Happy reading~
Januari, 2016
Kenangan putih abu-abu menjadi kenangan yang paling sulit untuk dilupakan. Dimana awal masa muda mulai bergejolak. Namun mendekati akhir masa putih abu-abu, siswa dan siswi dituntut untuk bekerja rodi menyelesaikan berbagai soal-soal ujian termasuk ujian hidup.
Begitu dengan Tari, perempuan yang paling benci dengan hal-hal yang begitu merepotkan. Tetapi Tari bersyukur bukan main karena Allah memberikannya otak encer luar biasa. Walaupun begitu, tak juga membuat Tari memiliki tujuan hidup yang pas seperti teman-temannya yang lain.
Saat semuanya bermimpi ingin masuk ke universitas yang ter-mantap, ter-luar biasa, ter-keren sampai-sampai harus mengeluarkan kroscek besar agar bisa bimbel bahkan sampai les private sekalipun. Sangat disayangkan, itu tidak berlaku untuk Tari. Dengan belajar sendiri saja Tari sudah dapat menggenggam nilai A bagaimana jika dirinya les private?
Tari, siswi kelas XII IPA 1 SMA Nusa Bangsa. Perempuan pintarnya bukan main. Prinsip hidup, belajar nomor satu tapi cita-cita nggak tau mau jadi apa, udah nikmatin aja.
Guru-gurunya saja sudah merekomendasikan dirinya ke perguruan tinggi A sampai ke perguruan tinggi Z. Setelah itu yang didapat hanya lah gelengan kepala karena Tari masih belum menemukan tujuan hidupnya, ingin menjadi apa, ingin berbuat apa. Membuat hampir seluruh guru pusing dibuat Tari.
Tak berapa lama masuk lah Ibu Guru ke dalam kelas Tari. Keributan yang tadinya dibuat oleh siswa lainnya kemudian mulai hening.
"Seperti biasa, banyak senior-senior kalian akan datang ke sekolah tercinta kita ini. Jadi Ibu harap kalian untuk tetap kondusif. Jangan buat keributan ya."
Ya, sudah menjadi hal biasa untuk murid-murid tingkat akhir seperti mereka akan mendapat sosialisasi dari tiap-tiap kampus. Beberapa mahasiswa dari kampus A sampai Z akan mengenalkan kampus mereka, mengajak sang siswa untuk masuk ke kampus mereka.
"Hari ini kita kedatangan tamu dari Universitas Negeri Jakarta. Dengerin senior-seniornya di depan." seluruh siswa kompak mengiyakan kecuali Tari yang masih sibuk dengan soal-soal Fisikanya.
Kalau belum nemu jawabannya buat gue kepo akut. Kepo tuh nggak enak!
Bu Guru meninggalkan kelas dan tak berapa lama masuk lah kumpulan orang, baik perempuan dan lelaki berjas almamater hijau yang sudah menjadi identitas dari Universitas Negeri Jakarta.
"Selamat siang semuanya! Duh kalian pasti capek kan? Dikit-dikit ujian! Ujian ini ujian itu!" seorang laki-laki yang tak tahu darimana asalnya tiba-tiba saja berteriak heboh di depan. Hal itu masih belum membuat Tari beralih dari tugasnya.
Ternyata laki-laki itu salah satu dari mahasiswa tersebut.
"Jadi Kakak berdiri disini mau ngenalin kalian sama kampus Kakak tercinta!"
Mata Tari masih belum menoleh ke depan namun telinganya tak sengaja mendengar bisik-bisik dari temannya.
"Wuih! Seniornya ganteng pisan euy. Ih jadi pengen masuk UNJ kalau begini mah!"
Tari tidak peduli. Makhluk yang bernama laki-laki bukan lah prioritasnya untuk saat ini. Priotas Tari adalah bagaimana Tari harus menyelesaikan semua soal-soal ini! Tari menggaruk jidatnya menggunakan ujung pensil. Sesekali kertas kosong yang tak bersalah harus remuk karena coretan-coretan tangan Tari.
"Psst! Heh! Kapan sih lu kelar ngerjain begituan! Noh mending lu dengerin itu senior di depan!" bisik-bisik Diana.
"Nggak ah. Lagian udah biasa ujung-ujungnya mereka promosiin kampus mereka doang."
KAMU SEDANG MEMBACA
Detak Waktu
General FictionCerita mainstream. Semuanya akan indah pada waktunya.