Selamat membaca, jgn lupa vote dan comment...
Barry membantu Kania duduk di bangku taman. Setelah memastikan Kania sudah duduk dengan nyaman, Barry ikut duduk di sampingnya.
Beberapa kali Kania menghela napas kasar, seperti ingin melepaskan sesuatu yang di dalam hatinya. Barry hanya mampu memandangi, tanpa tahu harus memulai dari mana untuk membujuk Kania. Karena dia pun ingin Kania tetap di sini, daripada pergi bersama dengan Alby. Tapi itu tidak akan terjadi, tempat Kania bukan di sini, bukan di sampingnya.
"Kania..." Barry memanggil nama Kania dengan hati-hati. "Saya dengar kamu diajak Alby pergi, tapi kenapa—"
"Saya tahu kamu nggak pergi ke toilet," potong Kania cepat. "Kenapa kamu tidak langsung menghampiri saya? Kenapa kamu buat saya nunggu?"
Barry mengusap ujung hidungnya dengan tangan. Dia gamang harus bahagia dengan sikap Kania yang seperti ini atau justru marah karena Kania terkesan mempermainkannya, kemarin siang bersikap tak peduli padanya lalu hari ini bersikap sangat membutuhkannya.
"Karena sudah ada Alby," jawab Barry yakin.
Kania membuka lebar matanya. Dia memiringkan kepalanya sedikit ke kanan, ke posisi duduk Barry.
"Apa?"
"Kamu tuh lucu loh, Nia. Kamu sendiri yang bilang ke saya, kamu hanya mampu memikirkan Alby. Sekarang... di saat Alby melakukan pendekatan, kamu menghindar. Kamu itu terlihata bagaikan seoarang gadis takut diculik pria tak dikenal, padahal Alby itu pria yang mengisi seluruh hati dan memiliki separuh hidup kamu." Barry membuat kalimatnya terdengar biasa. Dia berusaha menyembunyikan harapan yang muncul, sebuah harapan tentang Kania menginginkannya dan meragukan perasaannya pada Alby. "Kalau memang dia yang kamu inginkan, seharusnya kamu berbahagia dia mendekati kamu."
"Kamu dibayar dia berapa buat bujuk saya?"
Barry tersenyum. Dia mengalihkan pandangannya dari Kania, meluruskan badannya, lalu menghela napas secara perlahan. Sejak Kania tahu tentang alasan sebenarnya dia di sini, Kania selalu mengatakan hal yang berbeda dengan inti yang sama. Kamu dibayar berapa? Sebenarnya Barry ingin menjawab, bayaran Alby tidak sepadan dengan perubahan yang terjadi dalam dirinya. Karena Barry melakukan lebih dari kesepakatan yang dibuatnya dengan Alby. Dia diminta untuk melindungi, memperhatikan, melayani. Bukan memberikan hati dan hidupnya untuk Kania.
"Saya—Kania ini bukan tentang seberapa besar pria di dalam sana telah membayar saya, ini tentang mau hati kamu. Stop bertindak seakan-akan tidak ada dia di hati kamu, tapi di saat ada orang lain ingin meminta hati kamu. Kamu dengan lantang mengatakan, tidak ada pria lain yang kamu inginkan di dunia ini selain dia." Barry kehilangan penguasaan dirinya.
—————————-
Perfect Illusion udah mulai PO ya
Kali ini aku pastikan nggak akan lama, seperti po yg sebelumnya. Dan aku buka di shoppe, utk mengurangi hal2 yang tidak diinginkan (keselip, kiriman lama, bonus kurang) Tapi buat yang nggak ada shoppe bisa pesen secara langsung ke nomor WA : 085712238070
Shopee : Albertvirgian
Untuk case handphone bisa request mau case hp apa ya, asal jgn nokia sama blackberry. :)Cus, diborong, Gaes!
KAMU SEDANG MEMBACA
perfect illusion
Romancehanya sebatas ilusi.. Kata itu selalu dilontarkan Alby setiap kali Alby ditanyai tentang cinta, karena selama 27 hidupnya.. Dia selalu menginginkan wanita hanya sebatas angan, karena setiap kali hatinya jatuh pada satu wanita. Maka dengan sadis wani...