10. Final

3.5K 215 7
                                    

Happy reading~
.
.

Terlalu nyaman dalam zona nyaman dapat menyebabkan lupa bagaimana cara kehilangan
-Randy Setiawan-

Katakan Randy labil dan tidak konsisten pada keputusannya. Disini lah dirinya sekarang, di depan pintu ruangan tempat Tari dirawat.

"Mau sampe kapan lu disana?" Randy berdecak. Riyan ini memang tidak tahu diri, jelas-jelas Randy sedang mengatur jantungnya. Masalahnya dirinya bukan hanya bertemu dengan Tari melainkan juga akan bertemu dengan kedua orang tua Tari.

Randy memaksa Riyan untuk ikut karena Robert yang belum selesai diperbaiki oleh si Abang montir. Beruntungnya Denis si mulut knalpot bajaj itu tidak ikut dengan mereka kalau tidak Denis akan menertawai Randy sepuasnya. Jujur, Riyan juga ingin menertawakan kondisi Randy saat ini. Randy terlihat seolah-olah akan melamar anak gadis orang dengan tangannya yang menenteng beberapa buah yang memang sempat mereka beli tadi.

"Lo nggak mau ikutan masuk?"

"Buat apa gue masuk? Gue nggak ada hubungannya lagian yang minta kepastian itu kan elu bukan gue."

Kepastian apanya? Dikira gua mau ngelamar anak orang.

"Mbahmu, Yan."

"Udah lah. Daripada gue bosen nungguin elu disini mending gue ke kantin rumah sakit aja kalau udah kelar cari aja gue, orang yang paling ganteng di kantin."

Randy mencibir. Punya temen kok begini banget. Riyan melenggang pergi tanpa mau mendengar protes dari Randy.

"Yang satu kayak knalpot bajaj, yang satu lagi sableng. Punya kawan kok gini amat, ya salam."

Akhirnya Randy mengetuk pintunya. Tidak mungkin dirinya langsung masuk itu termasuk hal yang tidak sopan.

"Bismillah, ya Allah semoga orang ganteng ini bisa! Aamiinnn."

Tak berapa lama, knop pintu bergerak ke bawah menandakan telah terbuka. Terlihat wanita paruh baya memakai kerudung dengan majalah khusus wanita di tangannya kalau Randy tak salah lihat. Sudah dipastikan beliau adalah Ibunya Tari.

"Assalamu'alaikum, Tante."

"Wa'alaikumsalam. Dengan siapa ya?"

"Saya Randy. Bukan siapa-siapa kok tante cuma temen Tari." Randy menyengir.

Cuma temen toh. Kirain pacar Tari lumayan juga kalau punya calon menantu begini. Ganteng pisan euy!

Randy memberikan kantong plastik yang berisikan buah kepada Ibu Tari. Dengan senang hati Lita menerimanya. Kok ini sudah seperti acara lamaran ya?

Tari yang baru saja bangun dari tidurnya seketika mengenali suara itu. Suara bass laki-laki itu.

Kak Randy?

Tari memang tak langsung melihat kehadiran Randy karena tubuhnya yang menghadap ke sebelah kanan sehingga orang-orang akan mengiranya masih tertidur.

Lita mempersilahkan Randy duduk. Lita memulai perbincangan terdahulu.

"Kamu dari mana?"

"Dari rumah, Tan."

"Bukan itu maksud tante kamu asalnya dari mana?" lagi-lagi Randy menyengir, menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

"Kalau asal sih dari Malang, Tan. Gimana keadaan Tari, Tan?"

"Ya gitu lah, Ran. Mungkin memang dia disuruh buat istirahat total. Kerjanya belajar mulu. Tante aja sampe bosan liat dia sibuk sama bukunya."

Detak Waktu Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang