Happy reading
Waktu mengajarkan aku untuk lebih mengenal diriku dan perasaanku sendiri.
-Lestari Indrian-
Randy memegang dadanya, jantungnya berdegup dengan kencang. Ternyata masih tetap sama seperti dulu, saat Randy menyadari akan perasaannya yang tidak tahu kapan datangnya. Tiba-tiba saja Randy teringat akan sesuatu. Dengan cepat dia membuka laci mejanya dan disana terdapat sebuah nametag. Sampai sekarang nametag itu belum Randy kembalikan pada pemiliknya. Padahal di kantornya wajib memakai nametag tersebut jika tidak, karyawan akan ditegur karena tidak mengikuti aturan. Randy menggaruk kepalanya, bagaimana dia harus mengembalikan nametag ini. Randy tidak akan mungkin memberikannya secara langsung. Selain fitnah, akan banyak gosip baru yang tersebar. Sebenarnya Randy tidak peduli akan gosip mengenai dirinya tetapi Randy tidak mau sang pemilik nametag menjadi bahan gosip terbaru orang-orang kantor.
Randy semakin merasa bersalah karena sudah hampir dua minggu tidak dia kembalikan. Randy keluar dari ruangannya dan berjalan ke lantai bawah, menuju ke pos satpam. Mungkin ini cara terbaik.
"Assalamu'alaikum, Pak Randy?" satpam yang lagi berjaga terkejut dengan kedatangan Randy.
"Wa'alaikumsalam, Pak Ijul. Ya ampun, Pak. Jangan panggil saya Bapak lah, Pak. Bapak kan lebih tua dari saya mana enak kayak gitu. Saya juga masih muda loh, Pak," canda Randy.
"Wah nggak bisa gitu, Pak. Jabatan Bapak lebih tinggi dari saya dan saya harus menghormati Bapak." Randy menggeleng, menolak keras. Bukan karena Randy merasa dirinya lebih muda dari Pak Ijul tapi Randy berkewajiban menghormati orang yang lebih tua darinya seperti Pak Ijul ini.
"Pak, jabatan itu nggak ada artinya. Semuanya sementara, saya bisa kapan aja turun jabatan. Jangan panggil saya 'Pak' lagi ya, Pak. Please?" jawab Randy dengan memohon. Pak Ijul menghela napas. Pak Ijul mengenal Randy dengan baik. Randy tidak pernah sombong apalagi saat Randy baru diterima di perusahaan ini. Randy selalu membantu Pak Ijul dengan ikhlas hati terutama ketika istri Pak Ijul mendadak masuk rumah sakit tepat Pak Ijul mendapatkan jadwal menjaga kantor. Waktu itu Randy lembur dan akan pulang ke apartemennya. Randy melihat Pak Ijul yang tampak panik dan tanpa basa-basi Randy mengantarkan Pak Ijul ke rumah sakit. Urusan Pak Ijul dan Kantor pun Randy yang mengurusnya semua.
"Aduh, kamu itu ya! Bingung saya tuh R—Ra—Ran!" Randy tersenyum bangga.
"Gitu dong, Pak! Panggil nama saya aja. Ran.dy! Mau pake ganteng juga nggak apa-apa." Randy menyengir bak bocah. Pak Ijul hanya menggeleng-gelengkan kepalanya. Andai saja, perempuan-perempuan yang menyukai Randy melihat ekspresi Randy saat ini pasti mereka akan menggelepar bagaikan ikan yang keluar dari air. Baiklah, ini sangat berlebihan.
"Terus ada apa sampai kamu langsung kesini, Ran?" Randy mengubek-ubek saku celananya dan mengeluarkan nametag tersebut.
"Ini Pak. Saya kemarin nemuin nametag jatuh ke lantai. Saya mau kembaliin tapi nggak enak aja gitu kalau saya yang balikin langsung nanti takutnya jadi gosip." Randy tidak bohongkan? Nametag ini memang terjatuh namun Randy tidak mengatakan bahwa nametag itu sudah bersamanya dari dua minggu yang lalu.
"Balikin? Kok kesannya kayak kamu pinjem atau kamu simpen ya, Ran?" Randy gelapan. Randy sudah salah bicara kayaknya.
"Kan bener dong, Pak. Nametag ini harus dibalikin kalau nggak malah ditegur sama pimpinan. Kasian si Mbak yang punya nametag ini." Randy sebisa mungkin beralasan, dia tidak mau berbohong hanya karena hal ini. Pak Ijul mengambil nametag tersebut dan membaca nama si empunya.