Happy reading~
.
.
Randy terus-menerus mengecek jamnya yang melingkar di pergelangan tangannya menunggu kapan kelasnya akan selesai. Biasanya Randy libur di hari Sabtu namun dosen meminta untuk datang ke kampus karena ada kelas ganti. Sangat disayangkan, di hari weekend seperti ini selalu dipakai Randy untuk bermalas-malasan di kasurnya tapi ya sudah lah namanya sudah takdir. Randy bisa apa? Mau kesal juga tidak ada gunanya. Mau bolos juga, kapasitas bolosnya sudah habis. Kalau Randy tetap bolos dijamin Randy tak akan lulus mata kuliah ini.
"Parah, coy. Bosen banget gue yaelah. Hari ini harusnya libur woy. Libur." Randy yang mencoba memperhatikan dosennya terganggu oleh suara keluhan laki-laki yang sangat dikenalinya.
"Lu jangan berisik, Den. Nanti kita ditanyain sama Pak Roni. Mati gue nggak bisa jawab. Gue nggak srek sama nih mata kuliah. Bukan mata kuliahnya sih sama dosennya lebih tepatnya." Lagi-lagi Randy mendengarkan suara laki-laki yang lain. Suara yang sangat Randy kenali juga. Namun suara dua orang itu tak membuat Randy berpaling. Biarkan saja, pikir Randy.
"Idih! Itu si Randy sok-sokan serius. Padahal mah aslinya udah teler. Gue jamin tuh bocah pasti lagi nahan ngantuk." Randy memejamkan matanya. Ini kedua temannya berbisik-bisik tapi kok kuat banget suaranya. Enggak tahu apa ini dua bocah dibelakangnya yang menjadi alasan Randy mencoba konsentrasi itu ya karena abis mata kuliah ini bakal ada quis mendadak, woy! Masalahnya lagi, bukan quis tertulis tapi nama mahasiswa bakal dipanggil satu persatu terus akan diberi pertanyaan!
Randy memutar badannya ke belakang.
"Woy! Duo tuyul, lo pada berisik banget! Jangan ceritain gua dibelakang."
"Siapa juga yang ceritain elu dibelakang. Yang ada mah, gue ama Riyan yang ada dibelakang elu." Randy menghembuskan napasnya dengan kasar. Memang sangat susah kalau sudah berbicara dengan Denis. Jika sudah berbicara dengan Denis, bawaannya mau menenggelamkan Denis di Kali Ciliwung.
"Bodoamat, Den. Gua nggak peduli!" Kemudian Randy membalikkan tubuhnya kembali menghadap ke depan tapi sayang....
"RANDY!"
Suara lantang, tegas dan terkesan dingin itu bukan suara dari teman-temannya atau suara siapapun melainkan itu suara dari sang dosen.
"Silahkan kamu jawab no 3! Se.ka.rang.ju.ga!"
Denis, abis kuliah ini gua jamin lo bakal tinggal nama doang!
Randy mengutuk Denis dalam hatinya sedangkan Denis dan Riyan sebisa mungkin untuk menahan tawanya agar tidak menjadi mangsa dosen mereka selanjutnya. Setelah Randy.
"Ran! Randy! Makan bakso Mang Ucup yuk bareng gue ama Riyan sableng." Muka Randy sudah kusut akibat pertanyaan dari Pak Roni dan sekarang Denis dengan tidak tahu dirinya mengajak Randy makan bakso Mang Ucup tanpa rasa bersalah?
"Sumpah ya, Den. Lu dari tadi berisik banget. Randy jadi korban Pak Roni gara-gara elu." Riyan yang tahu mood Randy sedang tidak baik pun menengahi. Berteman dengan Denis memang butuh kesabaran yang besar.
"Loh? Kok malah gue? Lu juga dong! Lagian itu bukan salah gue sepenuhnya tapi emang takdir Randy yang dipilih sama Pak Roni. Sorry-sorry jek nih ya, coy." Randy memutar bola matanya malas. Denis ini memang sangat pandai ngeles. Karena sudah sangat malas menanggapi Denis, Randy lebih memilih meninggalkan kedua temannya itu. Lagian hari ini Randy punya jadwal penting. Enggak penting-penting banget sih sebenarnya, cuma ya hari ini untuk pertama kalinya Randy pergi bersama Tari ke acara pernikahan teman Randy.
KAMU SEDANG MEMBACA
Detak Waktu
General FictionCerita mainstream. Semuanya akan indah pada waktunya.