Selamat membaca, jgn lupa klik taburan bintangnya...
Alby berjalan menuju kamar Kania, sudah lebih dari setengah jam semua penghuni rumah ini menunggu suara Kania meminta untuk dijemput. Namun, tak kunjung terdengar suara panggilan dari Kania. Membangkitkan rasa penasaran dalam diri Alby atau pun Ibu Yohana dan Aya, akhirnya dia memutuskan untuk masuk ke dalam kamar Kania. Tentu saja, sebelum itu dia lebih dahulu meminta Ibu Yohana dan Aya menunggu di dalam mobil, karena rumah ini sudah tidak nyaman lagi untuk dijadikan tempat menunggu. Hampir seluruh prabotan, termasuk sofa sudah tertutupi kain putih, siap untuk ditinggalkan dalam waktu lama.
Alby berhenti di depan pintu kamar Kania, tidak langsung membuka, dia sengaja menyandarkan pelipisnya lebih dulu pada pintu. Seakan dengan cara itu dia bisa tahu apa yang sedang Kania alami di dalam sana atau itu hanya cara Alby menyiapkan hati dengan kemungkinan terburuk yang akan terjadi, seperti Kania berubah pikiran dan tidak mau kembali ke Indonesia. Setelah terdiam cukup lama, Alby memutuskan untuk membuka pintu secara perlahan, dan menemukan Kania sedang duduk di tepi ranjang. Raut wajah wanita itu datar. Alby tidak bisa menebak apa yang ada dipikiran Kania, seperti yang dia alamai selama seminggu belakangan ini. Semua sikap dan perasaan Kania terlalu susah untuk ditebak oleh Alby, terlalu rumit untuk Alby mengerti. Satu menit Alby merasa Kania memang ingin bersamanya seperti dulu lalu satu menit kemudian Alby merasa Kania terpaksa bersamanya, kadang Alby merasa masih ada yang salah dengan otaknya.
"Alby?" tanya Kania hati-hati.
Alby tersenyum tipis, dia sengaja mempercepat langkahnya untuk sampai di tempat Kania. Alih-alih duduk di samping Kania, Alby memilih berlutut di hadapan Kania. Dia ingin mengamati Kania secara leluasa. Satu tangan Alby menggenggam tangan Kania, sementara satu tangan yang lain merengkuh wajah Kania.
"Apa ada yang mengganggu pikiranmu, Kania?" Sebenarnya Alby ragu bertanya seperti ini, dia tidak siap dengan jawaban Kania. Namun, dia juga sadar. Seharusnya pertanyaan ini dia tanyakan seminggu yang lalu, tapi Alby selalu menomor satukan keraguannya daripada mendengar isi kepala Kania. "Aku tahu, ada yang kamu pikirkan. Sejak Barry memutuskan berhenti, kamu mulai jarang tersenyum. Saat kamu menghabiskan waktu denganku, aku merasa jiwamu sedang berjalan entah ke mana, berkelana bebas ke suatu tempat. Dan hari ini, aku merasa kamu berat meninggalkan rumah ini. Entah kamu berat, karena masih takut menghadapi keadaan di Indonesia. Atau berat, karena... di sini terlalu banyak kenangan." Alby merasa kerongkongannya merasa panas setelah mengatakan soal kenangan, tanpa diperjelas pun baik Kania atau Alby sudah sama-sama tahu kenangan apa yang Alby maksud kan.
Kania meloloskan satu tangannya dari genggaman Alby, menujulurkan kedepan, berusaha untuk menggapai wajah Alby.
Satu belaian dari Kania, berhasil membuat seluruh tubuh Alby bereaksi secara berlebihan. Seperti terkena sengatan listrik.
"Entah lah. Aku sendiri pun bingung dengan jalan pikiranku sendiri, kadang aku ingin menyalahkan kamu. Karena secara tidak langsung, kamu adalah orang yang membuatku bergantung dengan Barry. Tapi kemudian aku sadar, kamu juga melewati waktu yang berat karena aku." Kania menarik mundur tangannya dari wajah Alby. "Kamu tahu, seminggu ini aku selalu membandingkan kamu dan Barry. Barry tidak pernah membiarkan keadaan di antara kami hanya diisi keheningan, dia benar-benar jadi mata bagiku, menjelaskan apa saja yang dia lihat. Aku terbiasa menjadi pendengar daripada menjadi pembukaan pembicaraan, tapi kamu... Alby tetap lah Alby. Tenang, hening, dan tidak tersentuh."
—————————-
Perfect Illusion udah mulai PO ya
Kali ini aku pastikan nggak akan lama, seperti po yg sebelumnya. Dan aku buka di shoppe, utk mengurangi hal2 yang tidak diinginkan (keselip, kiriman lama, bonus kurang) Tapi buat yang nggak ada shoppe bisa pesen secara langsung ke nomor WA : 085712238070
Shopee : Albertvirgian
Untuk case handphone bisa request mau case hp apa ya, asal jgn nokia sama blackberry. :)Cus, diborong, Gaes!
KAMU SEDANG MEMBACA
perfect illusion
Romancehanya sebatas ilusi.. Kata itu selalu dilontarkan Alby setiap kali Alby ditanyai tentang cinta, karena selama 27 hidupnya.. Dia selalu menginginkan wanita hanya sebatas angan, karena setiap kali hatinya jatuh pada satu wanita. Maka dengan sadis wani...