Selamat membaca... Jangan lupa Vote dan comment yang banyak... Btw, direfresh dulu ya... Tkt ada yang double2... :)
Barry datang pagi-pagi sekali ke rumah Kania, tidurnya tidak tenang mengingat tentang perpisahan mereka kemarin siang. Seperti biasa, Ibu Yohana membukakan dia pintu dengan senyum ramah. Tidak ada perubahan sikap dari Ibu Yohana, padahal kemarin mereka terlibat pembicaraan cukup serius tentang Kania.
"Kania sudah bangun, Bu?" tanya Barry sesaat setelah masuk ke dalam rumah.
"Sudah, sedang makan bersama dengan Aya." Ibu Yohana menoleh ke arah Barry, "Dan Alby." Setelah menyebutkan nama Alby, Ibu Yohana berjalan lebih dulu menuju ke ruang makan.
Barry terdiam, mencoba untuk meredakan gemuruh dalam hatinya. Pantas saja Alby tidak pulang ke apartemen, ternyata dia di sini, menempati posisi yang seharusnya Alby tempati sejak Kania membuka mata. Tangan Barry merangkak naik, membuka dua kancing teratas dari kemeja biru dongkernya. Apakah tugasnya di samping Kania sudah selesai? Ada rasa kecewa menyebul di antara gemuruh dalam dada Barry, dia tidak ingin berpisah dari Kania, tidak dalam waktu dekat ini. Dia masih ingin melihat Kania bahagia secara utuh.
Barry meyugar rambut hitamnya ke belakang, mengembuskan napasnya perlahan melalui mulut lalu memantapkan hati untuk melanjutkan langkahnya menuju ke ruang makan.
"Hai, Barry!" sambut Aya riang, saat melihat Barry muncul dari ruang tengah.
Alby menoleh sekilas ke arah Barry lalu mengulum senyum simpul.
"Ayo, Bar. Duduk di samping Alby. Pagi ini saya masak nasi uduk, kesukaan Kania," kata Ibu Yohana.
Barry menuruti Ibu Yohana, dia duduk di samping kiri Alby, berhadapan dengan Aya. Beberapa kali Barry mencuri pandang ke arah Kania, memperhatikan cara Kania menundukkan kepalanya dalam, serta memainkan sendok di atas nasi uduk. Pasti dia tidak nyaman dengan situasi ini, Barry menarik kesimpulan sendiri.
Aya memergoki cara Barry memandang Kania, tentu saja hanya Aya yang paham arti tatapan itu. Alby terlalu sibuk dengan kegiatan yang serupa dengan Barry.
"Tante Yohana," Aya memanggil Ibu Yohana secara tiba-tiba.
"Kenapa, Ay?" Wanita setengah baya itu keluar dari dapur, membawakan jus alpukat untuk Kania.
"Stok garam di dapur tante masih banyak nggak?"
"Hah?" Ibu Yohana meletakkan gelas jus di depan Kania, sekaligus memandang Aya dengan heran. "Garam?"
"Iya, garam." Aya memasukan sendokan terakhir ke dalam mulutnya. "Aku mau buat tiga gelas air garam untuk mereka." Aya berbicara tanpa meninggalkan kesibukkannya mengunyah.
Ibu yohana melirik ke arah Alby, Barry dan Kania bergantian. Ketiganya memasang wajah yang seragam, datar, tidak mengerti maksud dari kalimat Aya.
"Kenapa tiga gelas air garam, Ay?" Ibu Yohana semakin heran.
"Kayaknya mereka bertiga kompak kena sariawan, Tante. Lihat aja tuh, daritadi kompak diam. Makanan nggak niat dimakan, minuman juga dibiarin." Aya memasukkan suapan terakhir ke dalam mulut, bersiap untuk mengangkat bokongnya dari kursi. "Karena dari itu, aku berinisiatif buatin mereka air garam. Kata orang dulu, larutan garam ampuh buat nyembuhin sariawan."
—————————-
Perfect Illusion udah mulai PO ya
Kali ini aku pastikan nggak akan lama, seperti po yg sebelumnya. Dan aku buka di shoppe, utk mengurangi hal2 yang tidak diinginkan (keselip, kiriman lama, bonus kurang) Tapi buat yang nggak ada shoppe bisa pesen secara langsung ke nomor WA : 085712238070
Shopee : Albertvirgian
Untuk case handphone bisa request mau case hp apa ya, asal jgn nokia sama blackberry. :)Cus, diborong, Gaes!
KAMU SEDANG MEMBACA
perfect illusion
Romancehanya sebatas ilusi.. Kata itu selalu dilontarkan Alby setiap kali Alby ditanyai tentang cinta, karena selama 27 hidupnya.. Dia selalu menginginkan wanita hanya sebatas angan, karena setiap kali hatinya jatuh pada satu wanita. Maka dengan sadis wani...