Happy reading~
Jangan menilai orang dari masa lalunya karena kita tidak pernah tau bagaimana masa depannya.
***
Randy menyugar rambutnya yang sudah lumayan gondrong. Mungkin setelah membereskan semua barang-barangnya, Randy harus memangkas rambutnya agar terlihat lebih rapi. Randy sudah menyelesaikan kegiatan magangnya dan besok harus kembali ke Jakarta.
Kantornya juga sudah mengadakan acara perpisahan kecil-kecilan untuk Randy dan anak magang lainnya. Randy tidak terlalu sedih karena setelah kuliahnya selesai Randy akan menetap di Surabaya sesuai dengan yang dikatakan Pak Aldi kalau perusahaan terbuka lebar untuk Randy.
Hanya saja, Randy merasa kehilangan. Fano --teman magangnya yang satu divisi dengan Randy juga harus kembali ke Yogyakarta. Fano memberikan banyak pelajaran hidup dan soal agama pada Randy. Bahkan Fano tak segan menegur Randy jika Randy lupa akan shalat.
"Bro, lo jangan lupain gua ya! Kalau udah nyampe Jogja kabarin gua!"
"Gausah lebay lu. Gue tinggal di Jakarta. Lu juga kuliah di Jakarta kan? Kita berdua masih bisa ketemu. Hidup nggak usah dibawa ribet lah, Ran." ucap Fano santai setelah itu Randy malu karena terlalu drama untung saja tinggal Randy dan Fano di kantor. Randy lupa kalau Fano juga seorang anak perantauan sama seperti dirinya.
Besok Randy akan mengambil penerbangan siang karena hari ini Randy ingin menikmati suasana di Surabaya.
Randy tidak akan memberi tahu kepulangan dirinya kepada dua sahabatnya, Riyan dan Denis. Oh iya, mengenai Tari sepertinya Randy harus menyerah. Mustahil untuk dirinya mendekatkan dirinya lagi pada perempuan itu. Randy berserah diri pada Allah.Jodoh nggak bakal kemana.
Kalimat itu yang selalu Randy ucapkan di kala dirinya memikirkan nama perempuan itu.
Masalah shalat Randy pun mulai memperbaikinya. Randy membiasakan dirinya untuk bangun pagi dengan bermodalkan alarm dan yang paling utama adalah niat dan juga aksi. Karena kalau hanya niat saja tapi tidak ada aksi sama aja bohong.
"Syukur gua nggak terlalu banyak bawa barang jadi pindahan nggak terlalu repot." satu koper dengan tampilan seperti akan meledak sudah terletak di sebelah kasurnya.
***
Kacamata hitam bertengger manis di hidung mancung Randy. Beberapa mata perempuan tak tahan tak melihat ke arah Randy apalagi rambutnya yang awalnya sedikit gondrong, sekarang sudah terpotong rapi dan dipoles dengan minyak rambut. Bagian poninya, Randy tegakkan tapi tidak setegak tiang listrik.
Resiko orang ganteng mah begini.
Welcome Jakarta! Wagelaseh gua jadi alay begini padahal mah ke Surabaya doang masih satu pulau sama Jakarta.
Randy menarik koper besarnya. Jangan lupa Randy tidak membawa oleh-oleh untuk kedua temannya yang duo maut itu.
Malesin banget. Ntar ae dah gua beli di Tanah Abang.
Tujuan pertama Randy adalah menuju ke rumah Riyan. Randy memang menitipkan Robert pada Riyan. Tak mungkin dititipkan pada Denis karena Randy merasa begitu segan pada kedua orang tua Denis walaupun dirinya juga dekat pada Ayah dan Mama Denis. Kalau Riyan sih sama seperti Randy yang juga mengontrak rumah.
"Assalamu'alaikum. Hm halo? Paan?" suara serak khas baru bangun tidur terdengar dari balik sana.
"Wa'alaikumsalam. Lo masih molor jam segini?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Detak Waktu
General FictionCerita mainstream. Semuanya akan indah pada waktunya.