happy reading~
Ini teguran buat gua dari Allah karena gua terlalu mencintai makhluk-Nya selain Dia
-Randy Setiawan-
Randy menggertakkan giginya pemandangan di depannya membuat amarahnya memuncak tapi apa yang harus dia lakukan? Dia hanya lah seorang laki-laki pengecut yang memiliki rasa pada mantan sahabatnya itu dan sekarang sahabat ralat, mantan sahabatnya sudah bahagia bersama orang lain.Mungkin ini waktunya gua nyerah. Percuma juga gua kejar. Nggak ada harapan. Kasian amat hidup gua.
Randy membalikkan tubuhnya dengan lunglai pergi meninggalkan dua sejoli yang ada di depan sana. Mood-nya semakin menurun. Randy berulang kali menghela napas, kepalanya begitu pusing. Ada rasa nyeri tak kasat mata di dalam dadanya. Apakah itu yang dinamakam sakit hati?
"Gimana keadaan nyokap lo?" Randy mendudukkan dirinya di sebelah Denis. Dirinya memang lelah. Sangat lelah, tapi sebagai sahabat Randy harus menemani Denis.
"Mama baik-baik aja cuma darah tingginya kumat lagi." Denis menyugar rambutnya. Randy tahu walaupun Denis sedikit aneh tapi kalau sudah khawatir begini pasti berubah menjadi orang yang sangat serius.
"Kenapa lu?" Riyan menoleh mendapati wajah Randy yang kebingungan.
"Gua kaga ketemu sama si Rio. Kata emaknya Rio belum nongol juga dari pagi tadi." Denis tak begitu peduli dengan perbincangan Randy dan Riyan. Denis sibuk memainkan game di ponselnya.
"Jadi bajunya ini kita langsung kasih ke emaknya apa begimana?"
"Bagusan kasih orangnya langsung."
"Lo yakin mau nungguin Rio sampe malam?"
"Heh semprul! Ngasihnya kan kaga mesti hari ini masih ada besok woy! Yaelah." Denis mengomel dari balik ponselnya.
Randy yang kesal memiliki inisiatif untuk mengganggu temannya itu. Randy membuka pintu penumpang dan memukul-mukul bahu Denis.
Denis mencebik, "Apa lu! Pergi sana! Jangan ganggu gue! Lagi seru nih! Kalau gue kalah gue sabit pala lu!"
Riyan yang duduk disebelah supir hanya menggelengkan kepalanya. Randy dan Denis adalah perpaduan yang gila.
"Lo yang nyetir gih. Tiba-tiba gua males nyetir."
"Si Riyan sableng kan ada! Noh suruh dia ae yang nyetir." yang empunya nama hanya terdiam malas terlibat dengan duo stres seperti Randy dan Denis.
"Riyan juga males. Udah deh! Kalo lo nggak mau nyetir, lo kami turunin disini." Randy tersenyum mengejek.
"Semprul! Minggir lu! Ganggu hidup gue aja!" Denis mematikan ponselnya dan pindah ke kursi kemudi.
Randy tersenyum menang. Namun sekian detik kemudian, tiba-tiba saja Randy merindukan Tari. Randy sangat rindu mengganggu gadis itu.
Hidup tanpa cinta bagai taman tak berbunga~
Hai, begitulah kata para pujangga~
Hidup tanpa cinta bagai taman tak berbunga~
Hai, begitulah kata para pujangga~"Nada dering hp lu, Den! Ya Allah!" Riyan menggeleng mendengar bunyi ponsel milik Denis. Bahkan Randy sudah hampir menangis melihat kegilaan Denis.
"Saudara-saudara sekalian harap diam! Paduka raja sedang menelpon saya."
"Halo, Yah?"
"..." Denis mengerem mendadak membuat Randy dan Riyan terkejut bukan main.
"Hah? Rumah sakit mana, Yah? Oke! Denis menuju ke sana sekarang!" Denis memutuskan sambungannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Detak Waktu
General FictionCerita mainstream. Semuanya akan indah pada waktunya.