. Dan hari ini, Alby ingin mengakhiri masa sembunyi Kania. Alby sudah merancang rencana untuk memperbaiki semua kekacauan ini, sekarang dia hanya butuh menarik Kania keluar dari persembunyiannya dan membuat Kania memperbaiki kekacauan yang dibuat oleh wanita itu.

Baru saja mobil Range Rover hitam miliknya kelur dari area basement, secara mendadak Alby menghentikan mobilnya. Beruntung tidak ada mobil lain di belakang sana.

"Akhirnya kamu berani keluar Kania," ucap Alby antusian.

Alby menepikan mobilnya agar tidak mengganggu perjalanan orang lain, tanpa membuang waktu Alby turun dari mobil. Berjalan menuju Kania yang berdiri di samping seorang ibu yang terlihat menunggu sesuatu.

Alby meraih lengan Kania, memaksa Kania menatap matanya. "Akhirnya kamu mau datang ke sini, kamu ke mana saja, sayang?" Alby menahan diri untuk meledak, karena menyadari masih ada orang lain selain dia dan Kania.

Kania memiringkan kepalanya, melihat ke arah si Ibu dan Alby secara bergantian.

"Kamu sakit, sayang? Kamu pucat banget." Alby masih mencengkram lengan Kania dengan erat, walaupun suara Alby tenang namun dari cengkramannya terlihat jelas jika emosi Alby siap untuk meledak. "Ayo kita istirahat di apartemen aku." Alby membalas tatapan si Ibu yang memandangnya dengan ekspresi heran. "Ibu bersama wanita ini?" Si Ibu melihat ke arah jari telunjuk Alby terarah, tanpa suara, si Ibu menggeleng cepat lalu meninggalkan Alby begitu saja.

Alby kembali melihat ke arah Kania, lelah berbasa-basi Alby segera menarik Kania dari jalan umum itu menuju mobilnya.

"Kenapa kamu nggak langsung naik ke atas? Kenapa kamu justru berdiri di pinggir jalan layaknya orang kesusahan?" Alby membuka pintu mobilnya, memaksa Kania masuk ke dalam mobil. "Kita harus menyelesaikan masalah yang kamu timbulkan, jangan pikir kamu bisa lepas tangan begitu saja." Alby menutup pintu mobil dengan sangat keras, terlalu keras hingga menarik perhatian beberapa orang yang kebetulan ada di sana.

Alby masuk ke dalam mobil, bersiap untuk mengendarai mobilnya masuk kembali ke parkiran basement.

"Alby?" tanya Kania dengan suara begitu lembut, tidak ada nada tegas menantang seperti biasanya. "Kamu Alby, sepupunya Mas Abe?"

perfect illusionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang