9

96.6K 12.2K 1.6K
                                    

Alby berdiam di dalam kamar cukup lama, dia berpamitan pada Kania untuk berganti baju. Tapi sudah lebih dari 20 menit, Alby masih memakai kostum kerjanya. Alih-alih mengganti baju, Alby justru duduk di tepi tempat tidur. Tidak melakukan apapun, hanya diam, dan sesekali memutar-mutar iPhone dalam genggamannya.

****

"Apakah Pak Alby baik-baik saja? Apa Pak Alby butuh saya panggilkan dokter?" tanya Putra saat keduanya masuk ke dalam kantor pribadi Alby.

Alby menaikkan satu alisnya, "Saya cukup sehat untuk memberikan pukulan di wajahmu." Alby langsung duduk di salah satu sofa cokelat yang biasa dia pakai untuk membaca buku. "Segera katakan apa kepentinganmu, masih banyak hal yang harus kita lakukan. Salah satunya mengurus Kania."

Putra menoleh sebentar ke arah pintu, seakan memastikan pintu sudah tertutup rapat.

"Saya ingin membahas Ibu Kania," ucap Putra. Ada keraguan dalam nada suaranya, bukan hanya ragu. Putra juga takut jika dia mengatakan ini, Alby akan marah besar. Alby tidak menjawab, menunggu Putra melanjutkan kalimatnya. "Tapi sebelum saya mengatakan tetang Ibu Kania, saya minta izin Pak Alby untuk menyalakan komputer kerja Bapak."

"Untuk apa?"

"Karena di komputer itu ada hal yang ingin saya sampaikan kepada Pak Alby."

Alby menggeleng gusar, mengedikkan dagu ke arah komputer yang terletak tidak terlalu jauh dari posisi dia duduk. Tidak ingin membuang waktu, Putra segera menyalakan komputer untuk beberapa saat Putra tenggelam di balik layar komputer, mengabaikan kegelisahan Alby.

Merasa Putra terlalu lama berdiam tanpa membahas apapun, Alby memutuskan untuk bangkit dari duduknya dan menghampiri Putra. Alby menaikkan satu alisnya, Putra tidak membuka aplikasi word, excel atau aplikasi lain yang biasa digunakan Putra untuk bekerja. Putra sedang melihat setiap sudut ruangan apartemen Alby, hasil dari tangkapan kamera CCTV.

perfect illusionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang